Kendari: Dinas Kesehatan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), mencatat jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di daerahnya hingga Juli 2022 mencapai 170 kejadian.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Kendari, Elffi Syarifuddin, mengatakan dari total kasus itu terdapat kematian sebanyak empat kasus.
Ia merinci dua kasus terjadi pada bulan April dan dua kasus lainnya terjadi pada bulan Juli 2022.
"Kematian akibat penyakit DBD terjadi pada anak-anak di usia 6 hingga 14 tahun," kata Elffi Syarifuddin di Kendari, Selasa, 9 Agustus 2022.
Selain itu, kata Elffi, yang menjadi faktor penyebab empat kasus kematian akibat DBD adalah keterlambatan membawa pasien ke fasilitas kesehatan.
"Karena masyarakat menganggap hanya mengalami demam biasa dan ternyata setelah dilakukan pemeriksaan sudah berada di fase kedua yang telah masuk dalam fase kritisnya dan terlambat penanganan sehingga menyebabkan kematian dan empat kasus kematian akibat DBD ini terjadi di beberapa rumah sakit di Kota Kendari," jelasnya.
Menurut Elffi untuk memaksimalkan pencegahan penyakit DBD adalah selalu menerapkan (3M), Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air dan Mengubur barang bekas.
"Jadi untuk itu kita harapkan masyarakat tetap menjaga kebersihan terutama selalu menerapkan tiga M di sekitar rumah agar terhindar dari penyakit DBD," ungkapnya.
Kendari: Dinas Kesehatan Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara (Sultra), mencatat jumlah kasus
demam berdarah dengue (DBD) di daerahnya hingga Juli 2022 mencapai 170 kejadian.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Kendari, Elffi Syarifuddin, mengatakan dari total kasus itu terdapat kematian sebanyak empat kasus.
Ia merinci dua kasus terjadi pada bulan April dan dua kasus lainnya terjadi pada bulan Juli 2022.
"Kematian akibat penyakit
DBD terjadi pada anak-anak di usia 6 hingga 14 tahun," kata Elffi Syarifuddin di Kendari, Selasa, 9 Agustus 2022.
Selain itu, kata Elffi, yang menjadi faktor penyebab empat kasus kematian akibat DBD adalah keterlambatan membawa pasien ke fasilitas kesehatan.
"Karena masyarakat menganggap hanya mengalami demam biasa dan ternyata setelah dilakukan pemeriksaan sudah berada di fase kedua yang telah masuk dalam fase kritisnya dan terlambat penanganan sehingga menyebabkan kematian dan empat kasus kematian akibat DBD ini terjadi di beberapa rumah sakit di Kota Kendari," jelasnya.
Menurut Elffi untuk memaksimalkan pencegahan penyakit DBD adalah selalu menerapkan (3M), Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air dan Mengubur barang bekas.
"Jadi untuk itu kita harapkan masyarakat tetap menjaga kebersihan terutama selalu menerapkan tiga M di sekitar rumah agar terhindar dari penyakit DBD," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)