Sarasehan Budaya Bekarang Lubuk Larangan Upaya Jaga Kelestarian Sungai Batanghari
Whisnu Mardiansyah • 25 Agustus 2024 16:50
Jambi: Festival Bekarang Lopak Sepang, Desa Tebat Patah, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi menyoroti kearifan lokal dan kelestarian lingkungan Sungai Batanghari dengan menggelar Sarasehan Budaya Bekarang dan Etnosains Ikan Lokal.
Sarasehan yang digelar pada Sabtu, 24 Agustus, ini menghadirkan diskusi mendalam tentang tradisi Bekarang, Lubuk Larangan, dan pentingnya etnosains ikan lokal sebagai upaya menjaga ekosistem dan ketahanan pangan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.
Sarasehan ini berfokus pada praktik Bekarang, sebuah tradisi tahunan masyarakat DAS Batanghari termasuk masyarakat Desa Tebat Patah yang telah dijaga sejak zaman dahulu. Bekarang bukan sekadar kegiatan menangkap ikan di Lubuk Larangan-wilayah perairan yang dilindungi secara adat-tetapi juga wujud nyata dari solidaritas dan semangat gotong royong yang kuat di kalangan masyarakat.
Melalui Bekarang, masyarakat tidak hanya mendapatkan sumber pangan dari ikan, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem sungai dengan memastikan bahwa Lubuk Larangan hanya dipanen satu kali dalam setahun.
“Kita datang ke sini bukan sekadar untuk festival atau hiburan kesenian, tetapi untuk melestarikan tradisi yang ada sekarang ini dan menjaganya untuk masa depan. Dengan melihat ikan sebagai indikator lingkungan, semakin banyak ikannya, semakin baik lingkungan kita,” ujar Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V, Agus Widiatmoko, Sabtu, 24 Agustus 2024.
Pengetahuan mendalam masyarakat adat tentang berbagai jenis ikan di lubuk larangan, yang disebut sebagai Etnosains Ikan Lokal, menjadi topik utama dalam sarasehan ini.
Peneliti Ikan Universitas Jambi, Tedjo Sukmono, memaparkan hasil riset tentang keragaman ikan yang masih ada di DAS Batanghari, meski ekosistemnya terancam oleh berbagai aktivitas manusia seperti MCK, penambangan emas tanpa izin (PETI), dan aktivitas lainnya.
“Penelitian kami terakhir menemukan 38 spesies ikan setiap tahun di Sungai Batanghari,” ungkap Tedjo.
Tedjo melanjutkan, perlindungan ikan paling efektif yakni dengan sistem zonasi. Adapun sistem zonasi perairan ini sudah diterapkan secara tradisional menjadi warisan budaya DAS Batanghari, yakni Lubuk Larangan.
Konsep penetapan Lubuk Larangan menjadi bukti upaya perlindungan melalui peraturan adat sehingga kelestarian ikan dapatnterjaga.
“Dengan lubuk larangan, kita bisa menjaga kelestarian ikan. Tradisi seperti Bekarang tidak hanya mempertahankan kebudayaan, tetapi juga berkontribusi besar dalam melestarikan lingkungan. Saya berharap masyarakat terus menjaga tradisi ini dan menyadari manfaat besarnya bagi kelestarian sungai kita,” sambungnya.
Sebagai bagian dari upaya nyata melestarikan lingkungan, sarasehan ini jugabmenekankan pentingnya aksi langsung seperti penanaman bibit pohon dan pelepasan benih ikan di DAS Batanghari. Kegiatan ini adalah bagian dari kampanye lingkungan yang diharapkan dapat menginspirasi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap
kelestarian alam.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi, Evi Sahrul menambahkan, kampanye lingkungan harus terus dilakukan guna memperkuat rasa kepemilikan bersama akan pentingnya menjaga lingkungan, utamanya lingkungan sungai.
“Kegiatan seperti Festival Bekarang Lopak Sepang dalam rangkaian Kenduri Swarnabhumi harus dilakukan di berbagai daerah, agar wawasan masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan terus berkembang,” tegas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi, Evi Sahrul.
Sarasehan Budaya Bekarang & Etnosains Ikan Lokal di Festival Bekarang Lopak Sepang bukan hanya sebuah acara budaya, tetapi juga platform penting untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan lingkungan.
Dengan melibatkan berbagai pihak, dari masyarakat adat hingga akademisi dan pemerintah, diharapkan tradisi dan lingkungan DAS Batanghari melalui rangkaian kegiatan kebudayaan Kenduri Swarnabhumi dapat terus dilestarikan dan menjadi sumber kehidupan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Festival Bekarang Lopak Sepang yang digelar di Kabupaten Muaro Jambi ini merupakan satu dari 12 festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang DAS Batanghari, membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang.
Kenduri Swarnabhumi sendiri akan digelar di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, yakni di 10 Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat dengan mengangkat narasi hubungan penting antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk kebudayaan berkelanjutan.
Jambi: Festival Bekarang Lopak Sepang, Desa Tebat Patah, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi menyoroti kearifan lokal dan kelestarian lingkungan Sungai Batanghari dengan menggelar Sarasehan Budaya Bekarang dan Etnosains Ikan Lokal.
Sarasehan yang digelar pada Sabtu, 24 Agustus, ini menghadirkan diskusi mendalam tentang tradisi Bekarang, Lubuk Larangan, dan pentingnya etnosains ikan lokal sebagai upaya menjaga ekosistem dan ketahanan pangan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.
Sarasehan ini berfokus pada praktik Bekarang, sebuah tradisi tahunan masyarakat DAS Batanghari termasuk masyarakat Desa Tebat Patah yang telah dijaga sejak zaman dahulu. Bekarang bukan sekadar kegiatan menangkap ikan di Lubuk Larangan-wilayah perairan yang dilindungi secara adat-tetapi juga wujud nyata dari solidaritas dan semangat gotong royong yang kuat di kalangan masyarakat.
Melalui Bekarang, masyarakat tidak hanya mendapatkan sumber pangan dari ikan, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem sungai dengan memastikan bahwa Lubuk Larangan hanya dipanen satu kali dalam setahun.
“Kita datang ke sini bukan sekadar untuk festival atau hiburan kesenian, tetapi untuk melestarikan tradisi yang ada sekarang ini dan menjaganya untuk masa depan. Dengan melihat ikan sebagai indikator lingkungan, semakin banyak ikannya, semakin baik lingkungan kita,” ujar Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V, Agus Widiatmoko, Sabtu, 24 Agustus 2024.
Pengetahuan mendalam masyarakat adat tentang berbagai jenis ikan di lubuk larangan, yang disebut sebagai Etnosains Ikan Lokal, menjadi topik utama dalam sarasehan ini.
Peneliti Ikan Universitas Jambi, Tedjo Sukmono, memaparkan hasil riset tentang keragaman ikan yang masih ada di DAS Batanghari, meski ekosistemnya terancam oleh berbagai aktivitas manusia seperti MCK, penambangan emas tanpa izin (PETI), dan aktivitas lainnya.
“Penelitian kami terakhir menemukan 38 spesies ikan setiap tahun di Sungai Batanghari,” ungkap Tedjo.
Tedjo melanjutkan, perlindungan ikan paling efektif yakni dengan sistem zonasi. Adapun sistem zonasi perairan ini sudah diterapkan secara tradisional menjadi warisan budaya DAS Batanghari, yakni Lubuk Larangan.
Konsep penetapan Lubuk Larangan menjadi bukti upaya perlindungan melalui peraturan adat sehingga kelestarian ikan dapatnterjaga.
“Dengan lubuk larangan, kita bisa menjaga kelestarian ikan. Tradisi seperti Bekarang tidak hanya mempertahankan kebudayaan, tetapi juga berkontribusi besar dalam melestarikan lingkungan. Saya berharap masyarakat terus menjaga tradisi ini dan menyadari manfaat besarnya bagi kelestarian sungai kita,” sambungnya.
Sebagai bagian dari upaya nyata melestarikan lingkungan, sarasehan ini jugabmenekankan pentingnya aksi langsung seperti penanaman bibit pohon dan pelepasan benih ikan di DAS Batanghari. Kegiatan ini adalah bagian dari kampanye lingkungan yang diharapkan dapat menginspirasi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap
kelestarian alam.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi, Evi Sahrul menambahkan, kampanye lingkungan harus terus dilakukan guna memperkuat rasa kepemilikan bersama akan pentingnya menjaga lingkungan, utamanya lingkungan sungai.
“Kegiatan seperti Festival Bekarang Lopak Sepang dalam rangkaian Kenduri Swarnabhumi harus dilakukan di berbagai daerah, agar wawasan masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan terus berkembang,” tegas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi, Evi Sahrul.
Sarasehan Budaya Bekarang & Etnosains Ikan Lokal di Festival Bekarang Lopak Sepang bukan hanya sebuah acara budaya, tetapi juga platform penting untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan lingkungan.
Dengan melibatkan berbagai pihak, dari masyarakat adat hingga akademisi dan pemerintah, diharapkan tradisi dan lingkungan DAS Batanghari melalui rangkaian kegiatan kebudayaan Kenduri Swarnabhumi dapat terus dilestarikan dan menjadi sumber kehidupan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Festival Bekarang Lopak Sepang yang digelar di Kabupaten Muaro Jambi ini merupakan satu dari 12 festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang DAS Batanghari, membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang.
Kenduri Swarnabhumi sendiri akan digelar di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, yakni di 10 Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat dengan mengangkat narasi hubungan penting antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk kebudayaan berkelanjutan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(WHS)