medcom.id, Pati: Sudah jatuh tertimpa tangga, pepatah ini yang dialami oleh Riatun (52) yang hanya tinggal dengan tiga anaknya yang cacat di Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.
Saat wartawan Metro Tv mengunjungi Riatun, Jumat (28/11/2014), sungguh miris melihat keadaan janda yang suaminya telah meninggal dunia sejak delapan tahun silam. Sangat jelas tergambar, janda renta tersebut mengarungi hidup dengan penuh kepedihan.
Namun Riatun tetap berjuang untuk mencari nafkah guna menghidupi ketiga anaknya yang lumpuh sejak lahir. Meskipun didera kemiskinan, ibu tiga anak ini tak pernah menyerah mengasuh anaknya.
Karena keterbatasan biaya, Riatun tak pernah mengobati ketiga anaknya ke dokter. Kondisi ketiga anaknya yang lumpuh dia terima dengan ikhlas.
Tinggal di rumah reognya yang berukuran 6x6 meter ini, Riatun mengharapkan mukjizat dari Tuhan agar ketiga anaknya yang sudah beranjak remaja ini bisa sembuh dan berjalan seperti remaja lainnya.
Untuk menyambung hidupnya bersama tiga anaknya, ia rela menjadi buruh serabutan dengan pendapatan per hari yang tak menentu. Ironisnya, meskipun hidupnya serba kekurangan, ia tidak termasuk warga miskin penerima dana bantuan pemerintah yakni Program simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).
Di saat pemerintah tengah mendistribusikan dana kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bagi keluarga miskin, Riatun dan ketiga anaknya hanya bisa gigit jari karena tidak terdaftar sebagai warga miskin yang harus mendapatkan dana tersebut.
medcom.id, Pati: Sudah jatuh tertimpa tangga, pepatah ini yang dialami oleh Riatun (52) yang hanya tinggal dengan tiga anaknya yang cacat di Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.
Saat wartawan Metro Tv mengunjungi Riatun, Jumat (28/11/2014), sungguh miris melihat keadaan janda yang suaminya telah meninggal dunia sejak delapan tahun silam. Sangat jelas tergambar, janda renta tersebut mengarungi hidup dengan penuh kepedihan.
Namun Riatun tetap berjuang untuk mencari nafkah guna menghidupi ketiga anaknya yang lumpuh sejak lahir. Meskipun didera kemiskinan, ibu tiga anak ini tak pernah menyerah mengasuh anaknya.
Karena keterbatasan biaya, Riatun tak pernah mengobati ketiga anaknya ke dokter. Kondisi ketiga anaknya yang lumpuh dia terima dengan ikhlas.
Tinggal di rumah reognya yang berukuran 6x6 meter ini, Riatun mengharapkan mukjizat dari Tuhan agar ketiga anaknya yang sudah beranjak remaja ini bisa sembuh dan berjalan seperti remaja lainnya.
Untuk menyambung hidupnya bersama tiga anaknya, ia rela menjadi buruh serabutan dengan pendapatan per hari yang tak menentu. Ironisnya, meskipun hidupnya serba kekurangan, ia tidak termasuk warga miskin penerima dana bantuan pemerintah yakni Program simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).
Di saat pemerintah tengah mendistribusikan dana kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bagi keluarga miskin, Riatun dan ketiga anaknya hanya bisa gigit jari karena tidak terdaftar sebagai warga miskin yang harus mendapatkan dana tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LAL)