Tangerang: Harga kacang kedelai impor mulai dikeluhkan oleh sejumlah perajin tahu dan tempe di Tajur, Ciledug, Kota Tangerang. Pasalnya, bahan baku yang sebelumya hanya kisaran Rp7 ribu-Rp8 ribu, kini menjadi Rp11 ribu.
Salah satu perajin tahu dan tempe Harsono, mengatakan jika tidak ada solusi dari pemerintah terkait harga tersebut, pihaknya terpaksa harus menaikan harga jual tahu dan tempenya.
"Karena kami tak sanggup menutupi biaya produksi yang kian membengkak," ujarnya, Kamis, 17 Februari 2022.
Harsono menuturkan naiknya harga kedelai yang telah terjadi sejak tiga bulan terakhir ini, membuat dirinya berniat untuk mengganti ukuran tahu dan tempe.
"Bahkan kalau tidak ada penyelesaian dari pemerintah, saya berencana akan kurangi karyawan. Ukuran tahu dan tempe pun akan kami kecilkan dengan harga jual tetap sama," katanya.
Baca: Harga Kedelai Impor di Yogyakarta Naik
Menurut Harsono upaya menaikkan harga tahu dan tempe juga akan berdampak pada lesunya penjualan di pasaran. "Jadi berat untuk para konsumen, daya beli itu berat kalau mau dinaikin lagi kan berat gitu," ucap dia.
Dari kenaikan harga bahan baku ini, Harsono mengeluhkan pendapatannya menurun hingga 30 persen. Dalam kondisi normal bisa menjual hingga 250 kilogram, kini hanya 210 kilogram.
"Turun 30 persen Biasanya kebutuhan saya bisa sampai 250 kilogram, tapi sekarang turun hanya 210 kilogram. Untuk sekarang ini eceran paling kisaran Rp5 ribu ke konsumen dengan ukuran yang sama," jelasnya.
Khawatir harga kacang kedelai semakin tinggi, Harsono dengan para perajin tahu dan tempe lainnya pun mengancam akan melakukan aksi mogok produksi.
"Jika masih belum ada solusi dari pemerintah terkait kenaikan harga, kami berencana akan mogok produksi pada 21-24 Februari 2022," katanya.
Tangerang:
Harga kacang kedelai impor mulai dikeluhkan oleh sejumlah perajin tahu dan tempe di Tajur, Ciledug, Kota Tangerang. Pasalnya, bahan baku yang sebelumya hanya kisaran Rp7 ribu-Rp8 ribu, kini menjadi Rp11 ribu.
Salah satu perajin tahu dan tempe Harsono, mengatakan jika tidak ada solusi dari pemerintah terkait harga tersebut, pihaknya terpaksa harus menaikan harga jual tahu dan tempenya.
"Karena kami tak sanggup menutupi biaya produksi yang kian membengkak," ujarnya, Kamis, 17 Februari 2022.
Harsono menuturkan naiknya harga kedelai yang telah terjadi sejak tiga bulan terakhir ini, membuat dirinya berniat untuk mengganti ukuran tahu dan tempe.
"Bahkan kalau tidak ada penyelesaian dari pemerintah, saya berencana akan kurangi karyawan. Ukuran tahu dan tempe pun akan kami kecilkan dengan harga jual tetap sama," katanya.
Baca: Harga Kedelai Impor di Yogyakarta Naik
Menurut Harsono upaya menaikkan harga tahu dan tempe juga akan berdampak pada lesunya penjualan di pasaran. "Jadi berat untuk para konsumen, daya beli itu berat kalau mau dinaikin lagi kan berat gitu," ucap dia.
Dari kenaikan harga bahan baku ini, Harsono mengeluhkan pendapatannya menurun hingga 30 persen. Dalam kondisi normal bisa menjual hingga 250 kilogram, kini hanya 210 kilogram.
"Turun 30 persen Biasanya kebutuhan saya bisa sampai 250 kilogram, tapi sekarang turun hanya 210 kilogram. Untuk sekarang ini eceran paling kisaran Rp5 ribu ke konsumen dengan ukuran yang sama," jelasnya.
Khawatir harga kacang kedelai semakin tinggi, Harsono dengan para perajin tahu dan tempe lainnya pun mengancam akan melakukan aksi mogok produksi.
"Jika masih belum ada solusi dari pemerintah terkait kenaikan harga, kami berencana akan mogok produksi pada 21-24 Februari 2022," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)