Kandangan: Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan, mengimbau warga mewaspadai peningkatan Demam Berdarah Dengue (DBD).
"Kasus DBD sampai dengan 4 Mei 2023 telah mencatatkan 58 kasus karena itu masyarakat perlu menerapkan kesiapsiagaan," kata Kepala Dinkes Kabupaten HSS, Siti Zainab, di Kandangan, Minggu, 7 Mei 2023.
Zainab menuturkan Dinkes Kabupaten HSS telah menerbitkan Surat Edaran (SE) tentang kesiapsiagaan potensi kenaikan DBD, serta SE Bupati HSS mengenai upaya penanganan DBD.
Zainab juga meminta masyarakat melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan menguras, menutup dan mengubur (3M) plus mendaur ulang atau memanfaatkan barang, serta menggunakan obat anti nyamuk.
Selain itu masyarakat juga agar mengaktifkan program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) untuk memantau jentik nyamuk yang ada di rumah, serta mengkaji faktor risiko potensi DBD di lingkungan sekitar.
Terkait kasus stunting, Dinkes Kabupaten HSS menerapkan dua model penanganan, yakni intervensi spesifik dan sensitif.
"Untuk intervensi spesifik, kami dari Dinkes secara spesifik melakukan intensif dimulai dari remaja putri dengan pemberian tablet tambah darah, saat ia menikah memeriksakan dirinya ke puskesmas dengan imunisasi," jelas Zainab.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Kandangan: Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS),
Kalimantan Selatan, mengimbau warga mewaspadai peningkatan Demam Berdarah Dengue (
DBD).
"Kasus DBD sampai dengan 4 Mei 2023 telah mencatatkan 58
kasus karena itu masyarakat perlu menerapkan kesiapsiagaan," kata Kepala Dinkes Kabupaten HSS, Siti Zainab, di Kandangan, Minggu, 7 Mei 2023.
Zainab menuturkan Dinkes Kabupaten HSS telah menerbitkan Surat Edaran (SE) tentang kesiapsiagaan potensi kenaikan DBD, serta SE Bupati HSS mengenai upaya penanganan DBD.
Zainab juga meminta masyarakat melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan menguras, menutup dan mengubur (3M) plus mendaur ulang atau memanfaatkan barang, serta menggunakan obat anti nyamuk.
Selain itu masyarakat juga agar mengaktifkan program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) untuk memantau jentik nyamuk yang ada di rumah, serta mengkaji faktor risiko potensi DBD di lingkungan sekitar.
Terkait kasus stunting, Dinkes Kabupaten HSS menerapkan dua model penanganan, yakni intervensi spesifik dan sensitif.
"Untuk intervensi spesifik, kami dari Dinkes secara spesifik melakukan intensif dimulai dari remaja putri dengan pemberian tablet tambah darah, saat ia menikah memeriksakan dirinya ke puskesmas dengan imunisasi," jelas Zainab.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)