Solo: Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Solo, Jawa Tengah, meroket hingga pertengahan tahun ini. Tercatat hingga Juni 2022 sebanyak 217 warga terjangkit DBD, enam di antaranya meninggal.
"Jumlah kasus DBD pertengahan tahun ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Pada 2021 lalu sedikitnya ada 127 kasus dalam setahun dengan 4-5 orang meninggal dunia," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Penanganan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Solo, Agus Hufron, di Solo, Kamis, 28 Juli 2022.
Dia menjelaskan dari data warga terjangkit DBD tersebut banyak didominasi usia anak-anak. Sedangkan rata-rata kasus pasien meninggal dunia karena masuk dalam kategori darurat dan terlambat penanganan.
Untuk itu, dia meminta warga mewaspadai kenaikan kasus DBD. Dia juga menekankan agar warga lebih waspada dan deteksi dini gejala penyakit agar bisa tertangani dengan cepat.
"Berdasarkan siklus lima tahunan terakhir, yang paling banyak ya kasus setiap Mei-Juni. Makanya warga harus lebih waspada karena saat ini nyamuk baru lahirpun bisa membawa virus itu," ungkapnya.
Hufron mengungkapkan warga meninggal dunia karena DBD juga banyak dari kategori usia anak-anak. Biasanya pasien anak-anak DBD masuk rumah sakit dengan kondisi syok (Dengue Shok Syndrome)
"Rata-rata masuk rumah sakit sudah kritis, banyak warga masih enggan mengakses fasilitas kesehatan dalam melakukan deteksi dini. Padahal failitas dan layanan kita sudah bagus dan bisa dijangkau karena jaraknya tidak jauh," ujarnya.
Solo: Jumlah kasus
demam berdarah dengue (DBD) di
Kota Solo, Jawa Tengah, meroket hingga pertengahan tahun ini. Tercatat hingga Juni 2022 sebanyak 217 warga terjangkit DBD, enam di antaranya
meninggal.
"Jumlah kasus DBD pertengahan tahun ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Pada 2021 lalu sedikitnya ada 127 kasus dalam setahun dengan 4-5 orang meninggal dunia," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Penanganan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Solo, Agus Hufron, di Solo, Kamis, 28 Juli 2022.
Dia menjelaskan dari data warga terjangkit DBD tersebut banyak didominasi usia anak-anak. Sedangkan rata-rata kasus pasien meninggal dunia karena masuk dalam kategori darurat dan terlambat penanganan.
Untuk itu, dia meminta warga mewaspadai kenaikan kasus DBD. Dia juga menekankan agar warga lebih waspada dan deteksi dini gejala penyakit agar bisa tertangani dengan cepat.
"Berdasarkan siklus lima tahunan terakhir, yang paling banyak ya kasus setiap Mei-Juni. Makanya warga harus lebih waspada karena saat ini nyamuk baru lahirpun bisa membawa virus itu," ungkapnya.
Hufron mengungkapkan warga meninggal dunia karena DBD juga banyak dari kategori usia anak-anak. Biasanya pasien anak-anak DBD masuk rumah sakit dengan kondisi syok (Dengue Shok Syndrome)
"Rata-rata masuk rumah sakit sudah kritis, banyak warga masih enggan mengakses fasilitas kesehatan dalam melakukan deteksi dini. Padahal failitas dan layanan kita sudah bagus dan bisa dijangkau karena jaraknya tidak jauh," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)