Aceh: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta agar Pemerintah Aceh meningkatkan penerapan biosecurity dalam penanganan penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.
“Pelaksanaan biosecurity harus ditingkatkan karena menjadi kunci dalam penanganan penyebaran wabah PMK sebelum adanya testing dan vaksinasi yang masif,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat Rapat Koordinasi Penanganan PMK di Banda Aceh, Rabu, 3 Agustus 2022.
Ia menyebut Aceh merupakan salah satu daerah dengan tingkat penyebaran PMK cukup tinggi, setelah Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Hingga, 2 Agustus 2022, hewan ternak yang terinfeksi PMK di Tanah Rencong sudah mencapai 45.119 ekor.
Rinciannya, 39.682 ekor telah sembuh, 275 ekor mati, 59 ekor dipotong paksa, dan 5.103 ekor masih dalam perawatan. Menurut dia, ada empat strategi utama yang perlu dilakukan dalam penanganan PMK, yakni biosecurity, pengobatan, vaksinasi dan potong bersyarat.
Benteng pertama dalam penanganan PMK, yakni biosecurity, yang meliputi disinfeksi bagi hewan, kadang, orang, kendaraan setiap keluar masuk kandang, pengaturan pasar hewan, penjagaan ketat perbatasan hingga edukasi biosecurity kepada masyarakat.
“Pastikan hewan yang masuk di pasar hewan itu adalah hewan ternak yang sehat,” ucap dia.
Baca: Dihantam PMK, Peternak di Bandung Merugi hingga Rp17 Miliar
Ia menyebut biosecurity menjadi pertahanan pertama penularan PMK. Vaksinasi dilakukan apabila biosecurity dan pengobatan belum berhasil.
"Virus PMK ini bisa dibawa oleh manusia dan barang-barang yang dibawa oleh manusia,” katanya.
Selain itu, kata Suharyanto, Pemerintah Aceh juga perlu terus melakukan pengobatan bagi ternak yang terinfeksi PMK untuk meningkatkan angka kesembuhan.
“Di samping obat medis, hewan ternak juga bisa diberikan obat-obatan tradisional, sesuai kearifan lokal, ada jamu, kunyit. Saya rasa itu salah satu alternatif supaya ternak sakit bisa segera sembuh,” ucap dia.
Kemudian Aceh juga perlu terus melakukan pemotongan bersyarat bagi hewan ternak yang sakit parah, dan juga terus vaksinasi PMK bagi ternak yang masih sehat di wilayah tertentu.
Aceh: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta agar Pemerintah
Aceh meningkatkan penerapan
biosecurity dalam penanganan penyebaran wabah
penyakit mulut dan kuku (PMK) pada
hewan ternak.
“Pelaksanaan
biosecurity harus ditingkatkan karena menjadi kunci dalam penanganan penyebaran wabah PMK sebelum adanya testing dan vaksinasi yang masif,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat Rapat Koordinasi Penanganan PMK di Banda Aceh, Rabu, 3 Agustus 2022.
Ia menyebut Aceh merupakan salah satu daerah dengan tingkat penyebaran PMK cukup tinggi, setelah Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Hingga, 2 Agustus 2022, hewan ternak yang terinfeksi PMK di Tanah Rencong sudah mencapai 45.119 ekor.
Rinciannya, 39.682 ekor telah sembuh, 275 ekor mati, 59 ekor dipotong paksa, dan 5.103 ekor masih dalam perawatan. Menurut dia, ada empat strategi utama yang perlu dilakukan dalam penanganan PMK, yakni
biosecurity, pengobatan, vaksinasi dan potong bersyarat.
Benteng pertama dalam penanganan PMK, yakni
biosecurity, yang meliputi disinfeksi bagi hewan, kadang, orang, kendaraan setiap keluar masuk kandang, pengaturan pasar hewan, penjagaan ketat perbatasan hingga edukasi biosecurity kepada masyarakat.
“Pastikan hewan yang masuk di pasar hewan itu adalah hewan ternak yang sehat,” ucap dia.
Baca:
Dihantam PMK, Peternak di Bandung Merugi hingga Rp17 Miliar
Ia menyebut
biosecurity menjadi pertahanan pertama penularan PMK. Vaksinasi dilakukan apabila
biosecurity dan pengobatan belum berhasil.
"Virus PMK ini bisa dibawa oleh manusia dan barang-barang yang dibawa oleh manusia,” katanya.
Selain itu, kata Suharyanto, Pemerintah Aceh juga perlu terus melakukan pengobatan bagi ternak yang terinfeksi PMK untuk meningkatkan angka kesembuhan.
“Di samping obat medis, hewan ternak juga bisa diberikan obat-obatan tradisional, sesuai kearifan lokal, ada jamu, kunyit. Saya rasa itu salah satu alternatif supaya ternak sakit bisa segera sembuh,” ucap dia.
Kemudian Aceh juga perlu terus melakukan pemotongan bersyarat bagi hewan ternak yang sakit parah, dan juga terus vaksinasi PMK bagi ternak yang masih sehat di wilayah tertentu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)