Jepara: Ratu Kalinyamat dua kali diusulkan pemerintah Kabupaten Jepara, Jawa tengah untuk memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada 2005 dan 2016. Dua kali pengusulan itu ditolak pemerintah pusat. Alasan penolakan itu, salahsatunya tidak diserati dengan bukti primer yang menunjukan Ratu Kalinyamat adalah tokoh nyata, tidak sekedar tokoh dalam cerita.
Pada 2019, Yayasan Dharma Bakti Lestari (YDBL) bersama-sama masyarakat Jepara kembali mengusuakan putri Raja Demak itu untuk menyandang gelar Pahlawan nasional lantaran kegigihannya mengusir penjajah.
Ketua Tim Peneliti YDBL, Ratno Lukito, lantas melakukan penelitian, kajian, dan mencari bukti-bukti primer yang menunjukan bahwa ratu yang memimpin Jepara pada tahun 1549 hingga 1579 adalah tokoh yang nyata adanya.
Bukti primer itu adalah tulisan Fernao Mendez Pento dan Diego de Canto dari Portugis. Sumber itu diambil langsung dari Portugis.
Catatan Diego de Canto menyebutkan, Ratu Kalinyamat seorang anak raja yang memiliki pandangan hidup dan citra diri yang baik. Wilayah kekuasaannya meliputi Jepara, Kudus, Blora, dan Demak.
Pembina YDBL, Letsri Moerdijat, bersama Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta, menunjukan buku laporan hasil penelitian Ratu Kalinyamat. Medcom.id/ Rhobi Shani.
Catatan sumber primer lainnya yang ditulis Fernao Mendez Pinto saat mengunjungi Banten pada 1544. Dalam catatannya, dia mendapati utusan perempuan bangsawan tinggi dari Raja Demak. Yaitu disebut Nyai Pombaya atau pembayun, putri pertama raja yang merujuk pada Ratu Kalinyamat.
Pembina YDBL, Lestari Moerdijat, mengatakan tim peneliti sempat patah semangat. Itu lantaran usaha mencari sumber primer hampir menemukan jalan buntu.
“Terus terang kami sudah sempat give up karena secara akademis tidak bisa diteruskan. Kebetulan kami bertemu mahasiswa S3 di Portugal yang juga sejarawan. Kita bertemu, dibawa ke Kota Porto yang menampung catatan-catatan zaman dulu,” ujar Rerie, sapaan Lestari Moerdijat saat berkunjung ke Jepara, Selasa, 7 November 2023.
Catatan yang didapatkan itu ditulis dalam bahasa Porto, Portugis tua. Kemudian, melalui bantuan universitas setempat diterjemahkan ke bahasa Portugis sekarang, lalu ke bahasa Inggris.
“Itulah yang dikaji para ahli. Antara lain yang aktif mengkaji Ibu doktor Connie yang juga ahli militer,” kata Rerie.
Kini setelah mealui proses penelitian dan kajian yang panjang, pengusulan Ratu Kalinyamat menjadi Pahlahan Nasional dikabulkan pemerintah. Penjabat (Pj) Bupati Jepara, Edy Supriyanta, mewakili masyarakat Jepara menerima penghargaan gelar pahlawa naisonal untuk Ratu Kalinymat dari presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jumat, 10 November 2023.
Jepara: Ratu Kalinyamat dua kali diusulkan pemerintah Kabupaten Jepara, Jawa tengah untuk memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada 2005 dan 2016. Dua kali pengusulan itu ditolak pemerintah pusat. Alasan penolakan itu, salahsatunya tidak diserati dengan bukti primer yang menunjukan Ratu Kalinyamat adalah tokoh nyata, tidak sekedar tokoh dalam cerita.
Pada 2019, Yayasan Dharma Bakti Lestari (YDBL) bersama-sama masyarakat Jepara kembali mengusuakan putri Raja Demak itu untuk menyandang gelar Pahlawan nasional lantaran kegigihannya mengusir penjajah.
Ketua Tim Peneliti YDBL, Ratno Lukito, lantas melakukan penelitian, kajian, dan mencari bukti-bukti primer yang menunjukan bahwa ratu yang memimpin Jepara pada tahun 1549 hingga 1579 adalah tokoh yang nyata adanya.
Bukti primer itu adalah tulisan Fernao Mendez Pento dan Diego de Canto dari Portugis. Sumber itu diambil langsung dari Portugis.
Catatan Diego de Canto menyebutkan, Ratu Kalinyamat seorang anak raja yang memiliki pandangan hidup dan citra diri yang baik. Wilayah kekuasaannya meliputi Jepara, Kudus, Blora, dan Demak.
Pembina YDBL, Letsri Moerdijat, bersama Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta, menunjukan buku laporan hasil penelitian Ratu Kalinyamat. Medcom.id/ Rhobi Shani.
Catatan sumber primer lainnya yang ditulis Fernao Mendez Pinto saat mengunjungi Banten pada 1544. Dalam catatannya, dia mendapati utusan perempuan bangsawan tinggi dari Raja Demak. Yaitu disebut Nyai Pombaya atau pembayun, putri pertama raja yang merujuk pada Ratu Kalinyamat.
Pembina YDBL, Lestari Moerdijat, mengatakan tim peneliti sempat patah semangat. Itu lantaran usaha mencari sumber primer hampir menemukan jalan buntu.
“Terus terang kami sudah sempat give up karena secara akademis tidak bisa diteruskan. Kebetulan kami bertemu mahasiswa S3 di Portugal yang juga sejarawan. Kita bertemu, dibawa ke Kota Porto yang menampung catatan-catatan zaman dulu,” ujar Rerie, sapaan Lestari Moerdijat saat berkunjung ke Jepara, Selasa, 7 November 2023.
Catatan yang didapatkan itu ditulis dalam bahasa Porto, Portugis tua. Kemudian, melalui bantuan universitas setempat diterjemahkan ke bahasa Portugis sekarang, lalu ke bahasa Inggris.
“Itulah yang dikaji para ahli. Antara lain yang aktif mengkaji Ibu doktor Connie yang juga ahli militer,” kata Rerie.
Kini setelah mealui proses penelitian dan kajian yang panjang, pengusulan Ratu Kalinyamat menjadi Pahlahan Nasional dikabulkan pemerintah. Penjabat (Pj) Bupati Jepara, Edy Supriyanta, mewakili masyarakat Jepara menerima penghargaan gelar pahlawa naisonal untuk Ratu Kalinymat dari presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jumat, 10 November 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)