Palembang: Dinas Kehutanan Sumatra Selatan mencatat jumlah lahan kritis di hutan lindung Sumsel tahun ini mencapai 700.000 hektare dari total lahan 3.46 juta hektare. Penyebab terus berkurangnya hutan di Sumsel akibat alih fungsi lahan dan maraknya pembalakan liar.
"Banyaknya lahan hutan yang terus berkurang menjadi fokus untuk dilakukan pemulihan dengan cara rehabilitasi lahan dengan melibatkan penduduk yang tinggal di sekitar hutan," kata Kepala Dinas Kehutanan Sumsel, Panji Tjahjanto, saat dikonfirmasi, Jumat, 13 Maret 2020.
Panji mengatakan rincian luas kawasan hutan lindung yang sangat kritis saat ini seluas 37.142 hektare. Sedangkan untuk lahan di luar kawasan hutan lindung (lahan milik) sekitar 300 ribu hektare.
Hutan lindung tersebut tersebar di beberapa wilayah pesisir Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir, Empat Lawang, Lahat, OKU, OKU Selatan, Musi Banyuasin, dan Kota Pagar Alam.
"Kawasan hutan lindung di Sumsel sudah tidak bagus lagi karena pembalakan liar hingga penggunaan kawasan hutan di luar ketentuan," jelas Panji.
Pada 2019 lalu sejumlah pihak terkait telah merehabilitasi sekitar 20.000 hektare lahan kritis dengan cara menanaminya dengan tanaman kayu dan buah. Pada tahun ini ada sekitar 6.000 hektare lahan kritis yang kembali akan ditanami.
Menurutnya hal ini dilakukan karena keberadaan hutan sangat berpengaruh bagi kehidupan dan tidak hanya bagi masyarakat yang ada di dalam kawasan tetapi, juga di luar kawasan hutan.
"Upaya penegakan hukum dengan operasi dan sosialisasi terkait pentingnya keberadaan hutan terus dilakukan," pungkas Panji
Palembang: Dinas Kehutanan Sumatra Selatan mencatat jumlah lahan kritis di hutan lindung Sumsel tahun ini mencapai 700.000 hektare dari total lahan 3.46 juta hektare. Penyebab terus berkurangnya hutan di Sumsel akibat alih fungsi lahan dan maraknya pembalakan liar.
"Banyaknya lahan hutan yang terus berkurang menjadi fokus untuk dilakukan pemulihan dengan cara rehabilitasi lahan dengan melibatkan penduduk yang tinggal di sekitar hutan," kata Kepala Dinas Kehutanan Sumsel, Panji Tjahjanto, saat dikonfirmasi, Jumat, 13 Maret 2020.
Panji mengatakan rincian luas kawasan hutan lindung yang sangat kritis saat ini seluas 37.142 hektare. Sedangkan untuk lahan di luar kawasan hutan lindung (lahan milik) sekitar 300 ribu hektare.
Hutan lindung tersebut tersebar di beberapa wilayah pesisir Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir, Empat Lawang, Lahat, OKU, OKU Selatan, Musi Banyuasin, dan Kota Pagar Alam.
"Kawasan hutan lindung di Sumsel sudah tidak bagus lagi karena pembalakan liar hingga penggunaan kawasan hutan di luar ketentuan," jelas Panji.
Pada 2019 lalu sejumlah pihak terkait telah merehabilitasi sekitar 20.000 hektare lahan kritis dengan cara menanaminya dengan tanaman kayu dan buah. Pada tahun ini ada sekitar 6.000 hektare lahan kritis yang kembali akan ditanami.
Menurutnya hal ini dilakukan karena keberadaan hutan sangat berpengaruh bagi kehidupan dan tidak hanya bagi masyarakat yang ada di dalam kawasan tetapi, juga di luar kawasan hutan.
"Upaya penegakan hukum dengan operasi dan sosialisasi terkait pentingnya keberadaan hutan terus dilakukan," pungkas Panji
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)