Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil alias Kang Emil. Medcom.id/Roni Kurniawan
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil alias Kang Emil. Medcom.id/Roni Kurniawan

Ridwan Kamil: Seniman Mural Jangan Baper

Media Indonesia.com • 01 September 2021 16:30
Bandung: Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil minta seniman mural tidak mudah tersinggung atau baper, jika karya mural yang dibuat ditertibkan atau ditutup mural lainnya.
 
Menurutnya, hal itu sudah biasa dalam seni mural, seni perkotaan yang didukungnya sejak menjabat Wali Kota Bandung.
 
"Dalam perspektif saya, mural adalah seni ruang publik yang temporer. Ada umurnya. Pelaku mural harus paham dan jangan baper, karena karyanya suatu hari akan hilang. Bisa tersapu hujan, dihapus aparat ataupun hilang ditimpa pemural lainnya. Mari berdialog," kata Ridwan Kamil, Rabu, 1 September 2021.

Ridwan Kamil menilai kritik dalam mural harus segera didialogkan antara pelaku mural dengan pihak-pihak lainnya seperti seniman dan pemerintah guna menentukan aturan dan batasan. 
 
"Harus berdialog dalam merumuskan batas. Batasan mana yang boleh dan pantas, mana yang tidak boleh dan tidak pantas. Di dunia digital pun, tidak semua paham, mana itu kritik argumentatif mana itu bully atau shaming,"ujarnya.
 
Ridwan pun menyebutkan sejumlah etika dalam berkarya. Ia mengatakan bahwa orang yang berkarya dan berjiwa besar selalu membicarakan gagasan, tetapi orang berjiwa kerdil membicarakan atau menggosipkan orang.
 
Baca juga: Camat Wusama Diduga Sokong KKB, Ratusan Anak Panah Disita Polisi
 
"Seperti saat lalu lintas kita dibatasi di lampu setopan, kebebasan ekspresi pun dibatasi oleh nilai kesepakatan budaya dan kearifan lokal. Itulah kenapa isu mural kritik kelihatannya masih berada di ruang abu-abu," ungkap dia..
 
Sebelumnya, Ridwan Kamil menyatakan pihaknya terbuka akan ekspresi seni yang menggambarkan suatu pesan, termasuk seni mural yang sudah tidak asing lagi ditemui di kota-kota besar. Meski sebuah ekspresi, tetap harus memegang etika dan juga batasan.
 
"Saya kira, tradisi seni Kota Bandung saya sangat senang. Dulu waktu jadi wali kota, saya memberi ruang-ruang, tiangnya Pasupati dimural, tembok di Jalan Siliwangi dimural. Ekspresi seni yang selama ini dituangkan di tempat publik tidak akan menjadi masalah selama memegang batasannya," terangnya.
 
Ridwan menambahkan aturan-aturan mural tinggal disepakati secara etika, budaya, batas-batasnya. Selama memenuhi kearifan lokal dan etika disepakati tidak masalah.
 
"Bagi saya ini bagian dari dialog karena kita jarang dialog. Mungkin coba kita diskusikan mural dan kritik politik. Sampai akhirnya ditemukan kesepakatan kritik baik, diskusi tersebut perlu ditempuh guna memahami kesepakatan budaya," jelas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan