Tangerang: Rasa takut dan cemas tergambar di wajah sejumlah murid di TK Negeri Pembina 5, Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Mereka akan mendapatkan vaksin saat Outbreak Response Immunization (ORI) difteri.
Salah satunya adalah Kanaya Sybillia. Bocah enam tahun itu mulai menangis meraung-raung saat tahu akan disuntik.
"Tidak mau. Aku kemarin sudah disuntik," kata Kanaya sambil mencoba meronta, Selasa, 12 Desember 2017.
Berbagai bujuk rayu sudah tak mempan meredakan tangis Kanaya. Akhirnya, sang ibu turun tangan memegangi putrinya agar tak meronta saat disuntik vaksin oleh bidan dari Puskesmas Benda.
"Baca Bismillah. Tidak sakit, seperti digigit semut kecil saja," kata Nadia, ibu Kanaya, sambil memegangi erat putrinya.
(Baca: ORI Disebut Langkah Efektif Mencegah Wabah Difteri)
Nadia mengatakan sengaja memaksa kedua anaknya mendapatkan vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) setelah mengetahui penyakit difteri merebak di sejumlah daerah. "Harus dipaksa karena difteri ini sudah banyak korbannya. Saya sebagai orang tua tentu cemas dan khawatir," lanjutnya.
Wakil Kepala Sekolah TK Negeri Pembina 5 Tirta Tri Sabdani mengaku sudah menyosialisasikan imunisasi difteri kepada seluruh orang tua siswa. "Beruntung tidak ada penolakan dari para orang tua, semua setuju anaknya divaksinasi," ujarnya.
Menurut Tirta, ada 34 siswa TK Negeri Pembina 5 yang mendapatkan vaksin hari ini. Ia juga mempersilakan para orang tua untuk meliburkan anaknya jika putra-putri mereka demam setelah divaksin.
"Kami sudah jelaskan dampaknya, tapi memang para orang tua tidak masalah. Kalau mau izin setelah ini, kami persilakan," katanya.
Tirta tak memungkiri banyak siswanya yang ketakutan saat tahu akan disuntik. Bahkan, ada siswa yang mencoba kabur.
"Namanya anak-anak. Mungkin awalnya dia berani. Tapi ketika melihat temannya nangis, dia jadi takut. Ada juga yang setelah melihat temannya baik-baik saja, jadi berhenti menangis dan mau disuntik," pungkas Tirta.
Sebagai informasi, Dinas Kesehatan Provinsi Banten menargetkan imunisasi DPT bagi 3.050 warganya guna mencegah penyebaran penyakit difteri. Pelaksanaan imunisasi dilakukan di delapan kota/kabupaten di Banten, yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Tangerang, dan Kabupaten Lebak. Selain itu, juga Kota Cilegon, Serang, Tangsel, dan Kota Tangerang.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Banten, tercatat 68 kasus difteri. Delapan orang di antaranya dilaporkan meninggal.
(Baca: Kasus Difteri di Tangerang Karena Orangtua Tak Imunisasi Anak)
Difteri memiliki masa inkubasi dua hingga lima hari dan akan menular selama dua hingga empat minggu. Penyakit ini sangat menular dan dapat mengakibatkan kematian jika tidak ditangani secara cepat.
Gejala awal difteri bisa tidak spesifik, seperti demam tidak tinggi, nafsu makan menurun, lesu, nyeri saat menelan, dan sakit pada tenggorokan. Namun, difteri memiliki tanda khas berupa selaput putih keabu-abuan di tenggorokan atau hidung yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher atau disebut dengan bull neck.
Dinkes Banten melakukan ORI untuk menangani penyakit difteri dalam jangka pendek. Sedangkan, jangka panjang dengan meningkatkan cakupan imunisasi rutin yang tinggi dan merata.
Tangerang: Rasa takut dan cemas tergambar di wajah sejumlah murid di TK Negeri Pembina 5, Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Mereka akan mendapatkan vaksin saat Outbreak Response Immunization (ORI) difteri.
Salah satunya adalah Kanaya Sybillia. Bocah enam tahun itu mulai menangis meraung-raung saat tahu akan disuntik.
"Tidak mau. Aku kemarin sudah disuntik," kata Kanaya sambil mencoba meronta, Selasa, 12 Desember 2017.
Berbagai bujuk rayu sudah tak mempan meredakan tangis Kanaya. Akhirnya, sang ibu turun tangan memegangi putrinya agar tak meronta saat disuntik vaksin oleh bidan dari Puskesmas Benda.
"Baca Bismillah. Tidak sakit, seperti digigit semut kecil saja," kata Nadia, ibu Kanaya, sambil memegangi erat putrinya.
(Baca: ORI Disebut Langkah Efektif Mencegah Wabah Difteri)
Nadia mengatakan sengaja memaksa kedua anaknya mendapatkan vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) setelah mengetahui penyakit difteri merebak di sejumlah daerah. "Harus dipaksa karena difteri ini sudah banyak korbannya. Saya sebagai orang tua tentu cemas dan khawatir," lanjutnya.
Wakil Kepala Sekolah TK Negeri Pembina 5 Tirta Tri Sabdani mengaku sudah menyosialisasikan imunisasi difteri kepada seluruh orang tua siswa. "Beruntung tidak ada penolakan dari para orang tua, semua setuju anaknya divaksinasi," ujarnya.
Menurut Tirta, ada 34 siswa TK Negeri Pembina 5 yang mendapatkan vaksin hari ini. Ia juga mempersilakan para orang tua untuk meliburkan anaknya jika putra-putri mereka demam setelah divaksin.
"Kami sudah jelaskan dampaknya, tapi memang para orang tua tidak masalah. Kalau mau izin setelah ini, kami persilakan," katanya.
Tirta tak memungkiri banyak siswanya yang ketakutan saat tahu akan disuntik. Bahkan, ada siswa yang mencoba kabur.
"Namanya anak-anak. Mungkin awalnya dia berani. Tapi ketika melihat temannya nangis, dia jadi takut. Ada juga yang setelah melihat temannya baik-baik saja, jadi berhenti menangis dan mau disuntik," pungkas Tirta.
Sebagai informasi, Dinas Kesehatan Provinsi Banten menargetkan imunisasi DPT bagi 3.050 warganya guna mencegah penyebaran penyakit difteri. Pelaksanaan imunisasi dilakukan di delapan kota/kabupaten di Banten, yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Tangerang, dan Kabupaten Lebak. Selain itu, juga Kota Cilegon, Serang, Tangsel, dan Kota Tangerang.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Banten, tercatat 68 kasus difteri. Delapan orang di antaranya dilaporkan meninggal.
(Baca: Kasus Difteri di Tangerang Karena Orangtua Tak Imunisasi Anak)
Difteri memiliki masa inkubasi dua hingga lima hari dan akan menular selama dua hingga empat minggu. Penyakit ini sangat menular dan dapat mengakibatkan kematian jika tidak ditangani secara cepat.
Gejala awal difteri bisa tidak spesifik, seperti demam tidak tinggi, nafsu makan menurun, lesu, nyeri saat menelan, dan sakit pada tenggorokan. Namun, difteri memiliki tanda khas berupa selaput putih keabu-abuan di tenggorokan atau hidung yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher atau disebut dengan bull neck.
Dinkes Banten melakukan ORI untuk menangani penyakit difteri dalam jangka pendek. Sedangkan, jangka panjang dengan meningkatkan cakupan imunisasi rutin yang tinggi dan merata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)