Masyarakat Wamena bersama masyarakat pendatang dan dibantu anggota TNI membersihkan puing sisa kerusuhan, Kamis, 3 Oktober 2019. Dokumentasi: Istimewa
Masyarakat Wamena bersama masyarakat pendatang dan dibantu anggota TNI membersihkan puing sisa kerusuhan, Kamis, 3 Oktober 2019. Dokumentasi: Istimewa

Pendatang dan Penduduk Asli Sejak Lama Harmonis di Wamena

ant • 04 Oktober 2019 18:02
Jakarta: Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Mallarangeng mengatakan interaksi kehidupan antara warga pendatang dan penduduk asli Papua sudah terbangun harmonis sejak lama.
 
"Interaksi yang berjalan harmonis itu harus dibangun kembali agar tidak ada perpecahan. Apalagi, masyarakat dari luar Wamena menginginkan untuk segera kembali," kata Rizal Mallarangeng, Jumat, 4 Oktober 2019. 
 
Rizal sangat menyayangkan adanya informasi hoaks dan isu rasisme yang beredar di Wamena. Hal itu berimbas kehidupan bermasyarakat yang sudah terbangun harmonis sejak lama menjadi rusak karena adanya aksi kerusuhan. 

Isu rasisme dan aksi kerusuhan, hal itu diduga kuat dikondisikan oleh pihak-pihak yang ingin memecah-belah bangsa Indonesia. Untuk itu ia mengimbau semua pihak, termasuk warga asli Papua untuk lebih selektif menerima informasi. 
 
"Karena kabar bohong yang sengaja diciptakan, maka bisa memunculkan gesekan dan perpecahan," katanya.
 
Politikus Partai Golkar ini optimistis, warga pendatang yang sudah lama menetap di Wamena akan kembali ke Wamena.   
 
"Saya yakin, warga pendatang yang sudah lama tinggal di Wamena dan sudah menjadi warga lokal akan kembali ke Wamena. Karena selama ini, hubungan antara mereka dengan warga asli sudah sangat kondusif," terangnya
 
Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, yang berangsur-asngsur semakin kondusif setelah kerusuhan pada 22 September lalu, membuat sebagian besar warga pendatang yang masih tinggal di pos-pos pengungsian ingin segera kembali ke rumah mereka di Wamena.
 
Para pendatang, yang sudah 20 tahun tinggal, bekerja, atau membuka usaha di Wamena, menyatakan sebelumnya tidak pernah ada masalah dengan warga asli Papua. Karena itu, mereka yakin akan kembali rukun dan menjalani kehidupan normal seperti sebelumnya.
 
"Kami saling kenal dan hidup rukun. Karena itu, saya ingin kembali. Bukan hanya ingin meneruskan usaha, tapi juga karena saya yakin mereka juga baik terhadap kami," ujar seorang ibu dua anak yang sudah selama 19 tahun tinggal di Wamena.
 
Ibu bernama Satria ini mengungsi di Masjid Al Aqsha, Jalan Polres Kota Sentani, Jayapura, yang menyatakan, saat kerusuhan, dirinya diselamatkan oleh warga Papua yang juga menolong warga
lainnya untuk bersembunyi ke gereja terdekat di Wamena. 
 
"Sebenarnya kami hidup sangat rukun. Namun, para perusuh yang membuat situasi Wamena
menjadi rusak," katanya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan