Penghuni barak pengungsi yang dibangun pasca bencana gempa dan tsunami 26 Desember 2014--Antara/IRWANSYAH PUTRA
Penghuni barak pengungsi yang dibangun pasca bencana gempa dan tsunami 26 Desember 2014--Antara/IRWANSYAH PUTRA

Korban Tsunami Aceh: Kami tidak Tahu Sampai Kapan Tinggal di Pengungsian

M Rodhi Aulia • 25 Desember 2014 17:50
medcom.id, Banda Aceh: Koordinator Barak Pengungsian Tsunami Aceh Bukhari mengatakan puluhan kepala keluarga masih menempati barak yang terletak di kawasan Bakoy, Aceh Besar. Sampai saat ini, mereka tidak tahu sampai kapan tetap berada di Barak yang dinilai sudah jauh dari kata layak huni dan layak tinggal.
 
"Kami tidak tahu sampai kapan tinggal di barak ini," ujar Bukhari saat ditemui di Barak 15/11, Bakoy, Aceh Besar, Kamis, (25/12/2014).
 
Dia menjelaskan sejak didirikan hingga sekarang, tercatat 15 Kepala Keluarga (KK) yang masih tinggal, dari 568 KK yang semula berada di puluhan Barak, Kawasan Bakoy 1 dan 2. Selain itu 19 KK yang pindah dari barak pengungsi di kawasan lainnya. Kemudian, 24 KK yang terpaksa tinggal di barak, lantaran rumah bantuan dari Badan Rehabilitasi dan Regional I diambil paksa oleh pihak lain.

"Dan 2 KK, penerima bantuan rumah dari ADB (Asian Development Bank), yang juga diserobot, dan 4 KK yang dipending" ujar Bukhari.
 
Menurut dia, hanya 64 KK tersebut terdata olehnya, dan belasan KK lainnya datang menyusul, tanpa didata. Dia mengatakan, sudah melakukan upaya kepada pemerintah, agar pengungsi yang di barak mendapatkan hunian yang layak. Dia menambahkan, pemerintah seolah lepas tangan. Alih-alih mendapatkan bantuan rumah, secuil bantuanpun, tak mereka dapatkan lagi.
 
"Akhir 2007, masuk tahun 2008, tidak ada tersentuh bantuan apapun. Baik logistik atau apapun tidak ada. Bahkan raskinpun tidak ada masuk," ujar dia.
 
Derita mereka tidak hanya sampai di sana. Pertengahan 2013, aliran listrik bantuan pemerintahpun dicabut. Masing-masing KK yang tinggal di kamar berukuran 5x4 meter ini kondisinya sangat memperihatinkan. Disamping, bangunan barak yang bermodelkan rumah panggung ini. Misalkan, di kamar yang dihuni pasangan Muzakkir dan Aida.
 
Dinding yang terbuat dari triplek mulai hancur. Langit-langit kamar,sudah banyak bolong. Lantai yang terbuat dari papan, sudah rapuh dimakan rayap. Ketika menginjakkan kaki, tiba-tiba papan tersebut mengayun ke bawah, nyaris terjerembab. Saking lapuknya, "Makanya saya tutup dengan triplek," ujar Aida.
 
Aida, yang semula janda satu anak, akibat suaminya menjadi korban banjir ini, mengatakan, seringkali tidur dengan kondisi memprihatinkan. Pasalnya, di bawah lantai, kamar panggungnya itu, kerap sejumlah kambing ikut berteduh. Secara keseluruhan, kondisi barak sama. Penuh dengan papan yang sudah lapuk dan kotor.
 
Sementara itu, toilet mereka berada di luar. Hanya beratap dan berpintukan seng. Saking kumuhnya, seng tersebut kini berwarna cokelat. Sudah berkarat. Kondisi jalananya, sangat becek, apalagi ditambah musim hujan, ketika mendekati acara puncak sepuluh tahun Tsunami Aceh akan berlalu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan