Tangerang: Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie menegaskan tidak ada tempat bagi intoleransi di wilayahnya. Hal tersebut ditegaskan usai aksi persekusi oknum warga membubarkan paksa kelompok mahasiswa yang sedang berdoa.
"Jadi tidak ada tempat di Tangsel bagi intoleransi, supaya kejadian seperti kemarin tidak terulang," ujarnya, Rabu, 8 Mei 2024.
Menurut Benyamin, kericuhan tersebut bisa terjadi lantaran adanya komunikasi yang buntu antara tokoh masyarakat dengan warganya. Paling tidak, lanjutnya, secara kultural tokoh masyarakat dapat memahami betul apa yang ada di lingkungannya.
"Karena ada komunikasi yang tersumbat antara pihak RT dengan masyarakat di lingkungannya. Betapa pentingnya komunikasi ini, jadi berharap RW dan RT untuk sering-sering mengunjungi dan memahami masyarakatnya," jelasnya.
Benyamin menuturkan, sejak lahir setiap manusia fitrahnya sudah berbeda mulai jenis kelamin, agama, ekonomi, berat badan, keturunan dan lain sebagainya. Perbedaan-perbedaan tadi disatukan dalam nilai kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
"Tidak ada yang perlu dipersoalkan terhadap hal-hal itu. Inilah Indonesia. Nilainya itu mempersatukan kita," katanya.
Sebelumnya, peristiwa kericuhan terjadi saat oknum warga coba membubarkan paksa kelompok mahasiswa yang sedang gelar doa bersama. Insiden itu menyebabkan adanya mahasiswa yang terluka.
Polres Tangsel telah menetapkan empat orang oknum warga satu di antaranya Ketua RT setempat sebagai tersangka. Mereka dijerat pasal berlapis tentang kepemilikan senjata tajam tanpa hak dan atau penganiayaan serta pengancaman.
Tangerang: Wali Kota
Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie menegaskan tidak ada tempat bagi intoleransi di wilayahnya. Hal tersebut ditegaskan usai aksi persekusi oknum warga membubarkan paksa kelompok mahasiswa yang sedang berdoa.
"Jadi tidak ada tempat di Tangsel bagi
intoleransi, supaya kejadian seperti kemarin tidak terulang," ujarnya, Rabu, 8 Mei 2024.
Menurut Benyamin, kericuhan tersebut bisa terjadi lantaran adanya komunikasi yang buntu antara tokoh masyarakat dengan warganya. Paling tidak, lanjutnya, secara kultural tokoh masyarakat dapat memahami betul apa yang ada di lingkungannya.
"Karena ada komunikasi yang tersumbat antara pihak RT dengan masyarakat di lingkungannya. Betapa pentingnya komunikasi ini, jadi berharap RW dan RT untuk sering-sering mengunjungi dan memahami masyarakatnya," jelasnya.
Benyamin menuturkan, sejak lahir setiap manusia fitrahnya sudah berbeda mulai jenis kelamin, agama, ekonomi, berat badan, keturunan dan lain sebagainya. Perbedaan-perbedaan tadi disatukan dalam nilai kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
"Tidak ada yang perlu dipersoalkan terhadap hal-hal itu. Inilah Indonesia. Nilainya itu mempersatukan kita," katanya.
Sebelumnya, peristiwa kericuhan terjadi saat oknum warga coba membubarkan paksa kelompok mahasiswa yang sedang gelar doa bersama. Insiden itu menyebabkan adanya mahasiswa yang terluka.
Polres Tangsel telah menetapkan empat orang oknum warga satu di antaranya Ketua RT setempat sebagai tersangka. Mereka dijerat pasal berlapis tentang kepemilikan senjata tajam tanpa hak dan atau penganiayaan serta pengancaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)
