Yogyakarta: Ancaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pada tahun depan akan lebih tinggi dibanding tahun ini. BMKG memprediksi kondisi curah hujan akan berkurang dibanding tiga tahun terakhir.
"Dalam 3 tahun terakhir Indonesia mengalami kondisi basah karena fenomena La Nina. Tahun depan diperkirakan curah hujannya akan berkurang," kata Kepala Bidang Analisis Variabelitas Iklim BMKG, Supari, saat Rapat Koordinasi Evaluasi Akhir Tahun Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove 2022 dan Pelaksanaan Kegiataan TA 2023 di Hotel Kimaya, Kota Yogyakarta, Selasa, 13 Desember 2022.
Supari mengatakan fenomena La Nina dalam sejarah tidak pernah terjadi lebih dari tiga tahun berturut-turut. Sementara fenomena La Nina telah terjadi sejak 2022 hingga 2022. La Nina pernah terjadi pada 1973 hingga 1976. Setelah itu juga pernah terjadi pada 1998 hingga 2021.
"Awal Desember masih terjadi anomali, La Nina masih berlangsung. Pesan utamanya La Nina masih terjadi saat ini," jelasnya.
Ia menjelaskan fenomena La Nina berdampak pada jumlah zona musim yang masuk musim hujan lebih banyak daripada musim depannya. Artinya, musim hujan terjadi lebih awal dari situasi normalnya.
Supari menambakan La Nina masih akan terjadi hingga Maret-April 2023. Setelah itu, curah hujan berpotensi berkuran dan berisiko memunculkan titik karhutla.
"Berdasarkan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), Korea Meteorology, ICNWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts) konsorsium eropa mulai semester 2 2023 ada sinyal kering," ungkapnya.
Sementara Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Hartono, mengatakan lembaganya mulai berkoordinasi dengan lintas sektor untuk mengantisipasi karhutla. Salah satunya menjaga ekosistem gambut agar tetap basah supa bisa mengurasi risiko kebakaran.
"Tugas BRGM melakukan pencegahan agar ekosistem gambut yang rawan kebakaran ketika gambut terlalu kering. Artinya di sini bisa dilakukan pencegahan," ujarnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Yogyakarta: Ancaman kebakaran hutan dan lahan (
Karhutla) pada tahun depan akan lebih tinggi dibanding tahun ini.
BMKG memprediksi kondisi curah
hujan akan berkurang dibanding tiga tahun terakhir.
"Dalam 3 tahun terakhir Indonesia mengalami kondisi basah karena fenomena La Nina. Tahun depan diperkirakan curah hujannya akan berkurang," kata Kepala Bidang Analisis Variabelitas Iklim BMKG, Supari, saat Rapat Koordinasi Evaluasi Akhir Tahun Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove 2022 dan Pelaksanaan Kegiataan TA 2023 di Hotel Kimaya, Kota Yogyakarta, Selasa, 13 Desember 2022.
Supari mengatakan fenomena La Nina dalam sejarah tidak pernah terjadi lebih dari tiga tahun berturut-turut. Sementara fenomena La Nina telah terjadi sejak 2022 hingga 2022. La Nina pernah terjadi pada 1973 hingga 1976. Setelah itu juga pernah terjadi pada 1998 hingga 2021.
"Awal Desember masih terjadi anomali, La Nina masih berlangsung. Pesan utamanya La Nina masih terjadi saat ini," jelasnya.
Ia menjelaskan fenomena La Nina berdampak pada jumlah zona musim yang masuk musim hujan lebih banyak daripada musim depannya. Artinya, musim hujan terjadi lebih awal dari situasi normalnya.
Supari menambakan La Nina masih akan terjadi hingga Maret-April 2023. Setelah itu, curah hujan berpotensi berkuran dan berisiko memunculkan titik karhutla.
"Berdasarkan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), Korea Meteorology, ICNWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts) konsorsium eropa mulai semester 2 2023 ada sinyal kering," ungkapnya.
Sementara Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Hartono, mengatakan lembaganya mulai berkoordinasi dengan lintas sektor untuk mengantisipasi karhutla. Salah satunya menjaga ekosistem gambut agar tetap basah supa bisa mengurasi risiko kebakaran.
"Tugas BRGM melakukan pencegahan agar ekosistem gambut yang rawan kebakaran ketika gambut terlalu kering. Artinya di sini bisa dilakukan pencegahan," ujarnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)