Karangasem: Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM memantau aktivitas Gunung Agung secara visual maupun alat khusus. Dari hasil pantauan, gunung tertinggi di Bali itu masih mengeluarkan sinar lava setinggi 1.000-1.500 meter tiap harinya.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM I Gede Suantika menjelaskan bahwa sinar lava itu terjadi akibat aliran magma menuju ke permukaan kawah. Sehingga muncullah sinar lava yang dapat terlihat secara visual sejak malam hingga jelang dini hari.
“Sinar lava masih terjadi setiap hari saat ini,” terang Suantika di Pos Pantau Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Kamis, 14 Desember 2017.
Fenomena sinar lava itu pun pernah terjadi pada peristiwa erupsi freatomagmatik terbesar sepanjang krisis Gunung Agung yakni periode 25 November-4 Desember 2017. Secara fluktuatif sinar lava keluar dari kawah Gunung Agung pascaerupsi material abu vulkanik.
Sinar lava di malam hari hal itu menjadi pertanda aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Agung masih cukup tinggi, hingga mendorong magma menuju kawah. “Ini menandakan bahwa lava naik lagi ke kawah,” tambahnya.
Erupsi efusif freatomagmatik juga terjadi setiap harinya disertai dengan hembusan abu vulkanik setinggi 1.000-2.500 meter dari puncak kawah dalam durasi pendek. Namun, intensitasnya cukup sering terjadi setiap hari.
“Jadi durasi pendek sekitar 20 detik lama gempanya, kepulan abunya. Tinggi abunya 1.000 sampai 2.500 selama 24 jam plus 4 jam, berarti masih sama dengan hari kemarin,” katanya.
Untuk arah angin, terpantau secara meteorologi mengarah ke barat dan barat daya Gunung Agung yakni melanda wilayah Bangli Kintamani dan sekitarnya.
Karangasem: Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM memantau aktivitas Gunung Agung secara visual maupun alat khusus. Dari hasil pantauan, gunung tertinggi di Bali itu masih mengeluarkan sinar lava setinggi 1.000-1.500 meter tiap harinya.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM I Gede Suantika menjelaskan bahwa sinar lava itu terjadi akibat aliran magma menuju ke permukaan kawah. Sehingga muncullah sinar lava yang dapat terlihat secara visual sejak malam hingga jelang dini hari.
“Sinar lava masih terjadi setiap hari saat ini,” terang Suantika di Pos Pantau Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Kamis, 14 Desember 2017.
Fenomena sinar lava itu pun pernah terjadi pada peristiwa erupsi freatomagmatik terbesar sepanjang krisis Gunung Agung yakni periode 25 November-4 Desember 2017. Secara fluktuatif sinar lava keluar dari kawah Gunung Agung pascaerupsi material abu vulkanik.
Sinar lava di malam hari hal itu menjadi pertanda aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Agung masih cukup tinggi, hingga mendorong magma menuju kawah. “Ini menandakan bahwa lava naik lagi ke kawah,” tambahnya.
Erupsi efusif freatomagmatik juga terjadi setiap harinya disertai dengan hembusan abu vulkanik setinggi 1.000-2.500 meter dari puncak kawah dalam durasi pendek. Namun, intensitasnya cukup sering terjadi setiap hari.
“Jadi durasi pendek sekitar 20 detik lama gempanya, kepulan abunya. Tinggi abunya 1.000 sampai 2.500 selama 24 jam plus 4 jam, berarti masih sama dengan hari kemarin,” katanya.
Untuk arah angin, terpantau secara meteorologi mengarah ke barat dan barat daya Gunung Agung yakni melanda wilayah Bangli Kintamani dan sekitarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)