Jepara: Kerukunan antarumat beragama di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, nyata adanya. Di desa dekat lereng Gunung Muria itu terdapat bangunan masjid dan gereja yang berdiri saling berhadapan.
Masji Nurul Hikmah dengan Gerja Injili Tanah Jawa (GITJ) Desa Tempur, berada di Dukuh Pekoso. Dua bangunan itu hanya dipisahkan gang di tengah permukiman selebar 2,5 meter. Pintu masjid tepat berhadapan dengan pintu gereja.
Masjid Nurul Hikmah didominasi warna hijau. Sementara GITJ berwarna jingga. Pintu gerbang kedua bangunan pun sama-sama dibuat dari besi antikarat.
Selepas salat zuhur, takmir masjid Abu Abdilah duduk di serambi masjid. Tak berselang lama, Suwadi, pendeta GITJ Desa Tempur datang dan menyapa. Keduanya lalu bercengkrama di serambi masjid.
“Ya, beginilah kami di sini (Desa Tempur). Meski berbeda keyakinan kami hidup bermasyarakat dengan rukun. Ketika ada umat Kristen yang kena musibah, kami ya, membantu. Begitu juga sebaliknya,” ujar Abdilah, Sabtu, 21 Desember 2019.
Abdilah meyakinkan keberadaan masjid dan gereja yang berdekatan sama sekali tak tidak mengganggu ibadah masing-masing umat. Saat perayaan Idulfitri, jemaah bahkan meluber hingga serambi gereja dan hal itu bukanlah masalah.
“Kalau umat kristen ada kegiatan di gereja sudah penuh ya, sampai ke serambi masjid. Jadi tidak ada masalah. Kalau ada perayaan natal umat islam juga ikut membantu,” kata Abdilah.
Sepakat dengan Abdilah, Suwadi mengungkapkan, kerukunan antarumat juga ditunjukan umat kristiani dengan memberikan kesempatan umat islam melaksanakan ibadah dengan tenang.
“Misalnya kegiatan kebaktian malam atau sore. Kalau pas ada ibadah di masjid ya, kami berhenti atau kami mulai setelah ibadah selesai. Karena kalau kebaktian kami menggunakan musik,” ungkap Suwadi.
Desa Tempur, terletak di lereng Gunung Muria dengan luas wilayah 2.416.500 hektare. Dari pusat Kota Jepara, desa ini berjarak 61 kilometer.
Dibutuhkan waktu tempuh hampir dua jam dari pusat kota menuju Desa Tempur. Selain jarak yang jauh, kondisi kendaraan yang prima juga menjadi syarat mutlak. Lantaran jalanan yang menanjak dan berkelok-kelok, sesekali mobil yang berpapasan harus mengalah karena lebar jalan yang hanya sekira 2,5 meter.
“Umat Islam juga mengayomi kaum minoritas. Ada sekitar 150 umat kristiani di sini,” pungkas Suwadi.
Jepara: Kerukunan antarumat beragama di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, nyata adanya. Di desa dekat lereng Gunung Muria itu terdapat bangunan masjid dan gereja yang berdiri saling berhadapan.
Masji Nurul Hikmah dengan Gerja Injili Tanah Jawa (GITJ) Desa Tempur, berada di Dukuh Pekoso. Dua bangunan itu hanya dipisahkan gang di tengah permukiman selebar 2,5 meter. Pintu masjid tepat berhadapan dengan pintu gereja.
Masjid Nurul Hikmah didominasi warna hijau. Sementara GITJ berwarna jingga. Pintu gerbang kedua bangunan pun sama-sama dibuat dari besi antikarat.
Selepas salat zuhur, takmir masjid Abu Abdilah duduk di serambi masjid. Tak berselang lama, Suwadi, pendeta GITJ Desa Tempur datang dan menyapa. Keduanya lalu bercengkrama di serambi masjid.
“Ya, beginilah kami di sini (Desa Tempur). Meski berbeda keyakinan kami hidup bermasyarakat dengan rukun. Ketika ada umat Kristen yang kena musibah, kami ya, membantu. Begitu juga sebaliknya,” ujar Abdilah, Sabtu, 21 Desember 2019.
Abdilah meyakinkan keberadaan masjid dan gereja yang berdekatan sama sekali tak tidak mengganggu ibadah masing-masing umat. Saat perayaan Idulfitri, jemaah bahkan meluber hingga serambi gereja dan hal itu bukanlah masalah.
“Kalau umat kristen ada kegiatan di gereja sudah penuh ya, sampai ke serambi masjid. Jadi tidak ada masalah. Kalau ada perayaan natal umat islam juga ikut membantu,” kata Abdilah.
Sepakat dengan Abdilah, Suwadi mengungkapkan, kerukunan antarumat juga ditunjukan umat kristiani dengan memberikan kesempatan umat islam melaksanakan ibadah dengan tenang.
“Misalnya kegiatan kebaktian malam atau sore. Kalau pas ada ibadah di masjid ya, kami berhenti atau kami mulai setelah ibadah selesai. Karena kalau kebaktian kami menggunakan musik,” ungkap Suwadi.
Desa Tempur, terletak di lereng Gunung Muria dengan luas wilayah 2.416.500 hektare. Dari pusat Kota Jepara, desa ini berjarak 61 kilometer.
Dibutuhkan waktu tempuh hampir dua jam dari pusat kota menuju Desa Tempur. Selain jarak yang jauh, kondisi kendaraan yang prima juga menjadi syarat mutlak. Lantaran jalanan yang menanjak dan berkelok-kelok, sesekali mobil yang berpapasan harus mengalah karena lebar jalan yang hanya sekira 2,5 meter.
“Umat Islam juga mengayomi kaum minoritas. Ada sekitar 150 umat kristiani di sini,” pungkas Suwadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)