Pembuat besek di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Pembuat besek di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Balada Perajin Besek Bambu

Rhobi Shani • 09 Agustus 2019 13:43
Jepara: Batang bambu nampak menumpuk di halaman rumah Sardinah, warga Desa Kendeng Sidialit, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Di teras ada tumpukan potongan bambu yang sudah dibelah tipis-tipis. Tidak jauh dari potongan bambu, nampak tumpukan besek bambu.
 
Dengan pisau di tangan, Sardinah duduk bersandar dinding rumah. Jari-jari tangan yang sudah keriput masih terampil membuat pola besek. Pekerjaan membuat besek sudah Sardinah tekuni sejak 65 tahun lalu.
 
“Membuat (besek) sejak masih kecil. Ya, umur 15 tahunan sudah bekerja membuat besek. Sampai sekarang,” ujar Sardinah, nenek berusia 80 tahun itu ditemui di rumahnya, Jumat, 9 Agustus 2019.

Sembari membuat besek Sardinah menceritakan, puluhan tahun lalu sebagian besar warga Desa Kendengalit bekerja membuat kerajinan. Itu seperti besek, kotak lamaran, dan tusuk sate. Namun, saat ini jumlah warga yang membuat besek dapat dihitung dengan jari.
 
“Kalau dulu banyak, tapi sekarang sudah habis,” kata Sardinah.
 
Di usia senja, produktivitas Sardinas membuat besek menurun. Untuk mendapatkan bambu, Sardinah pun harus meminta tolong tetangga untuk membelikan bambu ke pasar. Begitu juga dengan penjualan. Besek yang sudah jadi Sardinah titipkan kepada tetangga agar dijualkan ke pasar.
 
“Namanya juga titip, jadi ya tidak mesti ada dan jumlahnya juga tidak bisa banyak. Sudah tua ya, sudah tidak kuat beli bambu sendiri. Ini saja kena bambu dan pisau,” ungkap Sardinah sembari menunjukan bekas luka sayatan pisau dan belahan bambu di tangan.
 
Satu pasang besek ukuran 30 sentimeter persegi buatan Sardinah hanya dibandrol Rp2.000. Untuk ukuran yang lebih besar, tiap pasang besek harganya Rp3.000. Dalam sepekan, Sardinah hanya mampu membuat 100 pasang besek.
 
“Harganya memang murah, tidak seperti dulu. Kalau saya muda dulu bisa dapat (keuntungan) banyak,” ungkap Sardinah.
 
Kepala Desa Kendeng Sidialit, Kahono Wibowo menyampaikan bahwa saat ini perajin besek di desanya sudah mulai punah. Dari belasan perajin yang ada, semuanya berusia uzur.
 
Sejak beberapa tahun terakhir, perajin dari bahan baku bambu sudah beralih ke tusuk sate dan tali.
 
“Kalau tusuk sate banyak dan mulai berkembang, juga tali dari bambu yang biasa digunakan untuk mengikat sayur. Kalau besek memang sudah jarang, dan dilakukan nenek-nenek,” pungkas Kahono.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan