Banda Aceh: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Aceh Besar melakukan edukasi penanganan dampak gempa bumi dan tsunami di Kota Sabang, Aceh, melalui program Sekolah Lapang Gempabumi (SLG).
Kepala Balai Besar MKG Wilayah I Medan, Darmawan, mengatakan SLG untuk mengedukasi seluruh elemen masyarakat terkait dengan tindakan yang harus dilakukan sebelum, sedang, dan setelah terjadinya gempa dan tsunami.
"Jadi setelah kita mempelajari dan analisis, ternyata evakuasi mandiri itu hal yang paling penting," kata Darmawan di Sabang, Rabu, 27 Juli 2022.
Dia menjelaskan saat kejadian gempa dan tsunami Aceh pada 2004, peralatan yang tersedia untuk mendeteksi gempa bumi sedikit, yakni total 30 alat.
Namun secara bertahap sejak 2005 hingga sekarang, pihaknya sudah menyediakan sekitar 500 alat yang dipasang untuk memantau gempa bumi, baik di darat maupun di laut.
Melalui SGL, pihaknya juga menjelaskan kepada masyarakat terkait dengan langkah-langkah untuk evakuasi mandiri, yang memungkinkan seseorang bisa selamat dengan persentase hingga 90 persen.
"Jika dibandingkan hanya menunggu datangnya tim evakuasi yang membantu, kemungkinan selamat hanya 15 persen," jelasnya.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Kota Sabang, Faisal Azwar, mengatakan peran vital BMKG di Sabang untuk memberikan informasi yang akurat dan cepat bagi masyarakat, terutama dalam menghadapi perubahan cuaca yang ekstrem dan perubahan iklim di wilayah itu, sebagai pulau terluar Indonesia.
“Semoga SLG ini terus dilakukan secara berkala untuk mengedukasi masyarakat agar siap terhadap masalah kebencanaan," ungkapnya.
Banda Aceh: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
BMKG) Stasiun Geofisika Aceh Besar melakukan edukasi penanganan dampak
gempa bumi dan
tsunami di Kota Sabang, Aceh, melalui program Sekolah Lapang Gempabumi (SLG).
Kepala Balai Besar MKG Wilayah I Medan, Darmawan, mengatakan SLG untuk mengedukasi seluruh elemen masyarakat terkait dengan tindakan yang harus dilakukan sebelum, sedang, dan setelah terjadinya gempa dan tsunami.
"Jadi setelah kita mempelajari dan analisis, ternyata evakuasi mandiri itu hal yang paling penting," kata Darmawan di Sabang, Rabu, 27 Juli 2022.
Dia menjelaskan saat kejadian gempa dan tsunami Aceh pada 2004, peralatan yang tersedia untuk mendeteksi gempa bumi sedikit, yakni total 30 alat.
Namun secara bertahap sejak 2005 hingga sekarang, pihaknya sudah menyediakan sekitar 500 alat yang dipasang untuk memantau gempa bumi, baik di darat maupun di laut.
Melalui SGL, pihaknya juga menjelaskan kepada masyarakat terkait dengan langkah-langkah untuk evakuasi mandiri, yang memungkinkan seseorang bisa selamat dengan persentase hingga 90 persen.
"Jika dibandingkan hanya menunggu datangnya tim evakuasi yang membantu, kemungkinan selamat hanya 15 persen," jelasnya.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Kota Sabang, Faisal Azwar, mengatakan peran vital BMKG di Sabang untuk memberikan informasi yang akurat dan cepat bagi masyarakat, terutama dalam menghadapi perubahan cuaca yang ekstrem dan perubahan iklim di wilayah itu, sebagai pulau terluar Indonesia.
“Semoga SLG ini terus dilakukan secara berkala untuk mengedukasi masyarakat agar siap terhadap masalah kebencanaan," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)