Kampus Unand. Foto: Dok. Unand
Kampus Unand. Foto: Dok. Unand

Universitas Andalas Sanksi Pembina Asrama yang Paksa Mahasiswi Potong Celana

Media Indonesia • 01 November 2022 23:30
Padang: Universitas Andalas (Unand) menyesalkan kasus pemaksaan pemotongan celana penghuni asrama Unand yang viral di media sosial. Buntut kasus ini, Unand akan mengevaluasi pengelolaan asrama dan menjatuhkan sanksi bagi pembina yang terlibat dalam kasus itu.
 
"Adik-adik pembina akan kami nonaktifkan dulu untuk sementara waktu. Kami juga evaluasi dan reformasi sistem pembinaan, sesuai masukan, kata Direktur Kemahasiswaan Unand, Kandra Fahmi, Selasa, 1 November 2022.
 
Rektor Unand Yuliandri menegaskan tindakan tersebut merupakan suatu perbuatan yang sangat disesalkan dan tidak dapat dibenarkan. Adapun penjatuhan sanksi dengan memaksa memotong celana jelas telah melenceng dari konsep pembinaan itu sendiri.

"Unsur pimpinan sudah mengumpulkan mahasiswa senior/pembina asrama, mahasiswa yang menjadi korban serta mahasiswa senior yang pernah tinggal di asrama untuk dimintai penjelasan. Berdasarkan pendalaman tersebut, diketahui bahwa telah terjadi kealfaan dalam pelaksanaan tata tertib kehidupan berasrama," katanya.
 
Baca: Kasus Intimidasi Mahasiswa, Unand Evaluasi Pola Pembinaan Asrama

Kronologinya pada Sabtu 29 Oktober 2022, ketika dua mahasiswi hendak pergi keluar asrama dinilai tidak sesuai dengan ketentuan tata tertib asrama yaitu dengan memakai rok dan tidak boleh memakai celana. Atas pelanggaran ketentuan tersebut, mahasiswi pembina asrama memerintahkan mahasiswi tersebut untuk menggunting celananya sendiri.
 
Kejadian ini direkam oleh mahasiswi pembina asrama dan disebarkan di kalangan asrama sendiri, untuk menimbulkan efek jera bagi mahasiswi lainnya. Ketika dikonfirmasi kepada mahasiswi yang diperintahkan memotong celananya diakui bahwa benar yang bersangkutan memakai celana panjang tetapi bukan celana jin sebagaimana yang dilarang dalam Buku Panduan dan Tata Tertib Kehidupan Asrama Mahasiswa Universitas Andalas.
 
Wakil Rektor I Universitas Andalas Mansyurdin mengatakan semestinya berperilaku dan bertindak di lingkungan asrama, tidak hanya sekedar tempat tinggal melainkan juga sebagai tempat pembinaan karakter.
 
Selanjutnya, Mansyurdin mengatakan, masalah diselesaikan secara kekeluargaan, supaya kejadian ini tidak terulang dan tidak merugikan pihak manapun.
 
"Pada akhirnya semua pihak sepakat untuk saling memaafkan dan setuju untuk menyelesaikan masalah secara kekeluargaan," ujarnya.
 
Para pihak juga menyampaikan bahwa kejadian ini bukan dilatarbelakangi unsur SARA atau diskriminasi sebagaimana yang berkembang di media sosial, melainkan lebih sebagai cara pembinaan antara senior dan junior yang tidak tepat. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan