medcom.id, Langkat: Puluhan hektare lahan tebu PTPN-2 Kwala Bingei Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, kini dialihkan menjadi perkebunan kelapa sawit sehingga produksi gula di pabrik Kuala Madu terus berkurang.
"Lahan ini dulu untuk tanaman tebu sekarang dialihkan ke tanaman kelapa sawit," kata Selamat, warga sekitar perkebunan tebu Kwala Bingei di Stabat, Minggu (1/3/2015).
Selamat menjelaskan bahwa lahan tebu yang berubah fungsi menjadi tanaman kelapa sawit, jelas akan semakin mengurangi produksi gula Kuala Madu. "Gula produksi Kuala Madu jelas akan semakin berkurang, karena lahan
bakunya juga terus semakin berkurang," katanya.
Padahal, dulu pembangunan pabrik gula Kuala Madu di Kecamatan Binjai untuk mendukung kebutuhan gula masyarakat, tapi nyatanya seiring perjalanan waktu, diubah menjadi lahan sawit.
Warga pun mempertanyakan untuk apa pengalihan itu. Apakah pengalihan itu juga diketahui oleh direksi PTPN-2 padahal peruntukkannya buat pertanaman tebu, tambahnya.
Selamat juga menjelaskan bahwa pada zaman penjajahan Belanda, lahan tersebut merupakan lahan untuk tanaman tembakau. Waktu itu sangat terkenal dengan sebutan tembakau deli dan dikirim juga ke Bremen (Jerman).
Lalu, berdirilah pabrik gula Kuala Madu, sehingga lahan itu berubah fungsi menjadi lahan tanaman tebu, kini berubah lagi menjadi lahan tanaman sawit.
Sementara itu salah seorang warga lainnya Ridwan menjelaskan sangat menyesalkan terjadinya polusi udara akibat pembakaran lahan tebu yang terjadi saat musim panen tebu dilakukan oleh perusahaan PTPN-2 Kwala Bingei
itu.
"Sekarang ini pencemaran udara terus meluas di Kota Stabat, akibat pembakaran lahan tebu usai panen dilakukan," katanya.
Untuk itu pihaknya berharap agar instansi terkait yaitu Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Langkat, dapat melakukan monitoring dan mengingatkan perusahaa agar tidak membakar lahan usai panen tebu dilakukan.
"Buktinya udara didaerah ini terus semakin panas, suhu semakin tinggi, ini jelas sangat mengkhawatirkan terhadap pernapasan warga," sambungnya.
Ia berharap ada tindakan agar penyakit inpeksi saluran pernapasan atas) tidak terjadi terhadap warga. Pembakaran lahan tebu harus dihentikan, katanya. (antara)
medcom.id, Langkat: Puluhan hektare lahan tebu PTPN-2 Kwala Bingei Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, kini dialihkan menjadi perkebunan kelapa sawit sehingga produksi gula di pabrik Kuala Madu terus berkurang.
"Lahan ini dulu untuk tanaman tebu sekarang dialihkan ke tanaman kelapa sawit," kata Selamat, warga sekitar perkebunan tebu Kwala Bingei di Stabat, Minggu (1/3/2015).
Selamat menjelaskan bahwa lahan tebu yang berubah fungsi menjadi tanaman kelapa sawit, jelas akan semakin mengurangi produksi gula Kuala Madu. "Gula produksi Kuala Madu jelas akan semakin berkurang, karena lahan
bakunya juga terus semakin berkurang," katanya.
Padahal, dulu pembangunan pabrik gula Kuala Madu di Kecamatan Binjai untuk mendukung kebutuhan gula masyarakat, tapi nyatanya seiring perjalanan waktu, diubah menjadi lahan sawit.
Warga pun mempertanyakan untuk apa pengalihan itu. Apakah pengalihan itu juga diketahui oleh direksi PTPN-2 padahal peruntukkannya buat pertanaman tebu, tambahnya.
Selamat juga menjelaskan bahwa pada zaman penjajahan Belanda, lahan tersebut merupakan lahan untuk tanaman tembakau. Waktu itu sangat terkenal dengan sebutan tembakau deli dan dikirim juga ke Bremen (Jerman).
Lalu, berdirilah pabrik gula Kuala Madu, sehingga lahan itu berubah fungsi menjadi lahan tanaman tebu, kini berubah lagi menjadi lahan tanaman sawit.
Sementara itu salah seorang warga lainnya Ridwan menjelaskan sangat menyesalkan terjadinya polusi udara akibat pembakaran lahan tebu yang terjadi saat musim panen tebu dilakukan oleh perusahaan PTPN-2 Kwala Bingei
itu.
"Sekarang ini pencemaran udara terus meluas di Kota Stabat, akibat pembakaran lahan tebu usai panen dilakukan," katanya.
Untuk itu pihaknya berharap agar instansi terkait yaitu Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Langkat, dapat melakukan monitoring dan mengingatkan perusahaa agar tidak membakar lahan usai panen tebu dilakukan.
"Buktinya udara didaerah ini terus semakin panas, suhu semakin tinggi, ini jelas sangat mengkhawatirkan terhadap pernapasan warga," sambungnya.
Ia berharap ada tindakan agar penyakit inpeksi saluran pernapasan atas) tidak terjadi terhadap warga. Pembakaran lahan tebu harus dihentikan, katanya. (antara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADF)