Malang: Paitun Binti Darno adalah calon jemaah haji (CJH) tertua asal Kabupaten Malang, Jawa Timur. Meski telah berusia 92 tahun, wanita asal Dusun Pabrikan RT15/RW03, Desa Sukonolo, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, itu tetap memiliki tubuh yang sehat dan siap untuk berangkat ke Tanah Suci.
Tahun ini, Paitun masuk ke dalam Kloter 26 dan dijadwalkan berangkat ke Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, bersama para CJH lainnya pada 17 Mei 2024 mendatang. Wanita kelahiran 9 Agustus 1932 itu berangkat haji seorang diri dan tanpa pendamping dari pihak keluarga.
"Mbah Paitun berangkat sendiri dengan didampingi petugas dari KBIHU Al Rifaie," kata Yuyun Maslahah, keponakan Paitun, saat ditemui di kediamannya di Dusun Pabrikan, Desa Sukonolo, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Kamis, 9 Mei 2024.
Yuyun menceritakan, Paitun mulai mendaftar haji pada 2018 silam lewat Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) Al Rifaie di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Saat itu, Paitun didaftarkan haji dan umroh atas saran dari tetangganya.
"Mbah Paitun ini disarankan oleh tetangganya untuk mendaftar haji. Beliau kan tidak punya anak, jadi disarankan daftar haji untuk menyempurnakan agamanya. Kami pihak keluarga ya mendukung saja keputusan itu karena hal yang baik," ujarnya.
Untuk mendaftar haji saat itu, Paitun pun harus rela menjual tanah yang diwariskan dari orang tuanya. Pasalnya selama beberapa tahun terakhir ini, Paitun sudah tidak lagi bekerja sebagai buruh tani di sawah lantaran usianya yang tak lagi muda.
"Awalnya daftar haji biayanya sekitar Rp30 juta. Tapi karena biaya hajinya naik, jadi nambah Rp30 juta lagi. Ini untuk uang saku di sana nanti ya masih harus jual-jual lagi apa yang dipunya," urainya.
Keberangkatan Paitun ke Tanah Suci memang sempat tertunda oleh pandemi covid-19 beberapa tahun lalu. Hingga akhirnya, Paitun pun baru mendapat panggilan dari pihak KBIHU dan bisa menjalankan rukun Islam yang kelima pada tahun ini.
"Kami baru mendapat kabar itu akhir tahun lalu. Jadi nggak nyangka bisa berangkat tahun ini. Bisa dibilang ini nyaris tanpa persiapan," terangnya.
Meski tanpa persiapan, Yuyun mengaku bahwa kondisi fisik Paitun terhitung sangat baik di usianya yang hampir menginjak satu abad itu. Sebab sehari-harinya, Paitun biasa berjalan tanpa alas kaki untuk mencari kayu di ladang sekitar rumahnya.
"Kayu-kayu yang dikumpulkan Paitun itu tidak dijual, tetapi untuk bahan bakar memasak di rumah. Masak air dan lain-lain," ungkapnya.
Malang: Paitun Binti Darno adalah
calon jemaah haji (CJH) tertua asal Kabupaten Malang, Jawa Timur. Meski telah berusia 92 tahun, wanita asal Dusun Pabrikan RT15/RW03, Desa Sukonolo, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, itu tetap memiliki tubuh yang sehat dan siap untuk berangkat ke Tanah Suci.
Tahun ini, Paitun masuk ke dalam Kloter 26 dan dijadwalkan berangkat ke Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, bersama para CJH lainnya pada 17 Mei 2024 mendatang. Wanita kelahiran 9 Agustus 1932 itu berangkat haji seorang diri dan tanpa pendamping dari pihak keluarga.
"Mbah Paitun berangkat sendiri dengan didampingi petugas dari KBIHU Al Rifaie," kata Yuyun Maslahah, keponakan Paitun, saat ditemui di kediamannya di Dusun Pabrikan, Desa Sukonolo, Kecamatan Bululawang,
Kabupaten Malang, Kamis, 9 Mei 2024.
Yuyun menceritakan, Paitun mulai mendaftar haji pada 2018 silam lewat Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) Al Rifaie di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Saat itu, Paitun didaftarkan haji dan umroh atas saran dari tetangganya.
"Mbah Paitun ini disarankan oleh tetangganya untuk mendaftar haji. Beliau kan tidak punya anak, jadi disarankan daftar haji untuk menyempurnakan agamanya. Kami pihak keluarga ya mendukung saja keputusan itu karena hal yang baik," ujarnya.
Untuk mendaftar haji saat itu, Paitun pun harus rela menjual tanah yang diwariskan dari orang tuanya. Pasalnya selama beberapa tahun terakhir ini, Paitun sudah tidak lagi bekerja sebagai buruh tani di sawah lantaran usianya yang tak lagi muda.
"Awalnya daftar haji biayanya sekitar Rp30 juta. Tapi karena biaya hajinya naik, jadi nambah Rp30 juta lagi. Ini untuk uang saku di sana nanti ya masih harus jual-jual lagi apa yang dipunya," urainya.
Keberangkatan Paitun ke Tanah Suci memang sempat tertunda oleh pandemi covid-19 beberapa tahun lalu. Hingga akhirnya, Paitun pun baru mendapat panggilan dari pihak KBIHU dan bisa menjalankan rukun Islam yang kelima pada tahun ini.
"Kami baru mendapat kabar itu akhir tahun lalu. Jadi nggak nyangka bisa berangkat tahun ini. Bisa dibilang ini nyaris tanpa persiapan," terangnya.
Meski tanpa persiapan, Yuyun mengaku bahwa kondisi fisik Paitun terhitung sangat baik di usianya yang hampir menginjak satu abad itu. Sebab sehari-harinya, Paitun biasa berjalan tanpa alas kaki untuk mencari kayu di ladang sekitar rumahnya.
"Kayu-kayu yang dikumpulkan Paitun itu tidak dijual, tetapi untuk bahan bakar memasak di rumah. Masak air dan lain-lain," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)