Semarang: Kasus kecanduan permainan dalam gawai di Semarang, Jawa Tengah, menyisakan cerita tragis yang dialami pasien. Seorang anak yang mulai kecanduan permainan dalam gawai sejak berusia sembilan tahun tumbuh menjadi anak yang tak terkendali.
Psikiater di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo, Hesti Anggriani, mengaku pernah menangani satu pasien kecanduan gawai yang serius. Pasien itu mulai mengenal gawai sejak masih berusia sembilan tahun.
"Dia sekolah pun harus dipaksa. Kalau tidak, dia tidak mau sekolah. Dia main gim terus sampai ibunya kewalahan. Enggak bisa dilarang pada saat umurnya 15 tahun," kata Hesti di RSJ Amino Gondohutomo, Semarang, Jateng, Kamis, 17 Oktober 2019.
Bahkan, karena sudah kecanduan permainan dalam gawai, anak tersebut berubah menjadi agresif. Hesti bercerita suatu hari orang tuanya memutuskan jaringan internet di rumah agar anak tersebut berhenti bermain gim. "Dia pindah ke warnet sampai tidur di warnet selama berbulan-bulan. Akhirnya dari pada tidur di warnet, di rumah disediakan wifi lagi," ujar dokter spesialis jiwa tersebut.
Namun, kata Hesti, kasus kecanduan yang dialami pasiennya makin menjadi-menjadi. "Semua aktivitas di kamar, tidak mau sekolah sama sekali. Kalau dilarang, dia memukul ibunya," ungkapnya seraya menambahkan anak itu hanya tinggal berdua dengan ibunya tersebut.
Yang lebih parah, Hesti berujar bahwa kecanduan games mampu menggerakkan korban untuk bertindak ke arah kriminal. "Kalau kuota habis dia akan mencuri atau menjual barang-barang ibunya. Dia sudah liar dan tidak bisa dikendalikan," jelasnya.
Sayangnya, kata Hesti, pasien ini tidak mendapat perawatan medis yang memadai. Dia menolak dirawat inap di RSJ Amino Gondohutomo. "Pernah sampai UGD pasiennya. Tapi ketika kami datang pasiennya melarikan diri," kata Hesti.
Menurut Hesti, anak tersebut didiagnosa mengalami games adiction. Gangguan kejiwaan ini ditandai dengan tidak mempunyai pasien mengontrol waktu untuk bermain gawai.
"Dia menggunakan waktu dalam sehari di atas delapan jam, setiap hari berkelanjutan terus bukan sekadar buat refresing dan rekreasi," jelas Hesti.
Semarang: Kasus kecanduan permainan dalam gawai di Semarang, Jawa Tengah, menyisakan cerita tragis yang dialami pasien. Seorang anak yang mulai kecanduan permainan dalam gawai sejak berusia sembilan tahun tumbuh menjadi anak yang tak terkendali.
Psikiater di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo, Hesti Anggriani, mengaku pernah menangani satu pasien kecanduan gawai yang serius. Pasien itu mulai mengenal gawai sejak masih berusia sembilan tahun.
"Dia sekolah pun harus dipaksa. Kalau tidak, dia tidak mau sekolah. Dia main gim terus sampai ibunya kewalahan. Enggak bisa dilarang pada saat umurnya 15 tahun," kata Hesti di RSJ Amino Gondohutomo, Semarang, Jateng, Kamis, 17 Oktober 2019.
Bahkan, karena sudah kecanduan permainan dalam gawai, anak tersebut berubah menjadi agresif. Hesti bercerita suatu hari orang tuanya memutuskan jaringan internet di rumah agar anak tersebut berhenti bermain gim. "Dia pindah ke warnet sampai tidur di warnet selama berbulan-bulan. Akhirnya dari pada tidur di warnet, di rumah disediakan wifi lagi," ujar dokter spesialis jiwa tersebut.
Namun, kata Hesti, kasus kecanduan yang dialami pasiennya makin menjadi-menjadi. "Semua aktivitas di kamar, tidak mau sekolah sama sekali. Kalau dilarang, dia memukul ibunya," ungkapnya seraya menambahkan anak itu hanya tinggal berdua dengan ibunya tersebut.
Yang lebih parah, Hesti berujar bahwa kecanduan games mampu menggerakkan korban untuk bertindak ke arah kriminal. "Kalau kuota habis dia akan mencuri atau menjual barang-barang ibunya. Dia sudah liar dan tidak bisa dikendalikan," jelasnya.
Sayangnya, kata Hesti, pasien ini tidak mendapat perawatan medis yang memadai. Dia menolak dirawat inap di RSJ Amino Gondohutomo. "Pernah sampai UGD pasiennya. Tapi ketika kami datang pasiennya melarikan diri," kata Hesti.
Menurut Hesti, anak tersebut didiagnosa mengalami games adiction. Gangguan kejiwaan ini ditandai dengan tidak mempunyai pasien mengontrol waktu untuk bermain gawai.
"Dia menggunakan waktu dalam sehari di atas delapan jam, setiap hari berkelanjutan terus bukan sekadar buat refresing dan rekreasi," jelas Hesti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)