Madiun: Masyarakat Dusun Petung, Desa Pajaran, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menggelar ritual Larung Sesaji Bogo Mulyo, tasyakuran, dan doa bersama di Waduk Bening Saradan, Madiun, Minggu, 29 September 2019.
Tradisi tahunan ini merupakan bentuk sedekah alam yang dilakukan masyarakat sebagai perwujudan rasa syukur kepada sang pencipta. Masyarakat mengucap syukur atas rezeki berupa hasil bumi. Ritual juga dimaksudkan sebagai doa memohon petunjuk atas hidup dan keselamatan serta rezeki.
Ritual Larung Sesaji Bogo Mulyo tahun ini merupakan gelaran ke-14. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang menggunakan tumpeng berisi makanan, ritual tahun ini melarungkan sesaji berupa makanan ikan berupa lumut, pelet, dan dedek.
Makanan ikan seberat lebih dari dua kuintal tersebut dibentuk menyerupai ikan koi berwarna coklat tua. Sesaji kemudian diletakkan di atas anyaman bambu dan pelepah pisang yang kemudian dilarungkan ke waduk.
Bupati Madiun Ahmad Dawami memimpin langsung ritual. "Dengan rasa syukur ini kita berharap mendapat keridaan Allah SWT terlimpah kepada kita semua," katanya dalam sambutan.
Pria yang akrab disapa Kaji Mbing ini menambahkan perlu ada sinergi yang bagus antara Perum Jasa Tirta I dan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan selaku pengelola Waduk Bening. Sehingga masyarakat di sekitar waduk dapat lebih sejahtera.
"Tidak ada lagi masyarakat sekitar yang menebangi hutan dan menaruh obat di waduk apabila mereka sejahtera. Ini jadi tugas Jasa Tirta dan Perhutani," bebernya.
Ia melanjutkan, "bila kita mau mendapat berkah alam, kita harus menjaga alam. Tugas ini tidak bisa hanya diserahkan kepada pemerintah saja, tapi harus ada kebersaman dari masyarakat," imbuhnya.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Raymond Valiant Ruritan mengatakan Waduk Bening tidak hanya bermanfaat bagi warga Madiun, namun juga warga Nganjuk. Oleh karena itu, dia mengapresiasi ritual Larung Sesaji ini.
"Ritual ini adalah sebuah penghargaan terhadap keberadaan kita sebagai manusia yang tidak terlepas dari alam. Sebuah penghormatan untuk alam semesta serta menumbuhkan aspek kebudayaan," katanya.
Sementara itu, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Christriyati Ariani, mengatakan ritual Larung sesaji ini merupakan sebuah kolaborasi pelesatarian kebudayaan yang dilestarikan oleh masyarakat dan pemerintah.
"Ini adalah kegiatan yang sangat kami inginkan. Yakni menjaga keseimbangan alam dengan manusia. Kita menyambut baik kegiatan ini dan berharap kegiatan ini bisa tumbuh berkembang juga di daerah lain," pungkasnya.
Madiun: Masyarakat Dusun Petung, Desa Pajaran, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menggelar ritual Larung Sesaji Bogo Mulyo, tasyakuran, dan doa bersama di Waduk Bening Saradan, Madiun, Minggu, 29 September 2019.
Tradisi tahunan ini merupakan bentuk sedekah alam yang dilakukan masyarakat sebagai perwujudan rasa syukur kepada sang pencipta. Masyarakat mengucap syukur atas rezeki berupa hasil bumi. Ritual juga dimaksudkan sebagai doa memohon petunjuk atas hidup dan keselamatan serta rezeki.
Ritual Larung Sesaji Bogo Mulyo tahun ini merupakan gelaran ke-14. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang menggunakan tumpeng berisi makanan, ritual tahun ini melarungkan sesaji berupa makanan ikan berupa lumut, pelet, dan dedek.
Makanan ikan seberat lebih dari dua kuintal tersebut dibentuk menyerupai ikan koi berwarna coklat tua. Sesaji kemudian diletakkan di atas anyaman bambu dan pelepah pisang yang kemudian dilarungkan ke waduk.
Bupati Madiun Ahmad Dawami memimpin langsung ritual. "Dengan rasa syukur ini kita berharap mendapat keridaan Allah SWT terlimpah kepada kita semua," katanya dalam sambutan.
Pria yang akrab disapa Kaji Mbing ini menambahkan perlu ada sinergi yang bagus antara Perum Jasa Tirta I dan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan selaku pengelola Waduk Bening. Sehingga masyarakat di sekitar waduk dapat lebih sejahtera.
"Tidak ada lagi masyarakat sekitar yang menebangi hutan dan menaruh obat di waduk apabila mereka sejahtera. Ini jadi tugas Jasa Tirta dan Perhutani," bebernya.
Ia melanjutkan, "bila kita mau mendapat berkah alam, kita harus menjaga alam. Tugas ini tidak bisa hanya diserahkan kepada pemerintah saja, tapi harus ada kebersaman dari masyarakat," imbuhnya.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Raymond Valiant Ruritan mengatakan Waduk Bening tidak hanya bermanfaat bagi warga Madiun, namun juga warga Nganjuk. Oleh karena itu, dia mengapresiasi ritual Larung Sesaji ini.
"Ritual ini adalah sebuah penghargaan terhadap keberadaan kita sebagai manusia yang tidak terlepas dari alam. Sebuah penghormatan untuk alam semesta serta menumbuhkan aspek kebudayaan," katanya.
Sementara itu, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Christriyati Ariani, mengatakan ritual Larung sesaji ini merupakan sebuah kolaborasi pelesatarian kebudayaan yang dilestarikan oleh masyarakat dan pemerintah.
"Ini adalah kegiatan yang sangat kami inginkan. Yakni menjaga keseimbangan alam dengan manusia. Kita menyambut baik kegiatan ini dan berharap kegiatan ini bisa tumbuh berkembang juga di daerah lain," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)