Bima: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bima menyampaikan hasil pengamatan sementara perihal fenomena cairan mirip busa jeli berwarna coklat susu yang mengambang di permukaan perairan Teluk Bima.
"Dari pengamatan sementara oleh tim DLH, fenomena yang terjadi di Teluk Bima lebih menjurus ke lendir laut (sea snot) atau ingus laut," kata Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Bima Suryadin di Mataram, Kamis, 28 April 2022.
Ingus laut, lanjutnya, dikenal sebagai sekumpulan organisme mirip mukus yang ditemukan di laut. Sifatnya, mirip gelatin dan krim yang umumnya tidak berbahaya, namun dapat mengandung virus dan bakteria, termasuk ecoli.
Ingus atau lendir laut belum lama ini muncul di Laut Tengah dan menyebar ke Laut Marmara, Turki. Dalam prediksi ahli, salah satu penyebabnya karena pemanasan global. Kemunculannya juga banyak diduga akibat dampak limbah tanpa pengolahan. Bisa juga karena pengaruh naiknya temperatur air laut.
Baca: Pesisir Teluk Bima Tertutup Cairan Aneh, Polisi Lakukan Penyelidikan
Dari prediksi tersebut, bukan berarti hal itu tidak berbahaya. Melainkan berdampak pada kerusakan biota laut dalam jangka yang cukup lama, salah satunya akan menekan produksi ikan laut.
"Oleh karena itu, semua pihak diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi pemulihan lingkungan di Teluk Bima," ucapnya.
Lebih lanjut, DLH Kabupaten Bima menyampaikan kesimpulan sementara bahwa gumpalan yang terjadi ini bukan berasal dari tumpahan minyak, melainkan lumut atau ganggang laut.
"Tetapi untuk memastikan apa sebenarnya yang terjadi dan apa penyebab, DLH sudah mengambil sampel air laut dan gumpalan tersebut untuk dianalisa lebih lanjut di laboratorium. Jadi hasil pastinya masih menunggu," ujar dia
Bima: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bima menyampaikan hasil pengamatan sementara perihal fenomena
cairan mirip busa jeli berwarna coklat susu yang mengambang di permukaan perairan Teluk Bima.
"Dari pengamatan sementara oleh tim DLH, fenomena yang terjadi di Teluk Bima lebih menjurus ke lendir laut (
sea snot) atau
ingus laut," kata Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Bima Suryadin di Mataram, Kamis, 28 April 2022.
Ingus laut, lanjutnya, dikenal sebagai sekumpulan organisme mirip mukus yang ditemukan di laut. Sifatnya, mirip gelatin dan krim yang umumnya tidak berbahaya, namun dapat mengandung virus dan bakteria, termasuk ecoli.
Ingus atau lendir laut belum lama ini muncul di Laut Tengah dan menyebar ke Laut Marmara, Turki. Dalam prediksi ahli, salah satu penyebabnya karena pemanasan global. Kemunculannya juga banyak diduga akibat dampak limbah tanpa pengolahan. Bisa juga karena pengaruh naiknya temperatur air laut.
Baca: Pesisir Teluk Bima Tertutup Cairan Aneh, Polisi Lakukan Penyelidikan
Dari prediksi tersebut, bukan berarti hal itu tidak berbahaya. Melainkan berdampak pada kerusakan biota laut dalam jangka yang cukup lama, salah satunya akan menekan produksi ikan laut.
"Oleh karena itu, semua pihak diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi pemulihan lingkungan di Teluk Bima," ucapnya.
Lebih lanjut, DLH Kabupaten Bima menyampaikan kesimpulan sementara bahwa gumpalan yang terjadi ini bukan berasal dari tumpahan minyak, melainkan lumut atau ganggang laut.
"Tetapi untuk memastikan apa sebenarnya yang terjadi dan apa penyebab, DLH sudah mengambil sampel air laut dan gumpalan tersebut untuk dianalisa lebih lanjut di laboratorium. Jadi hasil pastinya masih menunggu," ujar dia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)