Salah satu korban keracunan menjalani perawatan di Puskesmas (Foto / Medcom.id)
Salah satu korban keracunan menjalani perawatan di Puskesmas (Foto / Medcom.id)

Olahan Kurban Penyebab Keracunan Massal di Surabaya Mengandung Bakteri Salmonella

Amaluddin • 06 Juli 2023 19:22
Surabaya: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya telah menerima hasil pemeriksaan laboratorium sampel sisa makanan dan minuman pascakeracunan massal warga Kalilom Lor Indah GG Seruni II, RT 12/RW 10, Kelurahan Tanah Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran, Surabaya.
 
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, Nanik Sukristina, mengatakan pemeriksaan dilakukan terhadap empat sampel makanan yaitu sate daging, gulai daging, krengsengan daging, dan air mineral.
 
Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya menyebut 3 sampel sisa makanan, yakni sate daging, gulai daging, dan krengsengan daging positif bakteri Salmonella sp.

“Daging yang digunakan untuk memasak sate, gulai daging dan krengsengan mengandung bakteri Salmonella sp. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh daging yang diolah kurang dicuci bersih dan dimasak kurang matang,” kata Nanik, di Surabaya, Kamis, 6 Juli 2023.
 
Nanik menjelaskan Salmonella merupakan kelompok bakteri pemicu diare dan infeksi di saluran usus manusia, serta sering menyebabkan keracunan makanan. Bakteri ini dapat hidup di saluran usus hewan yang ditularkan ke manusia melalui makanan yang terkontaminasi kotoran hewan. 
 
Selain itu, konsumsi makanan yang kurang matang dan tidak dicuci juga dapat meningkatkan risiko terkontaminasi.
 
Baca juga: Belasan Korban Keracunan Daging Kurban di Surabaya Masih Dirawat

"Masa inkubasi Bakteri Salmonella sp adalah enam hingga 72 jam. Hal ini sejalan dengan hasil penyelidikan epidemiologi oleh Tim Dinkes Kota Surabaya bahwa sebagian besar kasus mengalami gejala awal pada jam ke 9 hingga 10 jam setelah menyantap hidangan yang disajikan,” terang dia.
 
Gejala yang ditimbulkan pada kasus keracunan ini, imbuh Nanik, yakni Diare sebanyak 20,80%, panas sebanyak 17,20%, pusing sebanyak 17,20%, mual sebanyak 16,00%, lemas sebanyak 15,20%, dan muntah sebanyak 13,20%.
 
“Gejala-gejala tersebut merupakan beberapa gejala yang mengindikasikan seseorang terinfeksi bakteri Salmonella sp,” sambungnya.
 
Guna mencegah hal serupa, Nanik meminta masyarakat mengolah pangan daging tidak lebih dari 2 jam setelah kurban disembelih. Jika tak langsung diolah, bisa disimpan dalam kulkas tanpa dicuci terlebih dulu.
 
“Antara daging sapi dan kambing berbeda waktu penanganannya. Daging kambing lebih mudah rusak dibandingkan dengan daging sapi. Kambing dengan kandungan protein lebih tinggi bisa bertahan kurang daro 6 jam dalam suhu ruangan, lebih dari itu daging rusak. Jadi daging sapi dan kambing tidak boleh dicampur,” ujarnya.
 
Selain itu masyarakat juga wajib mengolah daging kambing atau sapi dengan matang. Proses memasaknya harus dipanaskan hingga lebih dari 70 derajat celsius.
 
“Cuci tangan sebelum makan dan jangan menyantap makanan yang sudah berbau tidak sedap, berlendir, atau berjamur,” imbau dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan