medcom.id, Jakarta: Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memastikan kembali bahwa Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berkomitmen dan serius untuk mendukung acara Tour de Singkarak (TdS) 2016 yang akan digelar pada 6 - 14 Agustus 2016 mendatang.
Hal tersebut dikatakannya pada saat memberikan pidato dalam acara launching TdS 2016 di Balairung, Gedung Sapta Pesona, Medan Merdeka Barat, Jakarta. Dalam kesempatan itu dirinya juga menegaskan bahwa Kemenpar berkomitmen penuh untuk mendukung para CEO untuk mewujudkan sektor pariwisata sebagai pilihan prioritas di sana.
"Saya pastikan, 2017 Kemenpar akan mendukung kembali TdS ini," sebut Arief Yahya, Senin (25/7/2016).
Menpar mengingatkan kembali soal CEO Commitment untuk membangun kepariwisataan di Sumatera Barat (Sumbar). Terutama Kawasan Mandeh di Kab Pesisir Selatan, yang sudah ditetapkan sebagai "Raja Ampat"-nya Sumatera. Dia mengibaratkan, jika seorang ingin berhati tenteram, damai, sukses, maka sudah betul dia sungguh-sungguh berusaha dan rajin berdoa kepada Tuhan.
"Kalau Pak Gubernur tiap Minggu datang ke Kemenpar, mengurus pariwisatanya, saya yakin kawasan itu akan cepat menjadi destinasi kelas dunia," ujarnya.
Soal homestay, Arief Yahya mengalokasikan 1000 pondok wisata yang bisa dimiliki dan dikelola oleh masyarakat. Skemanya B to B, yakni business to business, dengan skema pinjaman bank dengan uang muka 1%, bunga 5%, masa tenor 20 tahun, dengan hitungan cicilan sekitar Rp 800 ribu per bulan. Itu bisa dikompensasi cukup dengan 2 week end saja, Sabtu-Minggu.
"Syaratnya, menggunakan arsitektur nusantara! Kalau di Sumbar ya dengan desain rumah begonjang," tutur Arief menjelaskan program jangka pendeknya.
Untuk middle term-nya, lanjut Arief, adalah menyiapkan lahan minimal 500 hektar untuk dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata. Dia mencontohkan seperti Tanjung Kelayang Belitung, KEK tercepat yang pernah ada dan satu-satunya kawasan pariwisata yang tiga bulan ditanda tangani Presiden Joko Widodo.
"Tahap I KEK Tanjung Kelayang menyiapkan lahan 324 hektare, diteken Maret 2016, sudah mulai ground breaking untuk hotel bertaraf internasional bulan Agustus - September 2016," tutur dia.
Contoh lain adalah Badan Otoritas Pariwisata (BOP) Danau Toba Sumtera Utara. Ada tujuh bupati yang sudah kompak membangun pariwisata di Toba. "Kini sudah disiapkan 500 hektare untuk membangun amenitas, untuk KEK pariwisata yang akan mendapatkan banyak insentif, baik pajak maupun fiskal," tukas Arief.
Sedangkan soal long term-nya, Menpar Arief Yahya menyebut ada investor dari Middle East yang mulai tertarik dengan Mandeh. Jika mereka berinvetasi ke Sumbar, sudah hampir pasti mereka akan membawa pasar Timur Tengah ke sana. "Mandeh juga relatif dekat dari domestic market utama Jakarta. Penerbangan tidak lama, dan relatif murah dibandingkan dengan wisata bahari Raja Ampat," ungkapnya.
Menpar meminta kepada CEO di Sumbar untuk bergerak lebih cepat, membangun pariwisata di sana. "Pariwisata adalah cara yang paling cepat, paling mudah dan paling murah untuk mendapatkan devisa. Bedanya devisa yang dihasilkan dari pariwisata itu diambil di dalam negeri. Jadi, tidak ada pilihan yang lebih baik dan lebih cepat untuk mensejahterakan Sumbar, selain pariwisata," katanya.
medcom.id, Jakarta: Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memastikan kembali bahwa Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berkomitmen dan serius untuk mendukung acara Tour de Singkarak (TdS) 2016 yang akan digelar pada 6 - 14 Agustus 2016 mendatang.
Hal tersebut dikatakannya pada saat memberikan pidato dalam acara launching TdS 2016 di Balairung, Gedung Sapta Pesona, Medan Merdeka Barat, Jakarta. Dalam kesempatan itu dirinya juga menegaskan bahwa Kemenpar berkomitmen penuh untuk mendukung para CEO untuk mewujudkan sektor pariwisata sebagai pilihan prioritas di sana.
"Saya pastikan, 2017 Kemenpar akan mendukung kembali TdS ini," sebut Arief Yahya, Senin (25/7/2016).
Menpar mengingatkan kembali soal CEO Commitment untuk membangun kepariwisataan di Sumatera Barat (Sumbar). Terutama Kawasan Mandeh di Kab Pesisir Selatan, yang sudah ditetapkan sebagai "Raja Ampat"-nya Sumatera. Dia mengibaratkan, jika seorang ingin berhati tenteram, damai, sukses, maka sudah betul dia sungguh-sungguh berusaha dan rajin berdoa kepada Tuhan.
"Kalau Pak Gubernur tiap Minggu datang ke Kemenpar, mengurus pariwisatanya, saya yakin kawasan itu akan cepat menjadi destinasi kelas dunia," ujarnya.
Soal homestay, Arief Yahya mengalokasikan 1000 pondok wisata yang bisa dimiliki dan dikelola oleh masyarakat. Skemanya B to B, yakni business to business, dengan skema pinjaman bank dengan uang muka 1%, bunga 5%, masa tenor 20 tahun, dengan hitungan cicilan sekitar Rp 800 ribu per bulan. Itu bisa dikompensasi cukup dengan 2 week end saja, Sabtu-Minggu.
"Syaratnya, menggunakan arsitektur nusantara! Kalau di Sumbar ya dengan desain rumah begonjang," tutur Arief menjelaskan program jangka pendeknya.
Untuk middle term-nya, lanjut Arief, adalah menyiapkan lahan minimal 500 hektar untuk dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata. Dia mencontohkan seperti Tanjung Kelayang Belitung, KEK tercepat yang pernah ada dan satu-satunya kawasan pariwisata yang tiga bulan ditanda tangani Presiden Joko Widodo.
"Tahap I KEK Tanjung Kelayang menyiapkan lahan 324 hektare, diteken Maret 2016, sudah mulai ground breaking untuk hotel bertaraf internasional bulan Agustus - September 2016," tutur dia.
Contoh lain adalah Badan Otoritas Pariwisata (BOP) Danau Toba Sumtera Utara. Ada tujuh bupati yang sudah kompak membangun pariwisata di Toba. "Kini sudah disiapkan 500 hektare untuk membangun amenitas, untuk KEK pariwisata yang akan mendapatkan banyak insentif, baik pajak maupun fiskal," tukas Arief.
Sedangkan soal long term-nya, Menpar Arief Yahya menyebut ada investor dari Middle East yang mulai tertarik dengan Mandeh. Jika mereka berinvetasi ke Sumbar, sudah hampir pasti mereka akan membawa pasar Timur Tengah ke sana. "Mandeh juga relatif dekat dari domestic market utama Jakarta. Penerbangan tidak lama, dan relatif murah dibandingkan dengan wisata bahari Raja Ampat," ungkapnya.
Menpar meminta kepada CEO di Sumbar untuk bergerak lebih cepat, membangun pariwisata di sana. "Pariwisata adalah cara yang paling cepat, paling mudah dan paling murah untuk mendapatkan devisa. Bedanya devisa yang dihasilkan dari pariwisata itu diambil di dalam negeri. Jadi, tidak ada pilihan yang lebih baik dan lebih cepat untuk mensejahterakan Sumbar, selain pariwisata," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)