medcom.id, Batubara: Memiliki keterbatasan fisik dan keterbatasan ekonomi tidak membuat Ngatirin, warga Batubara, Sumatera Utara, patah arang. Walau hanya memiliki satu kaki, Ngatirin tetap mampu bekerja sebagai buruh tani.
Pria paruh baya, warga Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Air Putih, Batubara, Sumatera Utara, ini tinggal seorang diri di sebuah rumah yang merupakan pos penjagaan perusahaan air minum.
Sudah tujuh tahun ini Ngatirin kehilangan salah satu kakinya. Peristiwa yang menyebabkan dia harus kehilangan kaki kanannya, bermula dari kecelakaan kerja saat dirinya bekerja di perusahaan perkayuan.
Namun demikian, Ngatirin tidak pernah putus asa, ia tetap semangat dan menjalani hari-harinya layaknya orang normal lainnya. Walau serba kekurangan dari segi ekonomi, ditambah lagi keterbatasan fisik, pria yang tinggal sebatang kara ini tidak mau berharap belas kasihan dari orang lain.
Sehari-hari Ngatirin bekerja mengambil upahan sebagai buruh tani. Dengan hanya bertopang pada satu kaki, Ngatirin mampu mencangkul jengkal demi jengkal tanah demi menyambung hidup.
Dari hasil mencangkul, Ngatirin bisa mendapat upah Rp50 ribu sehari, dan dalam seminggu Ngatirin rata-rata bekerja dua hingga tiga hari saja tergantung permintaan pemilik lahan. Ngatirin pun memiliki harapan untuk dapat hidup layak, ia berkeinginan memiliki ternak agar tidak hanya menggantungkan hidup sebagai buruh tani.
Namun dengan kondisi perekonomian sekarang ini, Ngatirin harus bersabar untuk mewujudkan keinginannya tersebut.
medcom.id, Batubara: Memiliki keterbatasan fisik dan keterbatasan ekonomi tidak membuat Ngatirin, warga Batubara, Sumatera Utara, patah arang. Walau hanya memiliki satu kaki, Ngatirin tetap mampu bekerja sebagai buruh tani.
Pria paruh baya, warga Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Air Putih, Batubara, Sumatera Utara, ini tinggal seorang diri di sebuah rumah yang merupakan pos penjagaan perusahaan air minum.
Sudah tujuh tahun ini Ngatirin kehilangan salah satu kakinya. Peristiwa yang menyebabkan dia harus kehilangan kaki kanannya, bermula dari kecelakaan kerja saat dirinya bekerja di perusahaan perkayuan.
Namun demikian, Ngatirin tidak pernah putus asa, ia tetap semangat dan menjalani hari-harinya layaknya orang normal lainnya. Walau serba kekurangan dari segi ekonomi, ditambah lagi keterbatasan fisik, pria yang tinggal sebatang kara ini tidak mau berharap belas kasihan dari orang lain.
Sehari-hari Ngatirin bekerja mengambil upahan sebagai buruh tani. Dengan hanya bertopang pada satu kaki, Ngatirin mampu mencangkul jengkal demi jengkal tanah demi menyambung hidup.
Dari hasil mencangkul, Ngatirin bisa mendapat upah Rp50 ribu sehari, dan dalam seminggu Ngatirin rata-rata bekerja dua hingga tiga hari saja tergantung permintaan pemilik lahan. Ngatirin pun memiliki harapan untuk dapat hidup layak, ia berkeinginan memiliki ternak agar tidak hanya menggantungkan hidup sebagai buruh tani.
Namun dengan kondisi perekonomian sekarang ini, Ngatirin harus bersabar untuk mewujudkan keinginannya tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LAL)