Festival Biduk Gedang Selang Beangkut Kenduri Swarnabhumi 2024 di Kabupaten Merangin, Jambi.
Festival Biduk Gedang Selang Beangkut Kenduri Swarnabhumi 2024 di Kabupaten Merangin, Jambi.

Festival Biduk Gedang Perkenalkan Rumah Tuo Bangunan Tradisional Masyarakat Merangin

Whisnu Mardiansyah • 29 Juli 2024 22:44
Jambi: Rumah Tuo Rantau Panjang Tabir menjadi tuan rumah dalam Festival Biduk Gedang Selang Beangkut Kenduri Swarnabhumi 2024 yang digelar pada Sabtu, 27 Juli 2024. Bangunan tradisional yang sarat akan sejarah ini telah menjadi saksi perkembangan peradaban kebudayaan masyarakat Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin, Jambi selama ratusan tahun.
 
Rumah Tuo Rantau Panjang Tabir menjadi objek budaya yang diangkat pada festival ini guna memperkenalkan kembali rumah tradisional yang masih terjaga keaslian bentuk dan struktur bangunannya.
 
Festival Biduk Gedang Selang Beangkut menjadi festival budaya yang mengangkat kearifan lokal masyarakat dalam bidang pertanian. Biduk Gedang sendiri merupakan alat transportasi untuk mengantar warga ke lahan bertani dan untuk mengangkut hasil panen melalui sungai.

Biduk Gedang menyimpan banyak nilai warisan budaya, mulai dari manfaat ekonomi, sosial kemasyarakatan, hingga kesenian tradisional. Sedangkan Selang Beangkut merupakan tradisi masyarakat merayakan bersama kebahagiaan saat masa panen tiba. Tradisi diwarnai dengan muda-mudi berbalas pantun dan alat musik tradisional di atas Biduk, berkumpul bermusyawarah, dan pembacaan doa ucap syukur bersama.
 
Baca: Festival Biduk Gedang Selang Beangkut Gelar GERATIK untuk Pelestarian Sungai

Pamong Budaya dari Direktorat Perfilman, Musik dan Media, Meta Ambar, menjelaskan bagaimana Festival Biduk Gedang Selang Beangkut menjadi momentum penting untuk melestarikan cagar budaya sebagai identitas daerah seperti Rumah Tuo Panjang Tabir.
 
"Festival ini bukan hanya ajang seni dan budaya, tetapi juga platform untuk menyampaikan pesan-pesan penting tentang pelestarian kebudayaan," kata Meta, Minggu, 28 Juli 2024.
 
Ia juga berharap festival ini dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian budaya dan lingkungan, serta menginspirasi masyarakat untuk terus melestarikan kebudayaan lokal.
 
Adapun alasan Rumah Tuo Rantau Panjang Tabir dijadikan panggung festival ini, dikatakan Direktur Festival Lokal Kabupaten Merangin, Muhammad Syukron bangunan ini merupakan suatu monumen kehidupan dan menjadi ikon budaya masyarakat Kecamatan Tabir.
 
“Dengan menjaga dan melihat keaslian Rumah Tuo Rantau Panjang Tabir, akan mengingatkan masyarakat untuk selalu menjaga kelestarian nilai budaya,” kata Syukron.
 
Syukron mengatakan rangkaian festival ini digelar sebagai ajang mempromosikan kesenian dan kebudayaan masyarakat Tabir. Festival yang bercerita tentang panen padi ini, lanjutnya, seperti pesta rakyat yang menampilkan tarian dan musik tradisional.
 
Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Tabir, Mukhtar YS, menyampaikan sejarah dan makna Rumah Tuo Rantau Panjang Tabir yang dibangun dengan kayu, dan tanpa paku ini. Menurutnya, Rumah Tuo ini menjadi simbol bahwa masyarakat setempat masih menjunjung tinggi nilai-nilai warisan budaya.
 
“Disebut perkampungan Rumah Tuo karena di kampung ini masih ada bangunan rumah tua yang diperkirakan didirikan tahun 1330 dan masih bertahan hingga sekarang. Desa ini juga merupakan desa tertua di Provinsi Jambi dan telah ditempati selama kurang lebih 700 tahun,” ujar Mukhta.
 
Desa ini disebut Dusun Tuo, lanjutnya, karena terdapat sekitar 60 rumah tua peninggalan nenek moyang Suku Batin. Konon, rumah ini merupakan rumah paling tua dan dijadikan sebagai museum serta pusat wisata budaya. Rumah tersebut dijaga dan dirawat oleh generasi ketujuh Suku Batin, bernama Iskandar.
 
Berdasarkan penuturannya, dari 60 keluarga yang ada, mereka tersebar di beberapa kampung seperti Lubuk Tebing Tinggi, Talang Genteng, Mudik Bukit, dan Bukit Senang Hati. Awalnya, karena tinggal di hutan dan menghadapi banyak risiko binatang buas, mereka bersepakat untuk bersatu dan tinggal di satu tempat dan membangun sebuah kampung bernama Ujung Tanjung Muara Semayam dengan 19 kepala keluarga.
 
“Pemimpin pertama kampung itu diberi gelar Datuk Rio Depati, yang bertugas mengatur kehidupan kampung agar rukun dan tertib,” tambah Mukhtar.
 
Selain memiliki bangunan yang unik, setiap bagian dari struktur Rumah Tuo memiliki makna tersendiri sesuai dengan adat-istiadat setempat. Pintu Rumah Tuo dibangun hanya setinggi satu meter, sehingga pengunjung perlu menunduk yang melambangkan nilai kesopanan. Ruangan dan lantai pada Rumah Tuo pun dibangun sesuai peruntukannya.
 
Ruangan pertama untuk menggelar pertemuan yang memiliki 3 tingkat lantai yakni untuk ninik-mamak (tokoh adat), keluarga, dan pekerja. Ruangan kedua untuk tempat beristirahat dan ruangan ketiga sebagai dapur.
 
Diketahui, Festival Biduk Gedang Selang Beangkut menjadi salah satu dari 12 rangkaian festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024. Kenduri Swarnabhumi sendiri akan digelar di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, yakni di 10 Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi  dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat.
 
Pagelaran festival budaya yang akan diselenggarakan oleh masyarakat setempat, menjadi momentum memperkuat semangat kemandirian dalam mengangkat kearifan lokalnya. Setiap festival yang digelar akan berkoordinasi dengan Direktur Festival Lokal dan Kurator Lokal serta didukung Direktorat Perfilman Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan