Kupang: Harga air bersih di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) melonjak lantaran kemarau yang berdampak terhadap berkurangnya pasokan air dari perusahaan daerah air minum (PDAM) setempat.
Di Kelurahan Liliba misalnya pasokan air ke rumah penduduk telah dikurangi dari biasanya setiap hari menjadi satu kali dalam seminggu. Kondisi itu disebabkan debit sumber-sumber air yang dikelola PDAM terus menurun.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, warga membeli air melalui mobil tangki ukuran 5.000 liter dengan harga bervariasi mulai dari Rp70 ribu per tangki hingga Rp Rp150 ribu per tangki.
"Saat ini rata-rata harga air tengki naik hingga Rp130 ribu dan Rp150 ribu per tangki. Ada juga yang harga Rp70 ribu dan Rp100 ribu tergantung jarak tempuh antara pemesan air dan sumber air," kata Melkisedek Wa, pemilik sumur bor di Kelurahan Oepura Kupang, Rabu, 31 Juli 2019.
Melkisedek menjelaskan jika jarak tempuh mencapai lima kilometer, harga air naik menjadi Rp150 ribu. Menurut Melkisedek, pada situasi normal harga air tangki hanya Rp40 ribu per 5.000 liter.
Menurut Dia, setiap hari warga yang membeli air di tiga sumur miliknya mencapai 115 tangki dari biasanya antara 30-40 tangki. Dia memastikan permintaan air akan bertambah karena saat ini Kota Kupang belum memasuki puncak kemarau.
Puncak kemarau baru akan terjadi Oktober 2019. Ketika itu debit sumber-sumber air kritis. Namun, krisis air di NTT berlangsung mulai Juli hingga Desember. "Biasanya mulai Agustus, kami kewalahan melayani permintaan air bersih," beber Melkisedek.
Sementara Alex, sopir tangki yang biasanya mengangkut air bersih dari sumur milik Melkisedek mengaku melayani permintaan air antara 7-10 kali dalam sehari, atau bertambah dari biasanya antara 3-4 kali dalam sehari.
"Untuk pemesan dari kelurahan terjauh seperti Alak Rp130 ribu sampai Rp150 ribu," ujar Alex.
Kupang: Harga air bersih di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) melonjak lantaran kemarau yang berdampak terhadap berkurangnya pasokan air dari perusahaan daerah air minum (PDAM) setempat.
Di Kelurahan Liliba misalnya pasokan air ke rumah penduduk telah dikurangi dari biasanya setiap hari menjadi satu kali dalam seminggu. Kondisi itu disebabkan debit sumber-sumber air yang dikelola PDAM terus menurun.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, warga membeli air melalui mobil tangki ukuran 5.000 liter dengan harga bervariasi mulai dari Rp70 ribu per tangki hingga Rp Rp150 ribu per tangki.
"Saat ini rata-rata harga air tengki naik hingga Rp130 ribu dan Rp150 ribu per tangki. Ada juga yang harga Rp70 ribu dan Rp100 ribu tergantung jarak tempuh antara pemesan air dan sumber air," kata Melkisedek Wa, pemilik sumur bor di Kelurahan Oepura Kupang, Rabu, 31 Juli 2019.
Melkisedek menjelaskan jika jarak tempuh mencapai lima kilometer, harga air naik menjadi Rp150 ribu. Menurut Melkisedek, pada situasi normal harga air tangki hanya Rp40 ribu per 5.000 liter.
Menurut Dia, setiap hari warga yang membeli air di tiga sumur miliknya mencapai 115 tangki dari biasanya antara 30-40 tangki. Dia memastikan permintaan air akan bertambah karena saat ini Kota Kupang belum memasuki puncak kemarau.
Puncak kemarau baru akan terjadi Oktober 2019. Ketika itu debit sumber-sumber air kritis. Namun, krisis air di NTT berlangsung mulai Juli hingga Desember. "Biasanya mulai Agustus, kami kewalahan melayani permintaan air bersih," beber Melkisedek.
Sementara Alex, sopir tangki yang biasanya mengangkut air bersih dari sumur milik Melkisedek mengaku melayani permintaan air antara 7-10 kali dalam sehari, atau bertambah dari biasanya antara 3-4 kali dalam sehari.
"Untuk pemesan dari kelurahan terjauh seperti Alak Rp130 ribu sampai Rp150 ribu," ujar Alex.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DEN)