Rokan Hulu: Setelah kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) mereda, kini peternak di Rokan Hulu, Riau, diresahkan dengan penyakit misterius. Fenomena penyakit baru ini membuat puluhan kerbau mati secara misterius.
Fenomena kerbau mati secara mendadak pertama kali dilaporkan terjadi di Desa Tanjung Belit, Kecamatan Rambah, pada 11 Oktober 2022. Kasus ini terus berkembang hingga saat ini, sudah menyentuh 50 kasus.
Kasus kematian kerbau secara mendadak dilaporkan terjadi di Dusun Gunung Intan, Desa Bangun Purba Timur Jaya, Kecamatan Bangun Purba. Salah seorang peternak kerbau merugi hampir setengah miliar rupiah karena puluhan hewan ternaknya mati misterius.
"Ada 30 ekor kerbau kami yang mati secara bertahap, kalau di hitung-hitung kerugian saya diperkirakan sampai Rp400 juta atau hampir setengah miliar," keluh Safrudin, Selasa, 1 November 2022.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tim dokter kesehatan hewan dari Dinas Peternakan dan Perkebunan Rohul menduga kematian disebabkan penyakit Sepricaemia Epizootica (SE). Penyakit akibat serangan bakteri ini menyebabkan suhu tubuh kerbau menjadi tinggi dan muncul gejala mendengkur sebelum ternak mati.
"Dugaan awal kita, penyebab kematian mendadak kerbau secara masif ini adalah penyakit Sepricaemia Epizootica," terang Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Rohul, Agung Nugroho.
Menurut Agung, penyakit ini tidak menular kepada manusia. Namun, penularan antarhewan ternak sangat cepat dengan tingkat mortalitas yang tinggi.
"Penyakit ini menular dengan tingkat kematian sangat tinggi, mencapai 80 persen. Penyakit ini tidak zoonosis atau tidak menular ke manusia, tetapi bisa menular secara cepat ke kerbau atau sapi sehat," jelasnya.
Dinas Peternakan dan Perkebunan Rohul rencananya akan mengaktifkan kembali Posko Pemantauan Lalu Lintas Hewan Ternak untuk meminimalisasi meluasnya penyakit ke kecamatan lain di Rohul. (Narendara Wisnu)
Rokan Hulu: Setelah kasus penyakit mulut dan kuku
(PMK) mereda, kini peternak di Rokan Hulu, Riau, diresahkan dengan penyakit misterius. Fenomena penyakit baru ini membuat puluhan
kerbau mati secara misterius.
Fenomena kerbau mati secara mendadak pertama kali dilaporkan terjadi di Desa Tanjung Belit, Kecamatan Rambah, pada 11 Oktober 2022. Kasus ini terus berkembang hingga saat ini, sudah menyentuh 50 kasus.
Kasus kematian kerbau secara mendadak dilaporkan terjadi di Dusun Gunung Intan, Desa Bangun Purba Timur Jaya, Kecamatan Bangun Purba. Salah seorang peternak kerbau merugi hampir setengah miliar rupiah karena puluhan hewan ternaknya mati misterius.
"Ada 30 ekor kerbau kami yang mati secara bertahap, kalau di hitung-hitung kerugian saya diperkirakan sampai Rp400 juta atau hampir setengah miliar," keluh Safrudin, Selasa, 1 November 2022.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tim dokter kesehatan hewan dari Dinas Peternakan dan Perkebunan Rohul menduga kematian disebabkan penyakit Sepricaemia Epizootica (SE). Penyakit akibat serangan bakteri ini menyebabkan suhu tubuh kerbau menjadi tinggi dan muncul gejala mendengkur sebelum ternak mati.
"Dugaan awal kita, penyebab kematian mendadak kerbau secara masif ini adalah penyakit Sepricaemia Epizootica," terang Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Rohul, Agung Nugroho.
Menurut Agung, penyakit ini tidak menular kepada manusia. Namun, penularan antarhewan ternak sangat cepat dengan tingkat mortalitas yang tinggi.
"Penyakit ini menular dengan tingkat kematian sangat tinggi, mencapai 80 persen. Penyakit ini tidak zoonosis atau tidak menular ke manusia, tetapi bisa menular secara cepat ke kerbau atau sapi sehat," jelasnya.
Dinas Peternakan dan Perkebunan Rohul rencananya akan mengaktifkan kembali Posko Pemantauan Lalu Lintas Hewan Ternak untuk meminimalisasi meluasnya penyakit ke kecamatan lain di Rohul.
(Narendara Wisnu) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)