Tangerang Selatan: Pengamat Politik Citra Institute sekaligus Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang (Unpam) Serang Efriza menilai beberapa langkah dan gebrakan awal Presiden Prabowo Subianto telah banyak menuai apresiasi publik. Salah satunya lewat retret kabinet di Akmil Magelang.
"Sebut saja beberapa di antaranya seperti mengumumkan susunan kabinetnya di hari yang sama saat ia dilantik menjadi presiden, memberikan pembekalan selama 3 hari di Lembah Tidar dengan judul Magelang Retreat," kata Efriza, Kamis, 31 Oktober 2024.
Kemudian, mewajibkan menteri dan wakil menteri untuk memakai mobil dinas produksi dalam negeri Maung Garuda buatan PT Pindad, mengingatkan menteri dari parpol untuk tidak mencuri uang APBN, serta berkomitmen langsung tancap gas bekerja setelah pembekalan di Hambalang dan Magelang selesai.
Menurut dia, langkah-langkah Prabowo Subianto ini seolah ingin menjawab tingkat kepercayaan dan ekspektasi publik yang sangat besar terhadap pemerintahannya. Sebagaimana tercermin dalam survei Indikator politik yang menyatakan bahwa 85,3 persen masyarakat Indonesia yakin Prabowo bisa membawa Indonesia bergerak ke arah yang lebih baik.
Namun, di tengah tingginya kepercayaan publik terhadap Prabowo Subianto, ternyata masih ada saja yang mencoba untuk menggoyang jalannya roda pemerintahan Prabowo. Dia mengatakan, kritik terus diluncurkan, meski terkadang kritik yang dilakukan berpangkal dari sesuatu yang diada-adakan.
"Sebut saja kritik terkait kegiatan Magelang Retreat terhadap Kabinet Merah Putih yang dipandang sebagai upaya pengembalian pemerintahan yang militeristik seperti era Soeharto," ungkapnya.
Padahal, sebagaimana telah diungkapkan oleh Prabowo Subianto sendiri, Magelang Retreat adalah upaya yang coba dilakukan untuk mengadopsi cara militer “militer way" dalam sistem pengorganisasian pemerintahan, bukan untuk menjadikan pemerintahan militeristik. Dia mengingatkan, cara ini sudah banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan dunia dan terbukti sangat efektif.
Pengorganisasian cara militer adalah model yang diakui menjadi terapi, terbaik dan dan termodern di dunia. "Bahkan saking ingin mencari-cari kesalahan Prabowo Subianto, para kritikus ini bahkan mempersoalkan hal-hal yang tidak substansial. Sebut saja salah satu contohnya seperti yang dilakukan oleh Refly Harun," ujarnya.
"Dalam salah satu monolog di channel YouTube-nya, Refly mempersoalkan hadirnya Ketua Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Sufmi Dasco Ahmad, ketika mendampingi Prabowo Subianto saat mengumumkan susunan kabinetnya," sambungnya.
Dalam pandangan Refly, tidak boleh Sufmi Dasco hadir mendampingi Prabowo Subianto dalam mengumumkan kabinet karena ia pandang bukan bagian resmi dari pemerintahan.
"Kritik Refly ini, menurut saya, sangat tidak substansial. Argumentasinya juga cukup mengada-ada," imbuhnya.
Sebab, kata dia, semua orang tahu bahwa Sufmi Dasco Ahmad merupakan Ketua Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, yang salah satu fungsi utamanya adalah membantu Prabowo Subianto dalam menyusun kabinet. Dia mengakui masa bakti Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran berakhir saat Prabowo Subianto dilantik sebagai presiden.
"Namun karena salah satu fungsi utama tim ini adalah turut menyusun kabinet Prabowo-Gibran, ketika kemudian Prabowo Subianto meminta Sufmi Dasco Ahmad untuk mendampingi pada saat mengumumkan kabinet, tentu hal ini sangat wajar," imbuhnya.
Meski demikian, lanjut dia, dengan background intelektual mapan yang dimiliki oleh Refly, rasanya cukup tidak elok jika kemudian kritik yang diarahkan hanya yang penting kritik tanpa dibarengi dengan substansi yang memadai.
"Dalam konteks demokrasi, sejatinya kritik seperti yang dilakukan oleh Refly harun ini adalah vitamin. Dengan catatan, jika kritik diarahkan pada hal-hal yang substansial," ungkapnya.
Akan tetapi, dia mengingatkan yang perlu digarisbawahi, jika kritik dilakukan dengan dasar ketidaksukaan atau bahkan kebencian dan didasari semangat yang penting beda, tentu akan berimplikasi terhadap lemahnya substansi kritik dan dalil argumentasi yang tidak kuat serta tidak rasional.
"Yang pada ujungnya, kritik hanya akan bersifat trivial (bernilai nol/receh). Selain itu, kritik semacam ini bisa dikategorikan sebagai julid semata," pungkasnya.
Tangerang Selatan: Pengamat Politik Citra Institute sekaligus Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang (Unpam) Serang Efriza menilai beberapa langkah dan gebrakan awal Presiden
Prabowo Subianto telah banyak menuai apresiasi publik. Salah satunya lewat retret kabinet di Akmil Magelang.
"Sebut saja beberapa di antaranya seperti mengumumkan susunan kabinetnya di hari yang sama saat ia dilantik menjadi presiden, memberikan pembekalan selama 3 hari di Lembah Tidar dengan judul
Magelang Retreat," kata Efriza, Kamis, 31 Oktober 2024.
Kemudian, mewajibkan menteri dan wakil menteri untuk memakai mobil dinas produksi dalam negeri Maung Garuda buatan PT Pindad, mengingatkan menteri dari parpol untuk tidak mencuri uang APBN, serta berkomitmen langsung tancap gas bekerja setelah pembekalan di Hambalang dan Magelang selesai.
Menurut dia, langkah-langkah Prabowo Subianto ini seolah ingin menjawab tingkat kepercayaan dan ekspektasi publik yang sangat besar terhadap pemerintahannya. Sebagaimana tercermin dalam survei Indikator politik yang menyatakan bahwa 85,3 persen masyarakat Indonesia yakin Prabowo bisa membawa Indonesia bergerak ke arah yang lebih baik.
Namun, di tengah tingginya kepercayaan publik terhadap Prabowo Subianto, ternyata masih ada saja yang mencoba untuk menggoyang jalannya roda pemerintahan Prabowo. Dia mengatakan, kritik terus diluncurkan, meski terkadang kritik yang dilakukan berpangkal dari sesuatu yang diada-adakan.
"Sebut saja kritik terkait kegiatan Magelang Retreat terhadap Kabinet Merah Putih yang dipandang sebagai upaya pengembalian pemerintahan yang militeristik seperti era Soeharto," ungkapnya.
Padahal, sebagaimana telah diungkapkan oleh Prabowo Subianto sendiri, Magelang Retreat adalah upaya yang coba dilakukan untuk mengadopsi cara militer “militer way" dalam sistem pengorganisasian pemerintahan, bukan untuk menjadikan pemerintahan militeristik. Dia mengingatkan, cara ini sudah banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan dunia dan terbukti sangat efektif.
Pengorganisasian cara militer adalah model yang diakui menjadi terapi, terbaik dan dan termodern di dunia. "Bahkan saking ingin mencari-cari kesalahan Prabowo Subianto, para kritikus ini bahkan mempersoalkan hal-hal yang tidak substansial. Sebut saja salah satu contohnya seperti yang dilakukan oleh Refly Harun," ujarnya.
"Dalam salah satu monolog di channel YouTube-nya, Refly mempersoalkan hadirnya Ketua Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Sufmi Dasco Ahmad, ketika mendampingi Prabowo Subianto saat mengumumkan susunan kabinetnya," sambungnya.
Dalam pandangan Refly, tidak boleh Sufmi Dasco hadir mendampingi Prabowo Subianto dalam mengumumkan kabinet karena ia pandang bukan bagian resmi dari pemerintahan.
"Kritik Refly ini, menurut saya, sangat tidak substansial. Argumentasinya juga cukup mengada-ada," imbuhnya.
Sebab, kata dia, semua orang tahu bahwa Sufmi Dasco Ahmad merupakan Ketua Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, yang salah satu fungsi utamanya adalah membantu Prabowo Subianto dalam menyusun kabinet. Dia mengakui masa bakti Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran berakhir saat Prabowo Subianto dilantik sebagai presiden.
"Namun karena salah satu fungsi utama tim ini adalah turut menyusun kabinet Prabowo-Gibran, ketika kemudian Prabowo Subianto meminta Sufmi Dasco Ahmad untuk mendampingi pada saat mengumumkan kabinet, tentu hal ini sangat wajar," imbuhnya.
Meski demikian, lanjut dia, dengan background intelektual mapan yang dimiliki oleh Refly, rasanya cukup tidak elok jika kemudian kritik yang diarahkan hanya yang penting kritik tanpa dibarengi dengan substansi yang memadai.
"Dalam konteks demokrasi, sejatinya kritik seperti yang dilakukan oleh Refly harun ini adalah vitamin. Dengan catatan, jika kritik diarahkan pada hal-hal yang substansial," ungkapnya.
Akan tetapi, dia mengingatkan yang perlu digarisbawahi, jika kritik dilakukan dengan dasar ketidaksukaan atau bahkan kebencian dan didasari semangat yang penting beda, tentu akan berimplikasi terhadap lemahnya substansi kritik dan dalil argumentasi yang tidak kuat serta tidak rasional.
"Yang pada ujungnya, kritik hanya akan bersifat trivial (bernilai nol/receh). Selain itu, kritik semacam ini bisa dikategorikan sebagai julid semata," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)