Bojonegoro: Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SiLPA) Pemerintah Kabupaten Bojonegoro tahun 2019 sebesar Rp2 triliun lebih. Tingginya sisa lebih anggaran disebut karena penyusunan perencanaan program yang buruk.
Anggota DPRD dari Fraksi Golkar Ahmad Supriyanto mengatakan tingginya sisa SiLPA dari total plafon Rp7,1 triliun mengambarkan tidak efektifnya perencanaan dalam menjalankan roda pemerintahan.
“Apalagi di sektor pendidikan dan kesehatan, harus dipertimbangkan kembali agar tidak terjadi akumulasi besaran SiLPA karena tidak direalisasikan," kata Ahmad dalam pandangan Fraksi di Rapat Paripurna, Rabu, 8 Juli 2020.
Ahmad menilai tingginya sisa SiLPA karena minim dan kurang maksimal capaian belanja Pemkab Bojonegoro. Seharusnya Pemkab mampu memaksimalkan belanja sebagai salah satu langkah dalam percepatan realisasi program prioritas yang telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
"Sesuai dengan nota pertanggung jawaban pelaksanaan APBD tahun 2019 yang telah disampaikan oleh Bupati yaitu mencapai 64,18% atau dari total plafon Rp7,1 triliun baru terealisasi Rp4,5 triliun," kata Ahmad.
Dari rincian belanja yang telah disampaikan kami mencermati beberapa struktur belanja yang belum terealisasi yakni dari anggaran belanja bantuan sosial dari plafon Rp30 miliar hanya terealisasi Rp18 miliar.
Begitu pula anggaran belanja modal dari plafon Rp 1,9 triliun hanya terserap Rp1,3 triliun dan anggaran belanja tak terduga dari plafon Rp1,3 triliun hanya mampu menyerap Rp632 juta.
“Kami menilai penyerapan di setiap struktur anggaran belanja di atas masih minim dan kami berharap untuk penyerapan belanja selanjutnya bisa lebih ditingkatkan agar kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bojonegoro cepat tercapai,” Jelas Ahmad.
Pihaknya berharap kinerja Pemda lebih ditingkatkan terkait perencanaan dalam pelaksanaan APBD.
“Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki lagi pada tahun anggaran berikutnya khususnya di sektor belanja yang kami anggap masih minim perencanaan sehingga menyebabkan penyerapan masih belum bisa maksimal,” ujar Ahmad.
Bojonegoro: Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SiLPA) Pemerintah Kabupaten Bojonegoro tahun 2019 sebesar Rp2 triliun lebih. Tingginya sisa lebih anggaran disebut karena penyusunan perencanaan program yang buruk.
Anggota DPRD dari Fraksi Golkar Ahmad Supriyanto mengatakan tingginya sisa SiLPA dari total plafon Rp7,1 triliun mengambarkan tidak efektifnya perencanaan dalam menjalankan roda pemerintahan.
“Apalagi di sektor pendidikan dan kesehatan, harus dipertimbangkan kembali agar tidak terjadi akumulasi besaran SiLPA karena tidak direalisasikan," kata Ahmad dalam pandangan Fraksi di Rapat Paripurna, Rabu, 8 Juli 2020.
Ahmad menilai tingginya sisa SiLPA karena minim dan kurang maksimal capaian belanja Pemkab Bojonegoro. Seharusnya Pemkab mampu memaksimalkan belanja sebagai salah satu langkah dalam percepatan realisasi program prioritas yang telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
"Sesuai dengan nota pertanggung jawaban pelaksanaan APBD tahun 2019 yang telah disampaikan oleh Bupati yaitu mencapai 64,18% atau dari total plafon Rp7,1 triliun baru terealisasi Rp4,5 triliun," kata Ahmad.
Dari rincian belanja yang telah disampaikan kami mencermati beberapa struktur belanja yang belum terealisasi yakni dari anggaran belanja bantuan sosial dari plafon Rp30 miliar hanya terealisasi Rp18 miliar.
Begitu pula anggaran belanja modal dari plafon Rp 1,9 triliun hanya terserap Rp1,3 triliun dan anggaran belanja tak terduga dari plafon Rp1,3 triliun hanya mampu menyerap Rp632 juta.
“Kami menilai penyerapan di setiap struktur anggaran belanja di atas masih minim dan kami berharap untuk penyerapan belanja selanjutnya bisa lebih ditingkatkan agar kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bojonegoro cepat tercapai,” Jelas Ahmad.
Pihaknya berharap kinerja Pemda lebih ditingkatkan terkait perencanaan dalam pelaksanaan APBD.
“Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki lagi pada tahun anggaran berikutnya khususnya di sektor belanja yang kami anggap masih minim perencanaan sehingga menyebabkan penyerapan masih belum bisa maksimal,” ujar Ahmad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)