medcom.id, Buleleng: Pura Pulaki merupakan tempat paling sakral di wilayah Bali Utara. Momen catur brata penyepian ini, dimanfaatkan warga Bali untuk menginap semalam suntuk sambil semadi di Pura Pulaki.
Salah satunya adalah warga dari Karangasem, Ni Nyoman Suparni. Dia sengaja datang bersama sembilan anggota keluarganya untuk mekemit atau menginap semalaman di Pura Pulaki untuk memaknai hari suci Nyepi.
"Saya datang dari Karangasem, saya ingin Nyepi di Pura Pulaki ini karena ingin memaknai hari raya nyepi ini, sepi dalam segala hal dan fokus terhadap Tuhan Yang Maha Esa," kata Suparni kepada Metrotvnews.com saat ditemui di Pura Pulaki, Selasa 28 Maret 2017.
Saat Nyepi di Pura Pulaki, Suparni beserta sembilan anggota keluarganya dari Karangasem tidur di sebuah tempat seperti sangkar di dalam pura. Di dalamnya terdapat televisi, kompor, pakaian dan juga alas tidur dari selimut.
Meski banyak monyet berkeliaran di dalam pura tersebut, Suparni merasa tidak terganggu. Justru dia malah tertantang untuk lebih khusyuk lagi menjalankan ritual keagamaan di Pura Pulaki.
"Kalau tidur di dalam situ(sangkar). Ada monyet-monyet ini melatih kesabaran, ini tantangannya," tambahnya.
Dia memilih Pura Pulaki sebagai tempat untuk mekemit lantaran pura tersebut sangat sakral dan diyakini sebagai pura tertua yang ada di Bali. Oleh karenanya, momen catur brata penyepian ini digunakan Suparni dan keluarganya untuk berdoa memohon keselamatan dan penyucian diri.
"Di sini sangat istimewa, karena ini pura tertua dan nyepi di sini lebih khusyuk," tutupnya.
Sementara itu di Desa Melanting, Kecamatan Banyupoh, Kabupaten Buleleng, sejumlah warga terkena tegur oleh pecalang. Mereka nekat keluar rumah pada saat umat Hindu melaksanakan catur brata penyepian.
Pantauan Metrotvnews.com di lokasi, sekelompok warga yang terdiri dari tujuh orang membuat keributan hingga terdengar di telinga pecalang. Kemudian, salah satu pecalang secara tegas menegur mereka.
Sejumlah warga terkena tegur oleh pecalang di Desa Melanting, Kecamatan Banyupoh, Kabupaten Buleleng
"Kita sedang melaksanakan Nyepi, kita mohon nggih, untuk menghargai jangan keluar rumah dan berisik nggih," ujar Nengah kepada warganya tersebut di Desa Melanting, Selasa 28 Maret 2017.
Warga yang terkena teguran tersebut spontan langsung masuk ke dalam rumahnya dan sempat mengatakan bahwa dia tidak melanggar awig-awig atau aturan selama Nyepi. "Iya kami masuk," kata ibu yang enggan menyebutkan namanya.
medcom.id, Buleleng: Pura Pulaki merupakan tempat paling sakral di wilayah Bali Utara. Momen catur brata penyepian ini, dimanfaatkan warga Bali untuk menginap semalam suntuk sambil semadi di Pura Pulaki.
Salah satunya adalah warga dari Karangasem, Ni Nyoman Suparni. Dia sengaja datang bersama sembilan anggota keluarganya untuk mekemit atau menginap semalaman di Pura Pulaki untuk memaknai hari suci Nyepi.
"Saya datang dari Karangasem, saya ingin Nyepi di Pura Pulaki ini karena ingin memaknai hari raya nyepi ini, sepi dalam segala hal dan fokus terhadap Tuhan Yang Maha Esa," kata Suparni kepada
Metrotvnews.com saat ditemui di Pura Pulaki, Selasa 28 Maret 2017.
Saat Nyepi di Pura Pulaki, Suparni beserta sembilan anggota keluarganya dari Karangasem tidur di sebuah tempat seperti sangkar di dalam pura. Di dalamnya terdapat televisi, kompor, pakaian dan juga alas tidur dari selimut.
Meski banyak monyet berkeliaran di dalam pura tersebut, Suparni merasa tidak terganggu. Justru dia malah tertantang untuk lebih khusyuk lagi menjalankan ritual keagamaan di Pura Pulaki.
"Kalau tidur di dalam situ(sangkar). Ada monyet-monyet ini melatih kesabaran, ini tantangannya," tambahnya.
Dia memilih Pura Pulaki sebagai tempat untuk mekemit lantaran pura tersebut sangat sakral dan diyakini sebagai pura tertua yang ada di Bali. Oleh karenanya, momen catur brata penyepian ini digunakan Suparni dan keluarganya untuk berdoa memohon keselamatan dan penyucian diri.
"Di sini sangat istimewa, karena ini pura tertua dan nyepi di sini lebih khusyuk," tutupnya.
Sementara itu di Desa Melanting, Kecamatan Banyupoh, Kabupaten Buleleng, sejumlah warga terkena tegur oleh pecalang. Mereka nekat keluar rumah pada saat umat Hindu melaksanakan catur brata penyepian.
Pantauan
Metrotvnews.com di lokasi, sekelompok warga yang terdiri dari tujuh orang membuat keributan hingga terdengar di telinga pecalang. Kemudian, salah satu pecalang secara tegas menegur mereka.
Sejumlah warga terkena tegur oleh pecalang di Desa Melanting, Kecamatan Banyupoh, Kabupaten Buleleng
"Kita sedang melaksanakan Nyepi, kita mohon nggih, untuk menghargai jangan keluar rumah dan berisik nggih," ujar Nengah kepada warganya tersebut di Desa Melanting, Selasa 28 Maret 2017.
Warga yang terkena teguran tersebut spontan langsung masuk ke dalam rumahnya dan sempat mengatakan bahwa dia tidak melanggar awig-awig atau aturan selama Nyepi. "Iya kami masuk," kata ibu yang enggan menyebutkan namanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)