Mataram: Dinas Kesehatan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, melakukan pengasapan atau fogging di sejumlah titik pengungsian. Tujuannya mencegah penyebaran nyamuk aedes aegypti yang menularkan penyakit demam bedarah dengue (DBD).
"Pagi ini kami melakukan 'fogging' empat lingkungan yakni di Lingkungan Pengempel Indah, Gontoran, Tegal, dan Pesongoran," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram Usman Hadi di Mataram, Selasa, 4 September 2018.
Dia menjelaskan pengasapan bukan karena ada kasus DBD. Tapi, kegiatan itu bertujuan mengantisipasi efek dari perubahan cuaca. Apalagi, banyak warga yang mengungsi ke tempat terbuka sejak rentetan gempa mengguncang.
Usman mengatakan petugas menemukan indikasi kasus DBD di pengungsian di Lombok Utara. Setelah dicek, ternyata pengungsi diserang malaria.
"Upaya 'fogging' yang kami lakukan untuk antisipasi agar masyarakat yang berada di pengungsian dengan menggunakan tenda darurat bisa tidur lebih nyaman tanpa nyamuk," katanya.
Pengungsian di Kota Mataram tersebar di 1.022 titik di enam kecamatan. Namun kegiatan pengasapan diprioritaskan untuk pengungsi permanen.
Pengungsi permanen adalah masyarakat yang selama 24 jam berada tenda
darurat. Sebab, rumah mereka rusak total sehingga tak bisa dihuni.
Pengungsi permanen sebagian besar berada di empat lingkungan, yakni Lingkungan Pengempel Indah, Gontoran, dan Tegal Kecamatan Sandubaya, serta Lingkungan Kamasan Kecamatan Selaparang.
"Sementara untuk titik-titik pengungsian lainnya atau pengungsi tidak tetap artinya masyarakat hanya mengungsi di malam hari saja, kita 'fogging'
sesuai permintaan," katanya.
Mataram: Dinas Kesehatan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, melakukan pengasapan atau fogging di sejumlah titik pengungsian. Tujuannya mencegah penyebaran nyamuk aedes aegypti yang menularkan penyakit demam bedarah dengue (DBD).
"Pagi ini kami melakukan 'fogging' empat lingkungan yakni di Lingkungan Pengempel Indah, Gontoran, Tegal, dan Pesongoran," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram Usman Hadi di Mataram, Selasa, 4 September 2018.
Dia menjelaskan pengasapan bukan karena ada kasus DBD. Tapi, kegiatan itu bertujuan mengantisipasi efek dari perubahan cuaca. Apalagi, banyak warga yang mengungsi ke tempat terbuka sejak rentetan gempa mengguncang.
Usman mengatakan petugas menemukan indikasi kasus DBD di pengungsian di Lombok Utara. Setelah dicek, ternyata pengungsi diserang malaria.
"Upaya 'fogging' yang kami lakukan untuk antisipasi agar masyarakat yang berada di pengungsian dengan menggunakan tenda darurat bisa tidur lebih nyaman tanpa nyamuk," katanya.
Pengungsian di Kota Mataram tersebar di 1.022 titik di enam kecamatan. Namun kegiatan pengasapan diprioritaskan untuk pengungsi permanen.
Pengungsi permanen adalah masyarakat yang selama 24 jam berada tenda
darurat. Sebab, rumah mereka rusak total sehingga tak bisa dihuni.
Pengungsi permanen sebagian besar berada di empat lingkungan, yakni Lingkungan Pengempel Indah, Gontoran, dan Tegal Kecamatan Sandubaya, serta Lingkungan Kamasan Kecamatan Selaparang.
"Sementara untuk titik-titik pengungsian lainnya atau pengungsi tidak tetap artinya masyarakat hanya mengungsi di malam hari saja, kita 'fogging'
sesuai permintaan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RRN)