Lampung: Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan menilai Lampung jadi tempat penggalangan dana melalui kotak amal. Hal itu karena jiwa sosial masyarakat Lampung yang tinggi.
"Lampung merupakan miniatur Indoneisa karena di Lampung banyak suku dan agama berkumpul menjadi satu sehingga menimbulkan kedekatan emosional yang tinggi. Kemudian untuk berbagi tidak tanggung-tanggung,"katanya melaui telepon, Selasa, 9 November 2021.
Menurut Ken, Densus 88 Antiteror di Lampung saat ini hanya berfokus kepada teroris tapi tidak melakukan tindakan sampai ke akar-akarnya. Padahal, banyak sekali organisasi yang menjurus ke paham radikal. Kelompok radikalisme tersebut diantaranya NII, HTI, Ikhwanul Muslimin dan Khilafatul Muslimin.
"Memang mereka tidak melakukan aksi terorisme tapi dengan mengajarkan paham radikal seperti anti NKRI ini yang membahayakan dan akan di manfaatkan untuk melakukan aksi terorisme," ujarnya.
Baca: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris Seorang Guru Ngaji di Bojonegoro
Ken melanjutkan, TNI/Polri dalam hal ini hanya bisa mengawasi pergerakan kelompol radikal. Hal itu karena terbentur aturan ataupun undang-undang yang ada.
"Yang lebih bahaya lagi anak-anak muda, yang belum terlalu paham, sudah diajarkan paham radikal. Ini yang berpotensi menjadi terorisme nantinya. Organisasi yang seperti ini perlu diamankan,"katanya.
Ken menambahkan jika negara tidak segera mengambil tindakan dan tidak menganggap ini bahaya dan sebagai ancaman, diprediksi sepuluh tahun ke depan Indonesia bisa seperti Suriah dan Libya yang hancur karena pembiaran radikalisme atas nama agama.
Lampung: Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan menilai Lampung jadi tempat penggalangan dana melalui kotak amal. Hal itu karena jiwa sosial masyarakat Lampung yang tinggi.
"Lampung merupakan miniatur Indoneisa karena di Lampung banyak suku dan agama berkumpul menjadi satu sehingga menimbulkan kedekatan emosional yang tinggi. Kemudian untuk berbagi tidak tanggung-tanggung,"katanya melaui telepon, Selasa, 9 November 2021.
Menurut Ken, Densus 88 Antiteror di Lampung saat ini hanya berfokus kepada teroris tapi tidak melakukan tindakan sampai ke akar-akarnya. Padahal, banyak sekali organisasi yang menjurus ke paham radikal. Kelompok radikalisme tersebut diantaranya NII, HTI, Ikhwanul Muslimin dan Khilafatul Muslimin.
"Memang mereka tidak melakukan aksi terorisme tapi dengan mengajarkan paham radikal seperti anti NKRI ini yang membahayakan dan akan di manfaatkan untuk melakukan aksi terorisme," ujarnya.
Baca: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris Seorang Guru Ngaji di Bojonegoro
Ken melanjutkan, TNI/Polri dalam hal ini hanya bisa mengawasi pergerakan kelompol radikal. Hal itu karena terbentur aturan ataupun undang-undang yang ada.
"Yang lebih bahaya lagi anak-anak muda, yang belum terlalu paham, sudah diajarkan paham radikal. Ini yang berpotensi menjadi terorisme nantinya. Organisasi yang seperti ini perlu diamankan,"katanya.
Ken menambahkan jika negara tidak segera mengambil tindakan dan tidak menganggap ini bahaya dan sebagai ancaman, diprediksi sepuluh tahun ke depan Indonesia bisa seperti Suriah dan Libya yang hancur karena pembiaran radikalisme atas nama agama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)