Dia hanya menyampaikan capaian pemeriksaan kepada masyarakat yang diduga campak. Selama 2022, pihaknya telah menemukan dan memeriksa 94 kasus suspek campak.
Jumlah tersebut lebih sedikit dari 2021 yang mencapai 137 temuan suspek. Namun, Desti mengatakan jumlah itu sudah melebihi target temuan suspek, yakni 44 pasien.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Jumlah 94 itu yang diperiksa bukan positif, jumlah positifnya sedikit saya tidak mau buka," kata dia, Selasa, 24 Januari 2023.
Dia menjelaskan penyakit tersebut disebabkan virus measles dan rubela. Orang yang terinfeksi akan mengalami gejala demam, timbul ruam atau bintik merah, batuk, disertai flu.
Baca: Waspada Penyakit Campak, Ini Penyebab dan Gejala-gejalanya |
Menurut dia, virus tersebut banyak menyerang anak-anak. Namun, sejumlah kasus ditemukan pada anak remaja usia 18 tahun.
"Yang biasa terkena campak usia sekolah dari hasil sampel yg diterima usia yang terkena adalah 2, 4, 5, 11, dan 18 tahun," ujarnya.
Untuk itu, pihaknya menggelar imunisasi kejar bagi bayi. Kemudian menggencarkan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) campak pada siswa kelas 1 SD.
"Kami juga melakukan pengambilan sampel pada anak terduga campak untuk dikirim ke Dinkes provinsi dan dilanjutkan ke pusat," ujarnya.
Desti mengimbau orang tua melengkapi imunisasi pada anak bayi, balita, dan anak usia sekolah. Apabila mendapat anak dengan gejala demam, ruam merah, segera ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id