Simpra Tajang, pemilik Unity Cafe and Coffee di Jalan Basuki Rahmat, Palu, Sulteng, berterima kasih atas respons cepat PLN memperbaiki jaringan listrik (Foto:Dok)
Simpra Tajang, pemilik Unity Cafe and Coffee di Jalan Basuki Rahmat, Palu, Sulteng, berterima kasih atas respons cepat PLN memperbaiki jaringan listrik (Foto:Dok)

Harapan Mulai Menyala di Palu

Anggi Tondi Martaon • 16 Oktober 2018 16:13
Jakarta: Bencana gempa dan tsunami berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat di Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng). Kebutuhan utama masyarakat, salah satunya listrik, langsung padam setelah bencana melanda.
 
Seperti yang diungkapkan oleh Simpra Tajang (51), pemilik Unity Cafe and Coffee di Jalan Basuki Rahmat Nomor 49, Palu, Sulteng. Selain menghancurkan bangunan, suasana mencekam sangat terasa ketika kota menjadi gelap gulita.
 
"Listrik padam, kota kami gelap gulita, kepanikan melanda, kekhawatiran akan keamanan dirasakan semua orang,” kata Simpra dalam keterangan tertulis, Selasa, 16 Oktober 2018.

Simpra cukup beruntung, cafe miliknya tidak mengalami kerusakan serius. Yang terlihat hanya retak rambut pada tembok, hanya pagar samping sepanjang 20 meter yang roboh, selebihnya semuanya masih dalam keadaan baik.
 
Selama listrik padam, ia dan keluarganya mendirikan tenda di halaman cafe. Selain masih adanya trauma, ia juga ingin memastikan semua fasilitas dan sarana usahanya dalam keadaan aman. 
 
Tiga hari pertama saat listrik masih padam. Optimisme hidup Simpra sempat surut. Di benaknya harapan mulai memudar. Apalagi usaha cafe merupakan tumpuan keluarganya mengais nafkah di Palu.
 
Suatu waktu ia berkeliling kota palu menggunakan sepeda motor, di setiap sudut kota dilihatnya petugas PLN sibuk memperbaiki jaringan listrik. Dalam hati, Simpra berharap PLN bisa secepatnya menyalakan kembali listrik.
 
Harapan Mulai Menyala di Palu
 
“PLN cepat sekali responsnya. Saya ingat hari keenam setelah gempa, daerah Basuki Rahmat listrik sudah menyala. Betapa senang perasaan saya. Bagi pengusaha kuliner seperti saya, rasanya sendi kehidupan mulai bangkit kembali,” katanya.
 
Empat pegawai Simpra masih diliputi trauma, keempatnya belum dapat kembali bekerja. Simpra memutuskan tetap membuka usaha kulinernya dibantu adik laki-lakinya. Hari pertama listrik menyala, cafenya buka kembali. Pengunjung mulai berdatangan. Saat itu, kebanyakan relawan yang datang. 
 
“Di balik musibah yang terjadi, Tuhan juga memberikan rezeki yang luar biasa. Sejak listrik kembali menyala, kafe saya tak pernah sepi pengunjung. Optimisme saya menjulang. Saya yakin warga Palu lainnya juga merasakan hal yang sama,” katanya.
 
Harapan Mulai Menyala di Palu
 
Simpra mencoba membayangkan apabila listrik dari PLN tak kunjung menyala. Ia tak mungkin menggunakan genset untuk usaha. Ia sadar akan lebih mahal biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli minyak.
 
“Lebih dua pekan sudah paska gempa. Palu kembali terang. Kehidupan berangsur normal. PLN tidak hanya memberi warga Palu penerangan. PLN memberi kami optimisme untuk kembali bangkit,” katanya.
 
Sambil mengantarkan pesanan pengunjung, Simpra sempat mengucapkan terima kasih kepada Dirut PLN, yang dengan sigap mengirimkan lebih dari seribu relawan PLN dari seluruh Indonesia untuk menerangi Palu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan