medcom.id, Malang: Ciara Natasya tampak tegar melepas ibu dan dua saudaranya ke pemakaman Sentonglawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kini, ia hidup sebatang kara. Selain merenggut ibu dan dua saudaranya, kecelakaan AirAsia QZ8501 pun juga menewaskan ayah kandungnya.
Gadis berusia 15 tahun itu menatap tiga peti anggota keluarganya dengan pasrah. Meski rasa kehilangan bergelayutan di dada, ia tetap harus kuat menjalani hidup tanpa orang-orang yang dicintainya.
Di peti itu, sang ibu, Indah Juliangsih; kakaknya, Nico Geovani (18); dan adiknya, Justin Giovani (10), berbaring tenang. Sementara ayahnya, Heru Mantotanus belum juga ditemukan.
Seharusnya, akhir tahun 2014 menjadi momen paling membahagiakan bagi Ciara. Sebab, ayah ibu dan dua saudaranya berangkat ke Singapura untuk mengunjunginya. Ciara memang menempuh studi di Singapura dengan beasiswa.
Namun takdir berkata lain. Pesawat yang mereka tumpangi hilang kontak pada 28 Desember 2014. Beberapa hari kemudian, tim yang bergabung dalam komando Basarnas menemukan serpihan pesawat di Selat Karimata, Kalimantan Tengah, yang belakangan disebut sebagai bagian AirAsia QZ8501.
Hingga berita ini diturunkan, Basarnas telah mengevakuasi 48 jenazah. Sebanyak 32 di antaranya sudah teridentifikasi. Sedangkan sisanya masih dalam pencarian, termasuk ayah kandung Ciara.
medcom.id, Malang: Ciara Natasya tampak tegar melepas ibu dan dua saudaranya ke pemakaman Sentonglawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kini, ia hidup sebatang kara. Selain merenggut ibu dan dua saudaranya, kecelakaan AirAsia QZ8501 pun juga menewaskan ayah kandungnya.
Gadis berusia 15 tahun itu menatap tiga peti anggota keluarganya dengan pasrah. Meski rasa kehilangan bergelayutan di dada, ia tetap harus kuat menjalani hidup tanpa orang-orang yang dicintainya.
Di peti itu, sang ibu, Indah Juliangsih; kakaknya, Nico Geovani (18); dan adiknya, Justin Giovani (10), berbaring tenang. Sementara ayahnya, Heru Mantotanus belum juga ditemukan.
Seharusnya, akhir tahun 2014 menjadi momen paling membahagiakan bagi Ciara. Sebab, ayah ibu dan dua saudaranya berangkat ke Singapura untuk mengunjunginya. Ciara memang menempuh studi di Singapura dengan beasiswa.
Namun takdir berkata lain. Pesawat yang mereka tumpangi hilang kontak pada 28 Desember 2014. Beberapa hari kemudian, tim yang bergabung dalam komando Basarnas menemukan serpihan pesawat di Selat Karimata, Kalimantan Tengah, yang belakangan disebut sebagai bagian AirAsia QZ8501.
Hingga berita ini diturunkan, Basarnas telah mengevakuasi 48 jenazah. Sebanyak 32 di antaranya sudah teridentifikasi. Sedangkan sisanya masih dalam pencarian, termasuk ayah kandung Ciara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RRN)