Surabaya: Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mendorong insan pers selalu menyajikan informasi yang memiliki kualitas atau berimbang.
Khofifah ingin Hari Pers Nasional (HPN) 2021 menjadi momen para jurnalis semakin semangat menyebarkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
"Karena tantangan saat ini jauh lebih sulit dengan munculnya media sosial (medsos). Di mana arus informasi begitu kuat dan gencar. Harus ada diferensiasi yang kontras antara pers dan media sosial, terutama dari segi mutu penyajian informasi," kata Khofifah di Surabaya, Selasa, 9 Februari 2021.
Baca: Warga Sumsel Boleh Rayakan Imlek
Khofifah mengatakan saat ini masyarakat tidak hanya terpaku pada informasi yang disajikan melalui media cetak, media elektronik, maupun televisi. Namun juga informasi yang beredar luas melalui media sosial seperti facebook, youtube, Instagram, hingga story WhatsAPp.
Saat ini, kata Khofifah, banyak masyarakat yang kurang mempedulikan keabsahan informasi. Mereka hanya sebatas membaca judul atau paragraf pertama, padahal tidak sedikit informasi yang disajikan itu berupa hoaks dan ujaran kebencian yang mempengaruhi pola pikir masyarakat.
"Harus jujur diakui bahwa budaya literasi masyarakat kita masih rendah. Disinilah pekerjaan rumah utama insan pers, yaitu memerangi informasi bohong yang beredar di masyarakat," jelasnya.
Namun menurut Khofifah tidak semua orang memiliki kepercayaan terhadap informasi medsos. Masih ada orang yang memiliki komitmen untuk mencari, dan melakukan klarifikasi melalui produk pers.
"Tapi perbandingan di antara keduanya masih sangat jomplang. Lebih banyak kelompok yang menelan informasi secara langsung, daripada melakukan dan mencari klarifikasi untuk memastikan kebenarannya. Ini fakta," ungkapnya.
Surabaya: Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mendorong insan pers selalu menyajikan informasi yang memiliki kualitas atau berimbang.
Khofifah ingin
Hari Pers Nasional (HPN) 2021 menjadi momen para jurnalis semakin semangat menyebarkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
"Karena tantangan saat ini jauh lebih sulit dengan munculnya media sosial (medsos). Di mana arus informasi begitu kuat dan gencar. Harus ada diferensiasi yang kontras antara pers dan media sosial, terutama dari segi mutu penyajian informasi," kata Khofifah di Surabaya, Selasa, 9 Februari 2021.
Baca:
Warga Sumsel Boleh Rayakan Imlek
Khofifah mengatakan saat ini masyarakat tidak hanya terpaku pada informasi yang disajikan melalui media cetak, media elektronik, maupun televisi. Namun juga informasi yang beredar luas melalui media sosial seperti facebook, youtube, Instagram, hingga story WhatsAPp.
Saat ini, kata Khofifah, banyak masyarakat yang kurang mempedulikan keabsahan informasi. Mereka hanya sebatas membaca judul atau paragraf pertama, padahal tidak sedikit informasi yang disajikan itu berupa hoaks dan ujaran kebencian yang mempengaruhi pola pikir masyarakat.
"Harus jujur diakui bahwa budaya literasi masyarakat kita masih rendah. Disinilah pekerjaan rumah utama insan pers, yaitu memerangi informasi bohong yang beredar di masyarakat," jelasnya.
Namun menurut Khofifah tidak semua orang memiliki kepercayaan terhadap informasi medsos. Masih ada orang yang memiliki komitmen untuk mencari, dan melakukan klarifikasi melalui produk pers.
"Tapi perbandingan di antara keduanya masih sangat jomplang. Lebih banyak kelompok yang menelan informasi secara langsung, daripada melakukan dan mencari klarifikasi untuk memastikan kebenarannya. Ini fakta," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DEN)