Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Ilham Triadi Nagoro, seorang pawang hujan asal Banyuwangi, Jawa Timur. (MGN/Andi Himawan)
Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Ilham Triadi Nagoro, seorang pawang hujan asal Banyuwangi, Jawa Timur. (MGN/Andi Himawan)

Berkenalan dengan KRT Ilham Triadi Nagoro, Pawang Hujan yang 'Amankan' Proyek Pembangunan di IKN

MetroTV • 08 Agustus 2024 16:47
Banyuwangi: Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Ilham Triadi Nagoro, seorang pawang hujan asal Banyuwangi, Jawa Timur, yang didatangkan ke Ibu Kota Nusantara (IKN) guna mengawal proyek pembangunan yang sempat tersendat lantaran hujan terus mengguyur selama sebulan terakhir.
 
Berbekal 1.000 batang dupa dan 3 pucuk keris, Ilham terbang ke Kalimantan Timur. Kedatangannya di sana pun seakan disambut hangat lantaran hujan tak lagi turun selama 12 hari. Cuaca yang hujan pun tiba-tiba berubah menjadi panas,
 
"Kondisi cuaca setiap hari seperti itu. Alhamdulillah setelah 12 hari saya di sini enggak pernah hujan, tapi cenderung panas malah akhirnya disentil pekerja proyek agar dibiarkan hujan, supaya enggak berdebu," kata Ilham, Kamis, 8 Agustus 2024.

Tumenggung perawat pusaka di Keraton Solo yang juga menjabat sebagai Kurator Pusaka di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi ini memang dikenal lihai dalam merekayasa cuaca.
 
Selama di IKN, Ilham mendapat penugasan khusus selama 22 hari oleh Menteri PUPR untuk membantu mengondisikan cuaca supaya percepatan pembangunan IKN sesuai target.
 
"Penugasan khusus selama 22 hari atau bisa diperpanjang tergantung situasi. Atas permintaan Menteri PUPR Pak Basuki saat ke Banyuwangi," ujar Ilham.
 
Baca juga: Unik, Suvenir Upacara HUT RI di IKN berupa Tumbler Kayu Khas Jepara

Ilham ditugaskan menghalau hujan di area yang menjadi prioritas khusus percepatan pembangunan. Di antaranya di rusun untuk 2.000 ASN dan lokasi menginap untuk seluruh undangan saat peresmian.
 
"Prioritas titik lokasi yang harus saya amankan adalah pembangunan 5 unit rusun yang masing-masing punya 13 lantai dengan tipe 98 untuk 2.000 ASN dan tamu undangan dari seluruh provinsi se-Indonesia," ungkapnya.
 
Ilham menambahkan, pekerja proyek mendapat deadline penyelesaian hingga 10 agustus 2024. Namun, intensitas hujan tinggi menjadi kendala yang menghambat pembangunan. Sebelum ia datang, tepatnya pada 22 Juli 2024, hujan sempat turun deras hingga kendaraan proek tak bisa mengakses lokasi pembangunan. Bahkan ada insiden mobil proyek tergelincir akibat jalanan yang licin.
 
Selama menjalankan tugas tersebut, Ilham harus membawa sejumlah barang dari Banyuwangi. Pasalnya, yang ia butuhkan tidak bisa didapat dengan mudah di IKN, salah satunya dupa.
 
Ia kemudian membawa 1.000 batang dupa yang nyaris habis dalam 2 pekan. Untuk mendapatkan dupa, ia bahkan harus menempuh waktu 3 jam ke Balikpapan.
 
"Pokoknya dupa harus hidup terus kalau darurat bisa rangkap 10 dupanya," ucap dia.
 
Baca juga: Istana Larang Pejabat Daerah Bawa Mobil Sendiri saat Hadiri Upacara HUT RI di IKN

Dupa-dupa tersebut menurut Ilham adalah media untuk mereduksi hal-hal gaib sekaligus untuk menyelaraskan alam. Sementara untuk media mengalihkan cuaca, Ilham membawa keris khusus.
 
"Ya, saya bawa sepasang keris pamor singkir lurus dan luk. Tiga keris patrem naga jimatan untuk piandel atau jaga diri dari berbagai gangguan," terangnya.
 
Selama menjadi pawang hujan di IKN, Ilham bukan tanpa kendala. Tak terkecuali gangguan mistis yang dialami. Ia lalu menuturkan awal gangguan pada tiga hari sejak ia tiba.
 
"Alhamdulillah hanya 3 hari pertama tapi cuma mimpi. Selanjutnya mimpi itu saya lawan lewat spiritual. Soal mimpi maaf enggak bisa saya ceritakan."
 
Selain itu, ia juga mengalami gangguan mistis yang nyata atau fisik. Salah satunya kondisi tubuhnya menjadi drop. Selama lima hari pertama di IKN ia sempat mengalami sakit. 
 
Kendati demikian, menurut Ilham, kehadirannya di IKN bukan untuk menafikan kinerja unit lainnya. Namun, ia meyakini, kemampuannya tersebut dapat dipadukan dengan ilmu pengetahuan tanpa mengabaikan unsur kearifan lokal di IKN. Ilham sendiri merasa terhormat mendapat tugas di IKN karena merupakan salah satu proyek besar. Ia pun berusaha maksimal dalam menjalankan tugasnya.
 
"Ini bukan sekadar kegiatan, tetapi sebuah tantangan untuk melestarikan kearifan lokal yang sudah ada sejak lama sebagai warisan budaya adiluhung. Terbukti dalam setiap ritual yang saya lakukan sebisa mungkin saya berusaha untuk menyelaraskan diri dengan alam, menggunakan pengetahuan yang diwariskan oleh leluhur," paparnya.
 
Tugasnya sebagai pawang hujan pun diperpanjang hingga selesainya upacara perayaan kemerdekaan, yakni pada 17 Agustus mendatang di Istana Negara ibu kota baru.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan