Palu: Polda Sulawesi Tengah, telah mengamankan 17 personel dan 15 senjata api pascainsiden penembakan yang menewaskan seorang demonstran di Desa Khatulistiwa, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong. Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Didik Supranoto mengatakan, 17 personel yang diamankan tersebut merupakan personel dari Polres Parigi Moutong.
"17 personel masih diperiksa bersama 15 senjata api yang mereka gunakan diuji balistik oleh tim laboratorium forensik Polri, Makassar, Sulawesi Selatan," terangnya, Rabu, 16 Februari 2022.
Menurut Didik, usai bentrokan antara polisi dengan massa pengunjuk rasa penolak tambang di Kecamatan Tinombo Selatan yang menewaskan Refaldi, 21, Minggu, 13 Februari 2022. Polda telah membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kasus tersebut.
"Di mana, tim investigasi itu melibatkan Propam, Ditwasda, Krimum serta backup dari tim laboratorium forensik Polri, Makassar," ujarnya.
Baca: Pedemo Tewas Tertembak, Propam Polda Sulteng Periksa 14 Polisi
Didik menjelaskan, tim investigasi sudah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) bersama dengan tim laboratorium forensik. Selain itu, tim investigasi juga segera malakukan uji balistik kepada 15 senjata api milik personel Polres Parigi Moutong.
"Apabila dari hasil pengujian tersebut sama dengan 15 Senpi, maka dilakukan gelar untuk memastikan siapa pelaku pembunuhan warga tersebut," ungkapnya.
Bentrokan terjadi saat polisi hendak membubarkan pendemo karena sudah memblokir jalan. Pasalnya, jalur yang diblokir demonstran merupakan satu-satunya akses jalan trans Sulawesi yang menuju Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Ketika jalan trans itu tertutup, secara otomatis tidak ada jalur alternatif. Jika malam tersebut polisi tidak berinisiatif untuk membuka blokir jalan, maka terjadi kemacetan cukup panjang dari arah Sulteng menuju Gorontalo dan Sulawesi Utara.
"Dan kalau itu tidak dibuka akan menjadi konflik baru antara pengguna jalan dan yang melakukan pemblokiran. Untuk itu Polri melakukan tindakan tegas membuka jalan tersebut," papar Didik.
Polda berharap, masyarakat tetap tenang karena seluruh permasalahan yang ada saat ini masih dalam proses penanganan. Didik meminta masyarakat memberikan kepercayaan kepada pihak kepolisian yang bertindak secara profesional, dan melakukan penyelidikan kasus kematian Refaldi sampai tuntas.
"Kami imbau masyarakat tidak terprovokasi dengan hal-hal yang sifatnya negatif, karena kami bertindak sesuai dengan jalur hukum," tandasnya.
Palu:
Polda Sulawesi Tengah, telah mengamankan 17 personel dan 15 senjata api pascainsiden penembakan yang menewaskan seorang demonstran di Desa Khatulistiwa, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong. Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Didik Supranoto mengatakan, 17 personel yang diamankan tersebut merupakan personel dari Polres Parigi Moutong.
"17 personel masih diperiksa bersama 15 senjata api yang mereka gunakan diuji balistik oleh tim laboratorium forensik Polri, Makassar, Sulawesi Selatan," terangnya, Rabu, 16 Februari 2022.
Menurut Didik, usai bentrokan antara polisi dengan massa pengunjuk rasa penolak tambang di Kecamatan Tinombo Selatan yang menewaskan Refaldi, 21, Minggu, 13 Februari 2022. Polda telah membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kasus tersebut.
"Di mana, tim investigasi itu melibatkan Propam, Ditwasda, Krimum serta backup dari tim laboratorium forensik Polri, Makassar," ujarnya.
Baca: Pedemo Tewas Tertembak, Propam Polda Sulteng Periksa 14 Polisi
Didik menjelaskan, tim investigasi sudah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) bersama dengan tim laboratorium forensik. Selain itu, tim investigasi juga segera malakukan uji balistik kepada 15 senjata api milik personel Polres Parigi Moutong.
"Apabila dari hasil pengujian tersebut sama dengan 15 Senpi, maka dilakukan gelar untuk memastikan siapa pelaku pembunuhan warga tersebut," ungkapnya.
Bentrokan terjadi saat polisi hendak membubarkan pendemo karena sudah memblokir jalan. Pasalnya, jalur yang diblokir demonstran merupakan satu-satunya akses jalan trans Sulawesi yang menuju Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Ketika jalan trans itu tertutup, secara otomatis tidak ada jalur alternatif. Jika malam tersebut polisi tidak berinisiatif untuk membuka blokir jalan, maka terjadi kemacetan cukup panjang dari arah Sulteng menuju Gorontalo dan Sulawesi Utara.
"Dan kalau itu tidak dibuka akan menjadi konflik baru antara pengguna jalan dan yang melakukan pemblokiran. Untuk itu Polri melakukan tindakan tegas membuka jalan tersebut," papar Didik.
Polda berharap, masyarakat tetap tenang karena seluruh permasalahan yang ada saat ini masih dalam proses penanganan. Didik meminta masyarakat memberikan kepercayaan kepada pihak kepolisian yang bertindak secara profesional, dan melakukan penyelidikan kasus kematian Refaldi sampai tuntas.
"Kami imbau masyarakat tidak terprovokasi dengan hal-hal yang sifatnya negatif, karena kami bertindak sesuai dengan jalur hukum," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)