Lumajang: Evakuasi warga terdampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sempat dihentikan malam tadi sekitar pukul 23.59 WIB, Sabtu 4 Desember 2021. Sebab, dilaporkan saat itu masih muncul guguran awan panas.
"Betul, per tadi malam masih terjadi guguran awan panas. Jadi evakuasi yang sebelumnya dilakukan termasuk dengan TRC itu dihentikan sementara. Dari pukul 23.59 WIB itu dihentikan karena ada guguran awan panas," kata Komandan BAZNAS Tanggap Bencana (BTB) Lumajang, Darwan Darussalam, saat Breaking News Metro TV, Minggu 5 Desember 2021.
Darwan menerangkan, evakuasi selanjutnya masih menunggu koordinasi lanjutan. Sebab, ada beberapa titik yang masih belum terjamah oleh tim evakuasi.
"Dari tim rescue itu sudah menyiapkan untuk melakukan lanjutan dari kemarin. Ada beberapa titik yang akan kita tembus hari ini. Beberapa titik yang per tadi malam belum bisa kita tembus, seperti di Dusun Kobokan. Lalu Kampung Renteng ini belum ditembus kembali dan belum dilakukam pengecekan kembali kondisi terkini seperti apa," jelasnya.
Darwin menambahkan, berdasarkan laporan sementara, wilayah terdampak erupsi Gunung Semeru yang paling parah ada di Curah Kobokan dan Kampung Renteng. Bahkan, di Kampung Renteng dilaporkan masih ada 10 orang warga yang masih belum ditemukan.
Baca: Data Sementara 13 Orang Dilaporkan Meninggal Akibat Erupsi Semeru
"Ini masih perlu pengecekan. Tadi malam perangkat desa terus bergerak dan TRC. Pagi ini mudah-mudahan dari 10 orang yang terdeteksi tadi malam harapannya bisa ditemukan dimana posisinya," bebernya.
"Ada beberapa warga yang masih terjebak di beberapa wilayah. Ini masih perlu kroscek lagi. Makanya hari ini tim rescue akan melakukan pengecekan ulang," imbuhnya.
Darwan mengaku, selama proses evakuasi, terdapat sejumlah hambatan yang didapat oleh personel gabungan. Salah satunya cuaca.
"Hujan beserta debu terus kemufian di lapangan itu lumpur sangat tebal sekali sekitar kurang lebih 30 sentimeter. Jadi untuk menuju lokasi itu sangat sulit walaupun menggunakan kendaraan roda dua," ungkapnya.
Darwan berharap cuaca mendung tersebut membawa hujan dengan intensitas rendah. "Bila tidak ada hujan yang turun maka rumah warga akan terpendam abu vulkanik. Apabila terpendam maka itu membuat beban yang berat akhirnya akan meruntuhkan atap rumah," kata Darwan.
"Mudah-mudahan bisa turun hujan walau tidak deras. Itu bisa mengurangi yang namanya abu," imbuhnya.
Berdasarkan informasi yang didapat dari BMKG dan BPBD Lumajang, cuaca hari ini di Lumajang cerah berawan. Darwin berharap tidak ada guguran lava yang turun hari ini.
"Untuk lahar dingin berdasarkan info BMKG dan BPBD itu sudah mengalami penyusutan.
Mudah-mudahan hari ini sudah kembali normal. Tinggal proses pembersihan dan evakuasi warga yang belum bisa ditemukan," ungkapnya.
Darwin mengimbau kepada warga yang masih berada di lereng Gunung Semeru dan di daerah aliran sungai (DAS) untuk segera melakukan evakuasi mandiri.
"Untuk warga sekitar dihimbau tetap menggunakan masker. Karena debu ini masih berterbangan yang dikhawatirkan nanti itu membawa dampak buruk terhadap kesehatan," ujarnya.
Lumajang: Evakuasi warga terdampak erupsi
Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sempat dihentikan malam tadi sekitar pukul 23.59 WIB, Sabtu 4 Desember 2021. Sebab, dilaporkan saat itu masih muncul guguran awan panas.
"Betul, per tadi malam masih terjadi guguran awan panas. Jadi evakuasi yang sebelumnya dilakukan termasuk dengan TRC itu dihentikan sementara. Dari pukul 23.59 WIB itu dihentikan karena ada guguran awan panas," kata Komandan BAZNAS Tanggap Bencana (BTB) Lumajang, Darwan Darussalam, saat Breaking News Metro TV, Minggu 5 Desember 2021.
Darwan menerangkan, evakuasi selanjutnya masih menunggu koordinasi lanjutan. Sebab, ada beberapa titik yang masih belum terjamah oleh tim evakuasi.
"Dari tim rescue itu sudah menyiapkan untuk melakukan lanjutan dari kemarin. Ada beberapa titik yang akan kita tembus hari ini. Beberapa titik yang per tadi malam belum bisa kita tembus, seperti di Dusun Kobokan. Lalu Kampung Renteng ini belum ditembus kembali dan belum dilakukam pengecekan kembali kondisi terkini seperti apa," jelasnya.
Darwin menambahkan, berdasarkan laporan sementara, wilayah terdampak erupsi Gunung Semeru yang paling parah ada di Curah Kobokan dan Kampung Renteng. Bahkan, di Kampung Renteng dilaporkan masih ada 10 orang warga yang masih belum ditemukan.
Baca: Data Sementara 13 Orang Dilaporkan Meninggal Akibat Erupsi Semeru
"Ini masih perlu pengecekan. Tadi malam perangkat desa terus bergerak dan TRC. Pagi ini mudah-mudahan dari 10 orang yang terdeteksi tadi malam harapannya bisa ditemukan dimana posisinya," bebernya.
"Ada beberapa warga yang masih terjebak di beberapa wilayah. Ini masih perlu kroscek lagi. Makanya hari ini tim rescue akan melakukan pengecekan ulang," imbuhnya.
Darwan mengaku, selama proses evakuasi, terdapat sejumlah hambatan yang didapat oleh personel gabungan. Salah satunya cuaca.
"Hujan beserta debu terus kemufian di lapangan itu lumpur sangat tebal sekali sekitar kurang lebih 30 sentimeter. Jadi untuk menuju lokasi itu sangat sulit walaupun menggunakan kendaraan roda dua," ungkapnya.
Darwan berharap cuaca mendung tersebut membawa hujan dengan intensitas rendah. "Bila tidak ada hujan yang turun maka rumah warga akan terpendam abu vulkanik. Apabila terpendam maka itu membuat beban yang berat akhirnya akan meruntuhkan atap rumah," kata Darwan.
"Mudah-mudahan bisa turun hujan walau tidak deras. Itu bisa mengurangi yang namanya abu," imbuhnya.
Berdasarkan informasi yang didapat dari BMKG dan BPBD Lumajang, cuaca hari ini di Lumajang cerah berawan. Darwin berharap tidak ada guguran lava yang turun hari ini.
"Untuk lahar dingin berdasarkan info BMKG dan BPBD itu sudah mengalami penyusutan.
Mudah-mudahan hari ini sudah kembali normal. Tinggal proses pembersihan dan evakuasi warga yang belum bisa ditemukan," ungkapnya.
Darwin mengimbau kepada warga yang masih berada di lereng Gunung Semeru dan di daerah aliran sungai (DAS) untuk segera melakukan evakuasi mandiri.
"Untuk warga sekitar dihimbau tetap menggunakan masker. Karena debu ini masih berterbangan yang dikhawatirkan nanti itu membawa dampak buruk terhadap kesehatan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)