Jakarta: Sosok profesional yang masuk ke kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka bisa datang dari berbagai latar belakang. Selama ahli di bidangnya, tak masalah dari kalangan parpol maupun nonparpol.
"Kita lihat saja nanti jumlahnya dan kuantitasnya (sosok profesional). Berapa persentasenya ketika diumumkan atau saat dilantik. Karena, soal zaken dilihat dari kepakarannya yang mendominasi mengisi kursi-kursi kabinet Prabowo-Gibran," kata pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, saat dihubungi, Rabu, 16 Oktober 2024.
Beberapa hari ini, sejumlah calon menteri yang akan masuk kabinet Prabowo-Gibran terus bermunculan. Mereka datang ke kediaman Prabowo di Kartanegara, Jakarta, maupun di Hambalang, Jawa Barat.
Ujang mengategorikan nama-nama yang dipanggil terdiri atas empat klaster. Klaster pertama dari kalangan parpol. Lalu klaster kedua dari profesional atau ahli atau pakar. Selanjutnya, klaster ketiga dari loyalis Prabowo. Dan klaster terakhir dari sukses atau relawan.
"Wajar karena sudah berjuang dengan Prabowo lama. Kalau punya kualitas, silakan saja," kata Ujang.
Ujang berharap Prabowo benar-benar memilih jajaran menterinya atas dasar lima kriteria. Hal ini karena Prabowo selalu mengampanyekan pemerintahan yang bersih anti korupsi dan tak cawe-cawe dengan APBN atau APBD.
"Maka, kritera pertama yang harus dilakukan adalah mencari sosok yang punya integritas. Sosok yang jujur," kata Ujang.
Menurut dia, jika ingin bicara pemerintahan yang bersih, maka sosok yang harus dicari adalah sosok yang jujur. "Bisa juga Prabowo meminta mereka meneken pakta integritas untuk tidak korupsi, jadi seandainya korupsi mereka bisa disikat," kata Ujang.
Kriteria kedua, berpijak pada pidato Prabowo yang selalu ingin membangun kabinet zaken atau kabinet kerja, maka harus dicari figur yang betul-betul ahli.
"Betul-betul sosok profesional agar selaras dengan apa yang diinginkan Pak Prabowo," kata dia. Ujang melihat banyak pakar yang dipanggil ke kediaman Prabowo.
Kriteria ketiga, lanjut Ujang, adalah sosok yang loyal. Loyalnya tunggal kepada presiden, bukan kepada ketua umum parpol.
"Biasanya kalau sosok yang dari parpol loyalnya dua, ke ketum iya ke presiden iya. Banyak yang masuk KPK karena loyal ke partai dan jadi ATM partai. Makanya, harus tunggal ke presiden," kata Ujang.
Kriteria keempat, harus punya leadership yang kuat. Alasannya, seorang menteri memimpin birokrasi yang rumit dan berat. "Nah, leadership ini dibutuhkan agar mampu membawa lokomotif perubahan di kementeriannya itu," kata dia.
Dan kriteria kelima, seorang menteri paling tidak harus punya hubungan bagus dengan kalangan atas serta dekat dengan masyarakat. Dekat dengan publik, mampu mengomunikasikan apa pun kinerjanya.
"Harus mau turun ke bawah," ujar Ujang.
Jakarta: Sosok profesional yang masuk ke kabinet
Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka bisa datang dari berbagai latar belakang. Selama ahli di bidangnya, tak masalah dari kalangan parpol maupun nonparpol.
"Kita lihat saja nanti jumlahnya dan kuantitasnya (sosok profesional). Berapa persentasenya ketika diumumkan atau saat dilantik. Karena, soal zaken dilihat dari kepakarannya yang mendominasi mengisi
kursi-kursi kabinet Prabowo-Gibran," kata pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, saat dihubungi, Rabu, 16 Oktober 2024.
Beberapa hari ini, sejumlah calon menteri yang akan masuk kabinet Prabowo-Gibran terus bermunculan. Mereka datang ke kediaman Prabowo di Kartanegara, Jakarta, maupun di Hambalang, Jawa Barat.
Ujang mengategorikan nama-nama yang dipanggil terdiri atas empat klaster. Klaster pertama dari kalangan parpol. Lalu klaster kedua dari profesional atau ahli atau pakar. Selanjutnya, klaster ketiga dari loyalis Prabowo. Dan klaster terakhir dari sukses atau relawan.
"Wajar karena sudah berjuang dengan Prabowo lama. Kalau punya kualitas, silakan saja," kata Ujang.
Ujang berharap Prabowo benar-benar memilih jajaran menterinya atas dasar lima kriteria. Hal ini karena Prabowo selalu mengampanyekan pemerintahan yang bersih anti korupsi dan tak cawe-cawe dengan APBN atau APBD.
"Maka, kritera pertama yang harus dilakukan adalah mencari sosok yang punya integritas. Sosok yang jujur," kata Ujang.
Menurut dia, jika ingin bicara pemerintahan yang bersih, maka sosok yang harus dicari adalah sosok yang jujur. "Bisa juga Prabowo meminta mereka meneken pakta integritas untuk tidak korupsi, jadi seandainya korupsi mereka bisa disikat," kata Ujang.
Kriteria kedua, berpijak pada pidato Prabowo yang selalu ingin membangun kabinet zaken atau kabinet kerja, maka harus dicari figur yang betul-betul ahli.
"Betul-betul sosok profesional agar selaras dengan apa yang diinginkan Pak Prabowo," kata dia. Ujang melihat banyak pakar yang dipanggil ke kediaman Prabowo.
Kriteria ketiga, lanjut Ujang, adalah sosok yang loyal. Loyalnya tunggal kepada presiden, bukan kepada ketua umum parpol.
"Biasanya kalau sosok yang dari parpol loyalnya dua, ke ketum iya ke presiden iya. Banyak yang masuk KPK karena loyal ke partai dan jadi ATM partai. Makanya, harus tunggal ke presiden," kata Ujang.
Kriteria keempat, harus punya
leadership yang kuat. Alasannya, seorang menteri memimpin birokrasi yang rumit dan berat. "Nah, leadership ini dibutuhkan agar mampu membawa lokomotif perubahan di kementeriannya itu," kata dia.
Dan kriteria kelima, seorang menteri paling tidak harus punya hubungan bagus dengan kalangan atas serta dekat dengan masyarakat. Dekat dengan publik, mampu mengomunikasikan apa pun kinerjanya.
"Harus mau turun ke bawah," ujar Ujang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)