Jakarta: Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berkomitmen akan membangun infrastruktur internet di sejumlah desa di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hingga saat ini, masih ada 422 desa yang belum terjangkau jaringan internet (blank spot).
"Sebanyak 422 desa masih blank spot. Kami coba selesaikan dengan membangun menara base transceiver station (BTS), akan selesai pada 2021," ujar Direktur Utama BAKTI Anang Achmad Latif, pada webinar Indonesia Moving Forward Menjangkau yang Tidak Terjangkau, Jumat, 6 November 2020.
Untuk mempercepat pembangunan BTS, Anang berharap dukungan dari pemerintah daerah setampat, khsusunya dukungan untuk pengadaan lahan pembangunana menara BTS. Dukungan ini sangat diharapkan untuk mencegah berbagai faktor yang menghambat pembangunan menara BTS.
Jika pembangunan menara BTS terkendala, kata Anang, masyarakat NTT sendiri yang nantinya akan dirugikan. Sebab, berbagai aktivitas tidak dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ketersediaan internet.
Kehadiran jaringan 4G salah satunya bermanfaat untuk menunjang pariwisata. Seperti diketahui, NTT saat ini fokus pada pengembangan pariwisata.
Gubernur NTT Victor Laiskodat menyambut baik perihal pengajuan dukungan dalam pengadaan lahan untuk pembangunan menara BTS. Namun, Victor meminta BAKTI agar menyertakan konsep desain yang jelas.
"Izin lahan tidak ada masalah. Tapi, harus ada data untuk desain pembangunan informasi dan teknologi. Desanya apa saja, kecamatannya apa saja. Rencanakan juga untuk sektor UMKM dan kesehatan bisa bersinergi untuk desain NTT," kata Victor.
Victor juga mengimbau BAKTI Kominfo untuk menjalin kerja sama dengan PLN dalam menjamin ketersediaan listrik. Dia tidak ingin pembangunan menara BTS menjadi tidak lancar karena terhambat pasokan listrik. Sebab, terdapat beberapa BTS yang tidak berfungsi baik akibat krisis listrik.
Lebih lanjut Victor menyebutkan perlu pola penanganan khusus untuk masalah pembangunan informasi dan teknologi di NTT. Jangan disamakan dengan penangan di Pulau Jawa karena dari segi kondisi geografis sudah berbeda.
"NTT itu kepulauan, rentang kendali terbatas. Ini menjadi tantangan tersendiri karena berbeda dengan di Pulau Jawa," katanya.
Victor menargetkan pembangunan 500 hingga 700 menara BTS pada 2022. Pada saat ini, NTT sudah mendapatkan kucuran dana dari pemerintah pusat untuk mengembangkan NTT menjadi salah satu daerah wisata favorit.
Sebagai informasi, BAKTI Kominfo fokus untuk membangun lebih banyak lagi menara BTS jaringan 4G untuk menghadirkan jaringan internet ke 9.113 desa di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Proses pengerjaan itu ditargetkan dilakukan dalam dua tahun mendatang.
Jakarta: Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berkomitmen akan membangun infrastruktur internet di sejumlah desa di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hingga saat ini, masih ada 422 desa yang belum terjangkau jaringan internet (
blank spot).
"Sebanyak 422 desa masih
blank spot. Kami coba selesaikan dengan membangun menara base transceiver station (BTS), akan selesai pada 2021," ujar Direktur Utama BAKTI Anang Achmad Latif, pada webinar Indonesia Moving Forward Menjangkau yang Tidak Terjangkau, Jumat, 6 November 2020.
Untuk mempercepat pembangunan BTS, Anang berharap dukungan dari pemerintah daerah setampat, khsusunya dukungan untuk pengadaan lahan pembangunana menara BTS. Dukungan ini sangat diharapkan untuk mencegah berbagai faktor yang menghambat pembangunan menara BTS.
Jika pembangunan menara BTS terkendala, kata Anang, masyarakat NTT sendiri yang nantinya akan dirugikan. Sebab, berbagai aktivitas tidak dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ketersediaan internet.
Kehadiran jaringan 4G salah satunya bermanfaat untuk menunjang pariwisata. Seperti diketahui, NTT saat ini fokus pada pengembangan pariwisata.
Gubernur NTT Victor Laiskodat menyambut baik perihal pengajuan dukungan dalam pengadaan lahan untuk pembangunan menara BTS. Namun, Victor meminta BAKTI agar menyertakan konsep desain yang jelas.
"Izin lahan tidak ada masalah. Tapi, harus ada data untuk desain pembangunan informasi dan teknologi. Desanya apa saja, kecamatannya apa saja. Rencanakan juga untuk sektor UMKM dan kesehatan bisa bersinergi untuk desain NTT," kata Victor.
Victor juga mengimbau BAKTI Kominfo untuk menjalin kerja sama dengan PLN dalam menjamin ketersediaan listrik. Dia tidak ingin pembangunan menara BTS menjadi tidak lancar karena terhambat pasokan listrik. Sebab, terdapat beberapa BTS yang tidak berfungsi baik akibat krisis listrik.
Lebih lanjut Victor menyebutkan perlu pola penanganan khusus untuk masalah pembangunan informasi dan teknologi di NTT. Jangan disamakan dengan penangan di Pulau Jawa karena dari segi kondisi geografis sudah berbeda.
"NTT itu kepulauan, rentang kendali terbatas. Ini menjadi tantangan tersendiri karena berbeda dengan di Pulau Jawa," katanya.
Victor menargetkan pembangunan 500 hingga 700 menara BTS pada 2022. Pada saat ini, NTT sudah mendapatkan kucuran dana dari pemerintah pusat untuk mengembangkan NTT menjadi salah satu daerah wisata favorit.
Sebagai informasi, BAKTI Kominfo fokus untuk membangun lebih banyak lagi menara BTS jaringan 4G untuk menghadirkan jaringan internet ke 9.113 desa di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Proses pengerjaan itu ditargetkan dilakukan dalam dua tahun mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)