Jika pada umumnya pesantren identik dengan penokohan seorang Kiai, beda halnya dengan Pesantren Kebon Jambu yang berada di kawasan kampung santri Desa Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat. Di pesantren ini justru seorang Nyai lah yang menjadi pemimpin utama.
“Dulunya pesantren ini dipimpin oleh suami saya, namun beliau wafat. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan kepemimpinan pesantren ini,” ungkap Nyai Masriyah Amva pemimpin Pesantren Kebon Jambu.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

Keputusan Sang Nyai untuk menjadi pimpinan pesantren bukanlah tanpa alasan. masih belum siapnya penerus suami untuk memimpin pesantren menjadi dasar utama diambilnya keputusan tersebut.
“Saya ingat waktu awal-awal suami meninggal satu persatu santri pergi meninggalkan pesantren ini. Orang tua mereka datang dan izin untuk memindahkan anak-anaknya ke pesantren lain,” ujarnya kembali.
Masa-masa itu menjadi masa yang kelam baginya. Hidup dalam keterpurukan yang akhirnya membuat ia sadar bahwa hanya sang maha kuasa lah yang dapat menolongnya. Perlahan tapi pasti Masriyah Amva mampu membawa pesantrennya bangkit dalam keterpurukan. Bahkan kini Pondok Kebon Jambu menjadi salah satu tempat pembelajaran agama favorit.
Apa sebenarnya yang menjadi kekuatan Nyai Masriyah Amva memimpin Pesantren Kebon Jambu yang mayoritas santrinya didominasi oleh pria? serta bagaimana respon dirinya terhadap anggapan jika seorang wanita tidak diperbolehkan menjadi pemimpin?
Cerita Sang Nyai dirangkum dalam film dokumenter berjudul “Pesan Dari Sang Nyai” yang tayang dalam program Melihat Indonesia, di Metro TV pada Minggu, 25 Oktober 2020 pukul 10.30 WIB.
(ALB)