Proses pembangunan Iradiator Gamma Serbaguna -- MTVN/Farhan Dwitama
Proses pembangunan Iradiator Gamma Serbaguna -- MTVN/Farhan Dwitama

Iradiator Gamma Serbaguna Ditargetkan Beroperasi Agustus 2017

Farhan Dwitama • 07 Februari 2017 15:59
medcom.id, Tangerang: Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bekerja sama dengan Izotop-Hongaria mengembangkan fasilitas iradiasi sinar gamma yang disebut dengan Iradiator Gamma Serbaguna. Fasilitas tersebut ditargetkan dapat beroperasi pada Agustus 2017.
 
"Apabila keseluruhan pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai rencana, maka diproyeksikan Agustus 2017 Iradiator akan diresmikan pengoperasiannya," kata Kepala Batan Djarot Wisnubroto di Puspiptek, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Banten, Selasa, 7 Februari 2017.
 
Dengan kapasitas dua mega currie (MCi), Iradiator Gamma Serbaguna akan mampu melayani proses iradiasi hingga 123 meter kubik per hari. Saat ini, pembangunan Iradiator seluas 20 hektare di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) telah 70%.

Djarot menjelaskan, pembangunan konstruksi Iradiator Gamma Serbaguna dilakukan PT Adhi Karya dengan pagu senilai Rp 76 miliar. Saat ini, pembangunan memasuki tahap pemasangan sistem mekanik dan elektrik.
 
Guna memastikan kelancaran operasional Iradiator, akan dilakukan uji coba pengoperasian (komisioning) setelah diresmikan pembanguan kontruksinya. "Tahun depan (2018) bisa full dioperasikan. Ini diharapkan bisa dimanfaatkan pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Tangerang Selatan dan Banten," jelas Djarot.
 
Saat ini, kata Djarot, Indonesia baru memiliki satu unit iradiator dengan kapasitas besar yang digunakan secara komersil. Iradiator tersebut berada di Cibitung dan sudah kelebihan kapasitas produksi.
 
"Sebanyak 200 industri lebih telah memanfaatkan iradiasi di Cibitung. Kami melihat pertumbuhannya ke depan akan semakin positif," terang Djarot.
 
Iradiator Gamma Serbaguna diharapkan bisa menjadi model atau master pembangunan iradiator lain di seluruh Indonesia. "Kita harapkan ada stasiun iradiator di daerah-daerah lain, sehingga industri dalam negeri kita bisa lebih tumbuh dan berdaya saing dengan produk asing," ucap Djarot.
 
Djarot menyebut, iradiator dapat digunakan untuk proses pengawetan dan sterilisasi makanan, obat-obatan, bahkan herbal, kosmetika, dan alat kesehatan. Teknologi pengawetan dan sterilisasi radiasi gamma memiliki tujuh keunggulan.
 
Pertama, dapat membunuh bakteri, kuman, telur, larva, serta serangga hingga lapisan dalam dari produk yang diiradiasi. Kedua, tidak memerlukan bahan pengawet sehingga tidak menimbulkan residu bahan kimia beracun.
 
Ketiga, produk yang diiridiasi aman untuk dikonsumsi. Keempat, dilakukan pada proses dingin sehingga tidak merusak atau mengubah nutrisi pada makanan yang diiradiasi dan kemasannya.
 
Kelima, proses iradiasi dilakukan pada produk yang sudah dikemas siap kirim sehingga akan terhindarkan dari terjadinya proses rekontaminasi. Keenam, satu fasilitas iradiator dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, antara lain menghambat pertunasan, pitosanitari, karantina buah, mengurangi kandungan bakteri patogen, kapang, jamur dan mikroorganisme lainnya, memperpanjang daya simpan, dan disinfestasi serangga.
 
Terakhir, upaya ini terbukti aman digunakan selama 50 tahun dan sudah diizinkan penggunaannya dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 701/Menkes/Per/VII/2009.
 
(Baca: Batan: Radiasi Gamma Solusi Terbaru Awetkan Makanan)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan