Gunungan hasil bumi dalam kegiatan nyadran menyambut bulan ramadan di Kabupaten Kulon Progo. Medcom.id/Ahmad Mustaqim
Gunungan hasil bumi dalam kegiatan nyadran menyambut bulan ramadan di Kabupaten Kulon Progo. Medcom.id/Ahmad Mustaqim

Sambut Ramadan, Warga Kulon Progo Berebut 17 Gunungan Hasil Bumi

Ahmad Mustaqim • 06 Maret 2024 17:51
Kulon Progo: Acara tradisi nyadran diselenggarakan untuk menyambut ramadan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Rabu, 6 Maret 2024. Kegiatan tersebut diikuti masyarakat hingga perwakilan dari 12 kecamatan di wilayah tersebut. 
 
Kegiatan nyadran agung atau yang diadakan dalam skala besar ini salah satunya kirab gunungan. Sebanyak 17 gunungan berupa hasil bumi dikirab dari halaman DPRD Kabupaten Kulon Progo hingga alun-alun Wates. Sesampainya di kompleks Alun-alun Wates dilaksanakan seremonial dan diperebutkan. 
 
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo, Eka Pranyata mengatakan kegiatan tradisi tersebut dilakukan setiap mendekati bulan ramadan dan sudah berlangsung bertahun-tahun. Kegiatan yang menjadi bagian kebudayaan tersebut bertujuan berdoa bersama sekaligus melestarikan tradisi. 

"Nyadran ini diikuti masyarakat bersama pemerintah desa, kecamatan, dan jajaran pemerintah Kabupaten Kulon Progo," kata Eka di Alun-alun Wates Kabupaten kulon Progo. 
 
Ada sebanyak 17 gunungan hasil bumi yang diperebutkan. Sebanyak 12 gunungan dibuat perwakilan dari jumlah kecamatan dari wilayah tersebut. Selain itu, gunungan dibuat dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan sejumlah lembaga. 
 
Sebagian besar gunungan dibuat dari hasil bumi, seperti sayur-sayuran hingga buah-buahan. Selain itu, ada juga gunungan berupa makanan yang sudah diolah seperti apem dan gunungan nasi. 
 
"Ada gunungan tumpeng, ada juga gunungan apem atau ngapem. Ngapem maksudnya meminta maaf," kata dia. 
 
Sambut Ramadan, Warga Kulon Progo Berebut 17 Gunungan Hasil Bumi
 
Penjabat Bupati Kulon Progo, Ni Made Dwipanti Indrayanti mengatakan nyadaran agung tersebut disokong masyarakat dan pemerintahan di level kabupaten, kecamatan, hingga desa. Menurutnya, tradisi nyadran yang dilaksanakan setiap tahun untuk melestarikan budaya Jawa yang dilaksanakan setiap bulan ruwah atau bulan sebelum ramadan 
 
"Manfaat nyadran ini seperti silaturahmi untuk mendekatkan sesama warga Kulon Progo; menjaga hubungan sesama manusia, dengan tuhan; dan menggerakkan perekonomian," kata dia. 
 
Made mengungkapkan, nyadran juga sekaligus menyampaikan doa untuk keberkahan dan kesehatan dalam menjalani kehidupan maupun ibadah. Pihaknya mengajak masyarakat menjaga tradisi yang sudah berjalan. 
 
"Saya mengajak mari menjaga budaya yang sudah jalan sehingga busaya ini bisa lestari hingga anak dan cucu," ujarnya. 
 
Kegiatan nyadran agung tersebut dilakukan dengan serangkaian acara. Selain kirab, juga diselenggarakan kegiatan mujahadah atau pengajian dengan mengundang Gus Muwwafiq pada Selasa malam, 5 Maret 2024. Kemudian juga ada hiburan wayang kulit dengan dalang Ki Suranto Hadi Sucipto dari Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo pada Rabu malam, 6 Maret 2024. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan