Tak Ada Unsur Ancaman dalam Kasus Fetish Mukena

Malang: Polresta Malang Kota menyebutkan penyelidikan kasus dugaan fetish mukena di Kota Malang, Jawa Timur, perlu pendalaman lebih lanjut. Pasalnya, kasus ini berbeda dengan kasus fetish yang telah diungkap sebelumnya. Kasat Reskrim Polresta Malang Kota, Kompol Tinton Yudha Riambodo, menyebutkan kasus fetish mukena di Malang, berbeda dengan kasus fetish jarik berkedok riset yang terjadi di Surabaya tahun lalu. Kasus fetish jarik itu sebelumnya diungkap oleh Polrestabes Surabaya. "Karena itu perlu pendalaman dari pada kasus ini. Kasus ini unik, berbeda dengan fetish yang ada di Polrestabes," katanya, Jumat, 27 Agustus 2021. Tinton menjelaskan, pada kasus fetish jarik di Surabaya, ditemukan unsur pengancaman yang dilakukan oleh pelaku. Sehingga terdapat unsur pidana. Baca juga: Dispora Surabaya Amankan Piala dan Artefak di Wisma Karanggayam "Keunikannya dari ini adalah kita harus mendalami. Ini berbeda dengan kasus yang ada di Polrestabes, fetish jarik. Jelas ada pengancamam pada perkara itu. Tapi kalau ini kan tidak ada pengancaman," ujarnya. Oleh karena itu, Polresta Malang Kota meminta bantuan kepada sejumlah ahli selama proses penyelidikan.  "Kita akan berkoordinasi sehingga kita bisa menentukan apa yang bisa disangkakan atau bisa tidak disangkakan," jelasnya. Tinton pun mengaku pihaknya masih belum bisa menyimpulkan apakah kasus fetish mukena ini masuk ke dalam unsur penipuan. Sebab, dugaan tersebut masih perlu dianalisis lebih lanjut. "Kita akan dalami semuanya. Kita akan analisis, karena kita dalam menentukan suatu perkara beberapa pihak dan beberapa hal yang harus kita kumpulkan menjadi satu. Bagaikan puzzle kita harus kumpulkan ini menjadi satu rangkaian," tegasnya.