PNS berberkap dan kebaya selama upacara peringatan HUT Solo ke-270. Foto: Eka Hari Wibawa
PNS berberkap dan kebaya selama upacara peringatan HUT Solo ke-270. Foto: Eka Hari Wibawa

Beskap, Kebaya dan Bahasa Jawa Jadi Kado Ultah Solo Hari Ini

Eka Hari Wibawa • 17 Februari 2015 10:42
medcom.id, Solo: Stadion Sriwedari terlihat berbeda Selasa (17/2/2015) pagi. Bukan karena bentuknya stadionnya, tapi ada banyak pegawai negeri sipil Pemerintah Kota Surakarta yang mengenakan pakaian adat Jawa Tengah. Para PNS itu mengenakan beskap dan kebaya dalam upacara peringatan ulang tahun ke-270 Kota Solo.
 
"Peserta mengenakan pakaian tradisional Jawa, yaitu beskapan dan berkebaya. Bahkan upacara berlangsung dengan Bahasa Jawa. Jadi, aba-abanya pun menggunakan Bahasa Jawa," ungkap Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkot Surakarta, Heri Purwoko, Selasa.
 
Nah, pada upacara ini, terdengar kata-kata dalam Bahasa Jawa yang sudah jarang terdengar. Mulai dari "sigeg tandyo" yang berarti siap gerak, "lumaksono mangarso tandyo" (maju jalan), "karti sahasto" (hormat gerak), hingga "karti sampiko" (hormat senjata gerak).

Upacara dengan cara tradisonal ini merupakan salah satu upaya Pemkot Surakarta untuk tetap melestarikan tradisi Jawa. Sementara, Stadion Sriwedari dipilih karena tempat ini memiliki nilai sejarah bagi Solo. Stadion ini peninggalan PB X dan menjadi lokasi PON I.
 
Secara legal formal, hari jadi Kota Solo ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 1998.
 
"Hari jadi kota solo itu kan dasarnya sejarah pindahnya karaton Kartasura ke Desa Sala (Solo), pada 17 Februari 1745. waktu itu, solo ini masih berupa desa yang dihuni oleh Kiai Gede Sala," ungkap Wakil Wali Kota Surakarta, Ahmad Purnomo, Selasa (17/2/2015).
 
Terpisah, Budayawan Karaton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Pangeran (KP) Winarnokusumo menceritakan, Karaton Kartasura memang pindah ke Desa Sala pada 17 Februari 1745 atau dalam tahun Jawa 14 Suro tahun Je 1670.
 
"Tapi kalau Paku Buwono (PB) II menetapkan Desa Sala menjadi Nagari Surakarta Hadiningrat itu tanggal 17 Suro tahun je 1670 atau kalau dalam tahun masehi 20 Februari 1745. Tapi ya kalau selama ini yang menjadi pijakan Pemkot Surakarta untuk memperingati itu 17 Februari ya monggo saja," ujar KP Winarnokusumo, Selasa.
 
Terlepas dari perbedaan sudut pandang tersebut, ada cerita panjang tentang pindahnya Karaton Kartasura ke Desa Sala pada masa pemerintahan PB II. Inti ceritanya adalah pemberontakan di Karaton Kartasura yang mengakibatkan keruntuhan Karaton Dinasti Mataram tersebut.
 
Saat ini tembok Karaton Kartasura masih berdiri meskipun sudah tidak utuh lagi. Lokasinya adalah 10 kilometer arah barat dari Kota Solo atau tepatnya di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(BOB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan